Judul |
---|
The Wisdom of Gus Dur – Butir-butir Kearifan Sang Waskita |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
Penyusun: M. Sulton Fatoni dan Wijdan Fr, Penyelaras Aksara: Nie |
Penerbit |
Penerbit Imania, Depok, Februari 2014 (cetakan ke-1) |
Kategori |
1C Kumpulan Kutipan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2014 |
Judul Tulisan
- Islam, Toleransi, Sikap Inklusif, dan Humanitarianisme Universal
- Indonesia dan Keindonesiaan
- Isu-Isu Kontroversial? Gitu Saja Kok Repot…
- Gus Dur dan Ziarah Kubur
- Kiai, Pesantren, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat
- Pribumisasi dan Pembaruan Islam
- Demokrasi dan Civil Society
- Nahdlatul Ulama (NU)
- Pembelaan Terhadap Perempuan
- Pemikiran Politik dan Karakter Pemimpin Ideal
- Nasihat Perkawinan dan Keluarga
- Renungan-Renungan Sufistik dan Sikap Beragama yang Baik
- Gus Dur dan Kesenian
- Gus Dur dan Sepak Bola
- Pancasila
- Keberpihakan pada Nasib Buruh Migran
- Pelestarian Lingkungan Hidup
- The Power of Humour
- Pemikiran tentang Pendidikan
- Gus Dur Membela Palestina
- Gagasan-Gagasan Ekonomi dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
- Otonomi Daerah
- Tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA)
- Masa Depan Abdi Negara
- Mematikan Primordialisme
- Konstruksi Peraturan
- Balas Dendam Parlemen
- Komitmen Terhadap UUD 1945
- Amandemen UUD
- Pengalaman Berharga dalam Bernegara
- Negara dalam Keadaan Bahaya
- Penyimpangan Agenda Kenegaraan
- Pejabat Sementara Kapolri
- Prosedur Pemeriksaan Presiden
- Adu Kuat MPR vs Presiden
- Tak Akan Ada Tindak Kekerasan
- TNI-Polri Wajib Bela Konstitusi
- Ingatlah Sidang Istimewa
- Ada Upaya Merongrong Pemerintahan
- Publikasi Harta Pejabat
- Prinsip Pembangunan
- Jalan Mencari Kebenaran
- Clinton Siap Bantu Indonesia
- Pemberantasan Korupsi
- Saya Ingin Pemerintahan yang Bersih
- Manuver Politik
- Presiden Atas Kehendak Rakyat
- Hakim Agung yang Bersih
- Supremasi Hukum
- Demi Keselamatan Bangsa
- Dokter Terjangkit Virus KKN
- Kiai Terjangkit Virus KKN
- Strategi Bola dalam Politik
- Tak Usah Panggil, “Bapak Presiden”
- Selametan Mbah Mutamakkin
- Komunikasi Antar Umat Beragama
- Moral Sebagai Basic Technology
- Teknologi untuk Kepentingan Nasional dan Kemanusiaan
- Kepentingan Nasional
- Doa untuk Indonesia
- Pesantren Tanpa Kiai
- Mengingat Sejarah TNI
- Nasihat Kiai Ghofur Lamongan
- Para Wali Perjuangkan Keadilan
- Memahami Masa Lampau
- Perjanjian Gianti
- Benturan Budaya
- Pendangkalan Agama
- Benturan NU dan Muhammadiyah
- Lembaga Agama Jangan Disakralkan
- Solidaritas di Tengah Musibah
- Korpri Perekat Persatuan Bangsa
- Sudahkah Menegakkan Keadilan dan Hukum?
- Kembalikan Hutan Kita!
- Muhammad Saw. Contoh Sempurna
- Perbaiki Hutan Sebelum Terlambat
- Fikih vs Deklarasi HAM PBB
- Islam Tak Mengenal Batasan
- Shalat Gaib untuk Lopa
- Pramuka untuk Perbaikan Bangsa
- Parikesit: Kebangkitan Budaya Lokal
- Tenaga Terdidik di Luar Negeri
- Dialog Pengusaha-Buruh
- Cari Siapa yang Salah
- Kapal Itu Sudah Diuber
- Pak Harto Sudah Pasrah
- Diperiksa Saja Nggak Mau
- MPR Kurang Teliti
- Saya Tidak Pernah Ragu-Ragu
- Sebenarnya itu Sudah Basi!
