Judul |
---|
Fahmi D. Saifuddin – dokter NU itu… |
Editor (Penyunting) |
Lukman Hakim Saifuddin |
Penerbit |
Yayasan Saifuddin Zuhri, Jakarta, Juni 2002 (cetakan ke-1) |
Kategori |
2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2002 |
Judul Tulisan
Dari Penerbit
Catatan Editor
Daftar Isi
Bagian Pertama
Sekilas Biografi Fahmi D. Saifuddin
- Kisah Hidup Intelektual Santri
Bagian Kedua
Di Tengah Transformasi Kultural NU : Kesaksian Sahabat & Pengamat
- Pribadi yang Saleh
- Oleh KH. Ali Yafie
- Fahmi Saifuddin Berpulang Potensi Nasional Hilang
- Oleh Hj. Asmah Sjachruni
- Dokter Fahmi, Adikku, Sahabatku, Guruku, Seorang Pejuang NU tanpa Pamrih
- Oleh KH. Abdul Muchith Muzadi
- Fahmi D. Saifuddin dan Keterikatannya pada NU
- Oleh H. Abdurrahman Wahid
- Fahmi, Intelektual Berakhlak Kiai
- Oleh KH. M. Cholil Bisri
- Sang Teladan yang Penuh Perhatian
- Oleh K.H. A. Mustofa Bisri
- Tokoh Tangguh di Balik Panggung
- Oleh H. M. Said Budairy
- Mas Fahmi dan ”Tanzhimat” NU
- Oleh H. Umar Basalim
- Mengubah Visi Kultural NU
- Oleh H.A. Chalid Mawardi
- Gus Dur dan Mas Fahmi ”Dwi-Tunggal NU” yang Tak Terwujud
- Oleh H. Solahuddin Wahid
- Sang Penggerak Pembaruan NU
- Oleh H. Slamet Effendy Yusuf
- Remah-remah Kenangan Bersama dr. Fahmi D. Saifuddin
- Oleh H. M. Ichwan Sam
- Fahmi Saifuddin dan Transformasi Kultural NU
- Oleh Dr. Bahtiar Effendy
- Apa yang Telah Fahmi Buat takkan Sia-sia
- Oleh Drs. H. Asnawi Latief
- Dr. Fahmi D. Saifuddin, MPH Saudaraku, Sahabatku
- Oleh Dr. Muhammad Thohir, SpKJ
- Lokomotif Pembaharuan NU
- Oleh H. Abdullah Syarwani, SH
- Mas Fahmi yang Saya Salah-Fahami
- Oleh Dr. H. Achmad Mubarok, MA
Bagian Ketiga
Jembatan Antargenerasi NU : Pandangan Kalangan Muda NU
- Fahmi Tidak Bisa Dipisahkan dari NU
- Oleh Arifin Junaidi
- Bung Hatta dalam Tubuh NU
- Oleh Masduki Baidlawi
- Sisi Lain dari Mas Fahmi
- Oleh Arief Mudatsir Mandan, M.Si
- Menjembatani Dua Generasi
- Oleh Abdul Mun’im DZ
- Memahami Pak Fahmi
- Oleh Ulil Abshar-Abdalla
- Fahmi dan Kalahnya Kultur Jam’iyah
- Oleh Saifullah Ma’shum
- Kepada Senior yang Terhormat
- Oleh H. Ali Zawawi
Bagian Keempat
Dalam Kancah Pendidikan dan Pengembangannya Sumber Daya Mausia : Kesaksian Sahabat dan Sejawat
- Fahmi, Sahabatku
- Oleh Prof. Dr. Makaminan Makagiansar
- Fidur yang Sepantasnya Menjadi Profesor atau Guru Besar
- Oleh Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo
- Sahabat yang Ikhlas dan Tulus
- Oleh Soetjipto Wirosardjono, MSc
- Fahmi Sejawatku dan Sahabat Intelektualku
- Oleh Tarmizi Taher, M.D.
- Mendahulukan Kepentingan Bersama
- Oleh Prof. Dr. H. Mastuhu
- Dr. Fahmi D. Saifuddin, MPH Seputar Pesantren dan Integrasi Keilmuwan
- Oleh Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.
