Kembali ke 2 Bunga Rampai

Dinamika Kaum Muda – IPNU dan Tantangan Masa depan

2 Bunga Rampai
Dinamika Kaum Muda – IPNU dan Tantangan Masa depan
Judul
Dinamika Kaum Muda – IPNU dan Tantangan Masa depan
Editor (Penyunting)
A. Helmy Faisal Zein, Nurhakim
Penerbit
PP-IPNU, Jakarta, Februari 1997 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Sambutan :

  • Pimpinan Pusat Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (PP-IPNU)
  • Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
  • Menteri Transmigrasi & Pemukiman Perambah Hutan RI

 

Pengantar Editor

Daftar Isi

 

Kata Pengantar :

  • Kaum Muda dan Tantangan Masa Depan
    Oleh: Menteri Pertahanan Keamanan RI

 

Bagian 1. Dinamika Kaum Muda

  1. Memahami Kaum Muda
    Oleh:  KH. Abdurrahman Wahid 
  2. Kaum Muda, Pemimpin Masa Depan
    Oleh: KH. Ilyas Ruchiyat

 

Bagian 2. Upaya Mencerna Ulang Tradisi Kultural NU

  1. IPNU dan Upaya Memahami Konsep Aswaja
    Oleh: Dr. KH. Sa’id Aqil Siradj
  2. Hubungan Institusional IPNU dan Dinamika Badan Otonom NU
    Oleh: H. Ahmad Bagdja

 

Bagian 3. IPNU dan Partisipasi Politik

  1. IPNU, Partisipasi Politik dan Khittah
    Oleh: KH. Fu’ad Hasyim
  2. IPNU dan Strategi Keberperanan
    Oleh: Zainut Tauchid Sa’ady
  3. IPNU dan Dilema Orientasi
    Oleh: Nurhadi Ridlwan

 

Bagian 4. NU dan Atmosfir Baru

  1. NU dan Generasi Baru, Suatu Potret Pergeseran Struktural
    Oleh: Ulil Abshar-Abdalla
  2. Ikhtiar Memajukan Kualitas SDM NU
    Oleh: Fajrul Falaakh, SH. MA.

 

Bagian 5. IPNU, Dinamika Internal dan Eksternal

  1. Era Baru IPNU, Era Menyongsong Masa Depan
    Oleh: Hilmi Muhammadiyah
  2. Revitalisasi Peran dan Sistem Kepemimpinan dalam IPNU
    Oleh: Abdullah Azwar Anas
  3. Membangun Semangat Kejuangan IPNU
    Oleh: M. Ali Ramdhani

 

Bagian Lain. Takbir Para Penyair

  1. Puisi-puisi Karya Sitok Srengenge
  2. Sumber Tulisan
  3. Indeks
  4. Tentang Penulis

Sinopsis

Munculnya berbagai situasi dan kondisi yang mem-fardlu-kan jamiyyah keagamaan NU untuk terlibat ke dalam wilayah-wilayah “serius”, menjadikan IPNU –sebagai garda depan proses pengkaderan di lingkungan NU– lebih “sadar diri”. Bahwa apa yang menjadi semangat, perjuangan NU untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dengan pendekatan keagamaan (ahlus-sunnah wal jama’ah) dan kebangsaannya (nasionalisme) itu, adalah merupakan hal yang perlu ditindak lanjuti oleh IPNU dengan tetap menjaga sikap kritis-konstruktif.

Dari awal sampai akhir,buku ini memang banyak membongkar dinamika yang berkembang di IPNU. Akan tatapi jika kita sepakat untuk– melihat IPNU dalam perspektif kaum muda NU, maka sesungguhnya pun buku ini merupakan representasi, dari diskursus tentang kaum muda NU, baik yang berada dalam badan otonom. NU lainnya seperti GP Ansor, Fatayat NU, IPPNU atau bahkan PMII sekalipun. Dari sini lalu bisa ditarik asumsi bahwa representasi kaum muda NU ini pun sesungguhnya merupakan bagian lain dari perbincangan tentang kaum muda Indonesia pada umumnya, yang –konon– tak henti-hentinya melakukan ijtihad itu.

Ijtihad kaum muda lalu disebut sebagai proses pencarian jatidiri, proses di mana dihitunglah takaran rasionalitas, religiusitas, nalar serta prinsip dalam satuan yang kita sebut dengan nilai-nilai.