- Jadi Jengkel Tinggal Jengkel
- Saya Tidak Kesal, Rakyat yang Kesal
- Sekarang Sudah Ketahuan
- Ini Bukan Negara Semaunya
- Kita Nggak Boleh Putus Asa
- Ya Diperiksa Dong!
- Tidak Benar Ada Deal
- Menuju Masyarakat Demokrasi
- Hukum itu Objektif
- Persatuan Nasional, Bukan Kesatuan
- Terserah Rakyat
- Pembuktian Terbalik
- Alhamdulillah, Sekarang Sudah Dibebaskan
- Lopa Jaksa Agung
- Bimantoro Melakukan Insubordinasi
- Aceh Akan Saya Selesaikan
- Megawati Tangani Masalah Ambon
- Atasi Aceh Dengan Komunikasi
- Aceh Tetap Daerah Istimewa
- Ya Jangan Memimpin Negara
- Jangan Menggunakan Kekerasan
- Berikan Yang Terbaik Kepada TNI
- Berikan Yang Terbaik Kepada TNI (2)
- Korban Tak Berdosa
- Depag Hanya Melayani Satu Agama
- Tak Layak Perang Karena Agama
- Sebanyak Mungkin Berbeda-beda
- Pemerintah Bukan Segala-galanya
- Yang Berpikiran Militer ya di Militer
- Negara Federasi Itu Pendapat Cak Nur
- Tidak Ada Penyerahan Wewenang
- Sederhana, Jujur, Profesional
- Sutradara Ginting Tak Pernah Bikin Film
- Biarkan Pemerintah Hanya Mengawasi
- TNI Telah Dipolitisasi
- Lebih 30 Tahun Legislatif Ditindas Eksekutif
- Saya Menolak Usulan Itu
- Wapres pun Berpikir
- Penilaian Itu Ilegal
- Ide Konfederasi
- Negara Kesatuan dan Ide Konfederasi
- Apa Boleh Usulkan Propinsi Kristen?
- Ini Pegangan Saya, Bukan yang Lain
- Lho! Ini Kan Tugas Pemerintahan
- Negara Dalam Negara
- Bela Kepentingan Rakyat
- Ada Upaya Pembelokan UUD 45
- Kalau Bertikai Pergilah ke Mahkamah Agung
- Saya Temui Korban Kekerasan Trisakti
- Kita Tunggu Fatwa Mahkamah Agung
- Negara Kita Lagi Nggak Rasional
- Saya Lakukan dari Jenewa, Mending dari Jakarta
- Oh, Ndak! Jangan Merendahkan Arti Rakyat
- Di Sini Ada Kerancuan
- Menangkap Maling Tidak dengan Maling Dong
- Saya Jadi Korban Pelintiran
- MPR Itu Sendiri Rancu
- Kekacauan? Semua Masih Berjalan Kok
- Kalau Tidak Ya Apa Boleh Buat
- Tanya Sendiri Sana, Jangan Tanya Saya
- Cara Kerja Mereka Serampangan
- Saya Tidak Akan Datang
- Dekret Dipicu Ketua MPR
- Saya Juga Mohon Maaf
- Tak Jelas Bedanya TK dan DPR
- Rekonsiliasi Nasional
- Belum Ada Bukti Teror
- Kan Enak Begitu
- Presiden Non-Muslim
- Cinta pada Minoritas
- Saya Belum Lihat Bus di Air
- Ini Nggak Bisa Diterus-Teruskan
- Bukan Begitu Caranya, Mas!
- Inti Demokrasi Itu Kedaulatan Hukum
- CD Beethoven Lebih Berharga Dibanding Kursi Presiden
- Indonesia-Israel Belum Diperlukan
- Jangan Ribut Lagi Dengan Australia
- Jaga Keutuhan Wilayah Dengan Dialog
- Indonesia Kagumi Corry Aquino
- Peres dan Arafat untuk Israel-Palestina
- Saya Minta PBB Fair!
