Judul |
---|
Guruh Soekarno Putra Berjuang Untuk Rakyat |
Editor (Penyunting) |
Aditya Wiratama, SH |
Penerbit |
Komunitas Pegangsaan, Jakarta, Maret 2005 (cetakan ke-1) |
Kategori |
2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2005 |
Judul Tulisan
Daftar Isi
I. Pendahuluan
II. Apa dan Siapa Guruh Sukarno Putra
- Lahir Berkalung Usus
- Siswa dengan Otak Cemerlang
- Sosok dengan Beragam Bakat
- Doa Ibunda
- Tidak Setengah-setengah
III. Guruh Sukarno Putra dan Politik
- Awal Keterlibatan dalam Dunia Politik
- Masuk Partai
- Peran dan Karier di Dunia Politik
IV. Visi Guruh tentang Partai
- Pentingnya Partai
- Landasan Pancasila
- Wadah Memperjuangkan ”Wong Cilik”
- Membangun Partai yang Modern
- Mengangkat Harkat dan Derajat Bangsa
- Berjuang di Kongres
- Isu-isu yang Mendiskreditkan
V. Pandangan Tokoh-tokoh Nasional
- K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
- Prof. Dr. Amien Rais
- Ir. Akbar Tandjung
- H.R. Agung Laksono
- K.H. Zainuddin MZ
VI. Analisa Pengamat Politik
- Dr. Sukardi Rinakit
- Dr. Asvi Warman Adam
- Rizal Mallarangeng
VII. Pandangan dan Komentar Fungsionaris dan Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan
- Imam Mundjiat
- Permadi, SH.
- Roy B.B. Janis
- Noviantika Nasution
- Ramson Siagian
- Marissa Haque
VIII. Pandangan dan Komentar Aktivis Organisasi
- Jacob Nuwa Wea
- Irma Hutabarat
- Pius Lustrilanang
- Budiman Sudjatmiko
- Drs. H. Sutan Bhatoegana, MM
- Ali Mudori
IX. Pandangan dan Komentar Budayawan-Seniman
- Taufiq Ismail
- K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus)
- Iwan Fals
- Ahmad Dani
X. Pandangan dan Komentar Olahragawan
- Rudy Hartono
- I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai (Ade Rai)
XI. Pandangan dan Komentar Handai Taulan
- Marsekal Cheppy Hakim
- T.S. Lingga
- Robby Sumendap
- Dewa Putu Santika
XII. Pandangan dan Komentar Keluarga
- H. Guntur Soekarno
- Rachmawati Sukarno Putri
- Sukmawati Sukarno Putri
- Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari
- Guntur Soekarno Putri
- G.P.H. Paundrakarna Jiwa Suryanegara
Sinopsis
Buku ini ingin mengenalkan siapa sosok Guruh Sukarno Putra. Putra dari Bung Karno ini, bagi kebanyakan orang namanya tidaklah asing, namun gerakan dan sepak terjangnya di dunia politik banyak yang masih awam. Sebab itu, untuk ‘mengerek’ namanya dalam percaturan politik nasional, buku ini hadir di hadapan pembaca.
Nama Guruh sempat muncul sebagai salah satu kandidat terkuat Ketua Umum PDIP periode 2005-2010, akibat dari kekalahan PDIP pada pemilu 2004. Tidak hanya kekalahan dalam pemilihan legislatif, tetapi juga kekalahan pada pemilihan presiden, hingga berlanjut pada pemilihan Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua DPD. Belum lagi pemilihan kepala daerah di berbagai kota dan provinsi. Kekalahan demi kekalahan ini menjadi pukulan telak para kader.
Wajar jika tokoh senior dan anak-anak muda akar rumput, mendorong Guruh sebagai calon ketua umum PDIP di periode berikutnya. Baginya nama Guntur sangat tepat. Selain pernah menduduki jabatan di DPR lebih dari satu dasa warsa, ia juga aktif di bidang seni dan sosial, menjadi pemimpin di Yayasan Bung Karno dan GSP 18 (organisasi kepemudaan untuk menangani korban narkoba).
Buku ini memuat pandangan banyak kalangan tentang sosok Guruh, dari politisi, kiai, aktivis, budayawan, hingga olahragawan. Memuat juga komentar-komentar dari kerabat, handai taulan, dan keluarga. Ada juga analisa dari para pengamat politik.
Gus Dur sendiri dalam buku ini lebih terkesan dimintai pendapat (wawancara). Bukan langsung tulisan sebagaimana yang dikirim di koran/majalah. Gus Dur memberikan beberapa poin—walaupun subyeknya adalah Guruh—tapi pesannya lebih luas lagi.
Pertama, jangan terlalu mengidolakan sosok, dalam hal ini Sukarno, karena orang akan bosan dengan menjual nama Sukarno untuk kepentingan elektoral. Saran Gus Dur, tirulah apa yang dilakukan Sukarno, perjuangannya dan keikhlasannya untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan atas nama anak Sukarno, lalu nyalon. Gus Dur saja tidak begitu tahu kiprah Guruh di dunia politik. Guruh lebih dikenal sebagai seniman.
Kedua, tentang kepemimpinan. Siapa pun yang terpilih, baik Mega, Guruh, atau yang lain, haruslah bersedia mengakomodir pihak yang kalah, merangkulnya, agar aspirasinya tersalurkan. Dengan begitu semakin menjadikan PDIP sebagai partai yang solid dan makin besar, khususnya kekuatan di internalnya.
Ketiga, tentang tiga kekuatan kelompok besar dalam sistem politik. Kelompok pertama terdiri dari mahasiswa, LSM, dan intelektual. Kelompok kedua adalah TNI (militer). Kelompok ketiga adalah partai politik, seperti PDIP, PKB, Golkar, dan lainnya. Nah, seringkali terjadi friksi antara kelompok pertama dengan kelompok kedua, maka dari itu, kelompok ketiga ini bisa menjadi penengah dari dua kelompok yang sering bersitegang. Supaya bisa menjadi jembatan dari keduanya, jadilah partai politik yang paling tinggi, besar, dan bagus.
Ingin mengenal lebih jauh sosok Guruh Sukarno Putra, bacalah buku ini.