Kembali ke 2 Bunga Rampai

Percik Pemikiran Para Kiai

2 Bunga Rampai
Percik Pemikiran Para Kiai
Judul
Percik Pemikiran Para Kiai
Editor (Penyunting)
Samsul Munir Amin, Zoel Alba
Penerbit
Pustaka Pesantren, Yogyakarta, Mei 2009 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar Redaksi

Pengantar Penyunting

Daftar Isi

 

  1. Muqaddimah al-Qanun al-Asasi
    Oleh: Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari
  2. Kepemimpinan Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah
    Oleh: K.H. Ali Yafie
  3. Cinta dan Benci Karena Allah
    Oleh: K.H. Hasyim Adnan
  4. Kemakmuran yang Adil, Keadilan yang Makmur
    Oleh: K.H. Idham Chalid
  5. Hakikat Islam
    Oleh: K.H. A. Syaikhu
  6. Partisipasi Alim Ulama dalam Pembangunan
    Oleh: K.H. Moh. Dahlan
  7. Kebangkitan Dunia Islam
    Oleh: K.H. A. Wahid Hasyim
  8. Poligami
    Oleh: Ny. Hj. Aisyah Dahlan
  9. Ibadah Haji
    Oleh: K.H. M. Rodhi Sholeh
  10. Peningkatan Ibadah Ijmita’ Umat Islam dalam Masyarakat
    Oleh: K.H. Masykur
  11. Ahlussunnah wal Jama’ah
    Oleh: K.H. Ahmad Siddiq
  12. Ahl al-Hadi wa al-‘Aqdi
    Oleh: K.H. Moch. Tholhah Mansur
  13. Pendekatan Dakwah untuk Kaum Du’afa
    Oleh: K.H. MA. Sahal Mahfudz
  14. Muhammad Rasulallah: Teladan untuk Semua Pemimpin
    Oleh: K.H. Saifuddin Zuhri
  15. Kedudukan Ulama dan Pesantren dalam Masyarakat Islam
    Oleh: K.H. Ali Ma’shum
  16. Keluarga Berencana Ditinjau dari Sudut Islam
    Oleh: K.H. M. Bisri Syansuri
  17. Nahdhatul Ulama dan Islam di Indonesia Dewasa Ini
    Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid 
  18. Kebangkitan Ulama
    Oleh: K.H. Machfudz Shiddiq
  19. Islam dalam Perkembangan Sains dan Teknologi
    Oleh: K.H. Muh. Tholchah Hasan
  20. Menuju Satu Umat: Potensi daan Kendalanya
    Oleh: K.H. M. Yusuf Hasyim

Sinopsis

Buku ini adalah buah pikir, cara pandang, dari para kiai dan bu nyai Nahdlatul Ulama. Dari era Hadratus Syekh Kiai Hasyim Asy’ari, generasi pertama, hingga Gus Dur, generasi ketiga. Yang penyusun kumpulkan dari berbagai sumber kepustakaan dan penerbitan. Baik dari buku, majalah, surat kabar, bahkan brosur yang terserak dari berbagai tempat.

 

Ada dua puluh tulisan yang terdiri dari berbagai macam tema. Mulai dari perbincangan apa itu hakikat Islam, problem tafsir agama, hingga sains dan teknologi. Mereka mencurahkan pemikirannya dalam berbagai bentuk media. Ada yang berupa rekaman ceramah, makalah seminar, khutbah Iduladha, dan tanya jawab. Dengan dikumpulkan tulisan-tulisan dari para Masyayikh NU ini, harapannya generasi NU sekarang dan mendatang bisa menggali hikmah serta keteladanan dari para pendahulu.

 

Apa saja yang pernah dirumuskan dan dipikirkan oleh masyayikh NU tentang Keluarga Berencana (KB), poligami, kepemimpinan, ubudiyyah, keaswajaan, dan lainnya. Sehingga bisa dijadikan rujukan bersama.

 

Sayangnya, karena temanya beragam, jadi membuat pembaca seperti meloncat-loncat dari pemikiran dan pembahasan yang satu dengan pembahasan yang lainnya, tidak sistematis. Pun demikian, kita bisa belajar dari cara berpikir para ulama-ulama NU bagaimana cara menerapkan islam yang baik dan benar. Mengingat belakangan ini banyak muncul tokoh-tokoh agama yang menyuarakan ajakan kekerasan dalam berislam. Hal ini bertolak belakang dari ajaran para masyayikh.

 

Tulisan Gus Dur Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia Dewasa Ini, diambil dari Jurnal Prisma (terbit April, 1994). Gus Dur membicarakan berbagai analisis yang dilakukan oleh para peneliti dalam melihat NU. Seperti Mitsuo Nakamura, Sidney Jones, dan Zamakhsyari Dhofier. Semuanya melihat posisi NU sebatas apa yang dilihat, lalu Gus Dur mengomentari hasil pengamatan mereka.

 

Nakamura, antropolog dari Jepang mencoba menganalisis model kepemimpinan antara Kiai Idham Chalid dengan Kiai A. Sjaichu dan model struktur kepemimpinan NU yang horizontal, bukan vertikal. Sidney Jones, melakukan penelitian lapangan di Kediri tahun 1982, ia mencoba memahami kompleksitas kehidupan warga NU dan menemukan lapisan jaringan kepemimpinan di NU.

 

Sementara dalam tradisi keilmuagaman NU, sebagaimana yang dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofier,  bahwa NU mengikuti doktrin ahlussunnah waljamaah. Yang berpegangan pada tiga pondasi teologis; tauhidnya mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi, fikihnya menganut empat imam madzhab (Syafi’i, Maliki, Hambali, dan Hanafi), dan tarekat-tasawufnya berkiblat kepada Imam Junaid al-Baghdadi. Dari pemahaman itu, menghasilkan mekanisme kejiwaan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

 

Dalam pandangan kenegaraan, NU menolak pendirian negara Islam dan menerima asas Pancasila sebagai dasar negara. Apa yang telah dilakukan oleh NU terhadap bangsa ini, sejak sebelum merdeka hingga sekarang, ternyata mampu menjaga integrasi nasional dan menjaga wajah Islam Indonesia sebagai Islam yang ramah dan moderat.

 

Buku ini cukup memberi gambaran bagaimana para kiai-bu nyai kita yang tak mengenal lelah dalam memikirkan kemaslahatan umat.