- Saya Kenal Shimon Peres
- Saya Berharap Ada Perdamaian di Pelestina
- Saya Rela Dicerca Demi Integrasi Indonesia
- Zona Perdagangan Bebas di Batam
- Nggak Ada yang Mikir Persona Non Grata
- Akbar Minta Saya Tidak ke Australia
- Kapal Asing Telantar, Siapa yang Urus?
- Singapura Ramal Saya Tak Bertahan Lama
Sinopsis
Buku ini relatif paling lengkap di antara kumpulan kata-kata bijak (kalam hikmah) Gus Dur. Selain itu, dalam buku ini disertakan keterangan (sumber media) yang dikutip beserta tanggal pemuatannya.
Penulis menyaring dari ratusan kolom, artikel koran, buku, situs online, dan rekaman ceramah Gus Dur. Mengumpulkan kata bijak Gus Dur semestinya harus mengetahui konteks dan tema yang dibicarakan, supaya tidak kehilangan makna (misleading).
Sebagai sosok yang multidimensi, dekat dengan semua golongan, dan juga dianggap kontroversial bagi sebagian kalangan, menjadikan pernyataan Gus Dur menarik untuk dikaji. Dari zaman Orde Baru hingga era Reformasi, gagasannya selalu dinanti. Tulisan-tulisan dan komentar-komentarnya di media tak pernah sepi dari diskusi.
Pemikirannya yang luas, dari tema keislaman, inklusifisme, keindonesiaan, pesantren, pribumisasi Islam, demokrasi, sepak bola hingga ziarah kubur tersaji semua dalam buku setebal 500an halaman ini.
Satu contoh ketika Gus Dur menyindir anggota DPR, yang dikatakan olehnya bahwa perilaku anggota dewan itu tak ubahnya seperti anak-anak TK (Taman Kanak-kanak). Sampai sekarang, sentilannya itu selalu viral dan banyak dikutip ketika melihat tingkah aneh anggota dewan dengan segala kebijakannya.
Wajar jika setiap tutur kata yang keluar darinya bagaikan mutiara yang begitu mempunyai daya jual tinggi. Pembelaannya terhadap kelompok minoritas (mustadh’afin) sangat dikenang. Gus Dur mengkritik mayoritas yang dengan seenaknya melakukan amuk massa bahkan kekerasan dengan dalih agama. “Mayoritas bukan untuk menindas dan berbuat seenaknya sendiri. Mayoritas seharusnya melindungi dan mengayomi minoritas. Kita harus punya kelapangan dada untuk menerima pihak-pihak lain yang tidak sepaham dengan kita.”ujarnya.
Orang Islam yang suka melakukan tindak kekerasan, pasti mendapatkan kritik darinya, baik melalui lisan maupun tulisan. “Apa yang dilakukan kelompok Islam keras dengan menuntut penyeragaman, itu tidak bisa dibenarkan. Saya rasa, saya sependapat bahwa semuanya ini terjadi karena mereka nggak paham agama. Jika al-Qur’an menyebut kata kafir, itu tidak diarahkan kepada Nasrani dan Yahudi, karena mereka memiliki julukan khusus ahlul al-kitab. Karenanya, yang dikatakan kafir itu tak lain musyrik Makkah, yang menyekutukan Tuhan. Baca gitu aja nggak bisa, ya repot.”
Gus Dur menyadari, kita ini orang Indonesia yang hidup di tengah keberagaman. Dan bangsa Indonesia ini dibentuk tidak dengan cara yang instan. Dalam tema indonesia dan keindonesiaan, Gus Dur mengingatkan kepada kita semua. “Tidak boleh lagi ada pembedaan kepada setiap warga negara Indonesia berdasarkan agama, bahasa, kebudayaan serta ideologi.” Itulah prinsip Gus Dur dalam mengilhami makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan membaca buku ini, pembaca akan mendapatkan banyak hikmah dan keteladanan yang sudah dicontohkan oleh Gus Dur, yang hematnya, tidak hanya sekadar ucapan, tetapi juga mewujud sebagai buah tindakan, yang mengarahkan eksperimen positif kepada masyarakat.
Banyak hikmah dan petuah yang bisa kita dapatkan dalam buku ini. Pembaca akan dibuat terkesima dari butiran-butiran kearifan sang waskita. Tentunya, tidak hanya untuk dinikmati saja, akan tetapi juga perlu diamalkan di setiap lika-liku kehidupan yang beragam.