- Gus Fahmi, Pendidik yang Antisipatif
- Oleh H. Ainul Sukri
- Sahabatku, Guruku dan Pemimpinku
- Oleh Hj. Mahsusah Tosari Widjaja
- Fahmi D. Saifuddin, Sosok Kiai Intelektual
- Oleh Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS
- Profil Pemimpin yang Berpikir Komprehensif, Kritis, dan Teliti
- Oleh Dra. Hj. Maria Ulfah Anshor
- Pak Fahmi, Guru Tulen yang Visioner
- Oleh Drs. H. A. Mahfudz Anwar
Bagian Kelima
Di Lingkungan UI dan Kesehatan Masyarakat : Kesaksian Teman Sejawat
- Murid yang Menjadi Teman Sejawat dan Kerabat
- Oleh Prof. Dr. Sujudi
- ‘Profesor’ Kesehatan Masyarakat
- Oleh Dr. Zainal Abidin Isma, Sp. B., FICS
- Seorang Kolega dengan Rasa Empati Tinggi
- Oleh Prof. Dr. H. Noerhadi Magetsari
- Pembaharu Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
- Oleh Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo
- Seorang Guru, Teman Sejawat, Abang dan Saudara
- Oleh Prof. Dr. Ascobat Gani
- Guru Peri Kehidupan
- Oleh Prof. Dr. Ratna Djuwita, MPH
Bagian Keenam
Di Lingkungan Keluarga dan Tetangga : Kesaksian Saudara, Anak, Istri, dan Tetangga
- ”Si Kutu Buku”, Teman Bermain Masa Kecil
- Oleh Hj. Farida Salahudin Wahid
- Sosok Pembangunan Tradisi Silaturrahim
- Oleh H. Adib D. Saifuddin, SE
- Ilmuwan yang Berkharisma Kiai
- Oleh Prof. Dr. H. Muhadjir
- Papaku Sang Idealis
- Oleh Muhammad Chamid Zuhri
- Kisah-kisah ”Kecil” tentang Papa
- Oleh Rakhmat Fajar Trianto
- Sosok Seorang Ayah
- Oleh Akmal Eki
- Masa Belajar yang Tak Pernah Mati
- Oleh Marti Alifa Fauzia
- Mas Fahmi Pribadi yang Disiplin dan Prosedural
- Oleh dr. Hj. Farida Sjaichu
- Kenangan Bersama Mas Fahmi
- Oleh Hj. Mariam Sjaichu Fahmi
Indeks
Sekilas tentang Editor
Sinopsis
Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Saifuddin Zuhri. Saifuddin Zuhri adalah ayah Fahmi, tokoh NU yang pernah menjadi Menteri Agama era Presiden Soekarno (1962-1967). Berisi tentang biografi, riwayat hidup, jenjang karir, dan pengabdian dokter Fahmi semasa di Nahdlatul Ulama. Yang ditulis oleh sahabat-sahabat beliau dari berbagai kalangan. Kehadiran buku ini sekaligus mengenang 100 hari berpulangnya almarhum, wafat pada 3 Maret 2002, di Jakarta.
Tulisan-tulisan di dalam buku ini dibagi menjadi enam bagian—ada 50 tulisan dengan tema dan kedekatan yang berbeda tentang sosok Fahmi D. Saifuddin dari karibnya. Baik dari kalangan NU maupun dari luar NU, seperti teman di kampus, keluarga, tetangga, dan kolega seprofesi di dunia kesehatan.
Bagian pertama, menceritakan biografi singkat dokter Fahmi, berisi riwayat hidup, pendidikan, pekerjaan, dan pengabdian. Bagian kedua, tentang kiprahnya di NU yang ditulis oleh sahabat seangkatan maupun di atasnya. Seperti Kiai Ali Yafie, Kiai Muchith Muzadi, Kiai Cholil Bisri, Gus Mus, Gus Solah, termasuk Gus Dur dan tokoh-tokoh senior lainnya di kalangan NU.
Pada bagian ini, membincangkan keterlibatan Fahmi D. Saifuddin pada kerja-kerja NU di tengah transformasi kultural dan pembaharuan.
Sementara bagian ketiga, tentang kehadirannya di NU bagi anak-anak muda NU, yang menjembatani antargenerasi. Ditulis oleh generasi di bawahnya, seperti Arifin Junaidi, Masduki Baidlawi, Abdul Mun’im DZ, Ulil Abshar-Abdalla, dan lainnya.
Bagian keempat, perjuangannya dalam dunia pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, ditulis teman sejawatnya di lingkaran pemerintahan maupun pesantren. Bagian kelima, menggambarkan sosoknya di kalangan UI dan kesehatan. Bagian terakhir, adalah kedekatan dokter Fahmi di mata tetangga dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
Gus Dur sendiri sangat dekat dengan dokter Fahmi, 10 tahun bersama, berkhidmah, ngurusi NU. Bahkan Gus Dur memberikan kesan atas dokter Fahmi, sebagai orang NU yang ‘gila’. Ungkapan Gus Dur tersebut beralasan, bahwa dokter Fahmi bisa dikatakan 24 jam memikirkan NU. Beliau meyakini, dampak kebaikan yang dilakukan untuk organisasinya tersebut akan berdampak pula pada kepentingan negara. Apa yang dianggapnya baik untuk NU, tentu juga baik untuk negara kita.
Dalam pandangan Gus Dur, sosok Fahmi digambarkakan dalam tiga hal. Pertama, keikhlasannya. Ia adalah sosok yang bekerja di NU yang tidak pernah berpikir menggunakan NU sebagai jembatan ke arah kariernya. Artinya ia tidak memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi, yang sifatnya jangka pendek.
Kedua, egalitarianisme. Di matanya, seorang pesuruh di lingkungan NU, kedudukannya sama dengan para anggota pengurus PBNU sendiri. Artinya ia tidak membeda-bedakan kedudukan atau kasta seseorang. Ketiga, konsistensi (istiqomah). Terutama memberi contoh dan keteladanan kepada umat. Tiga hal itu—dalam kaca mata Gus Dur, Fahmi tak lain meniru dari apa yang dilakukan oleh ayahnya. Sebuah gambaran betapa besar cintanya Fahmi dan ayahnya terhadap NU.