Kembali ke 2 Bunga Rampai

Insya Allah Gus Dur Presiden – Dari Poros Tengah Jadi Pilihan Rakyat

2 Bunga Rampai
Insya Allah Gus Dur Presiden – Dari Poros Tengah Jadi Pilihan Rakyat
Judul
Insya Allah Gus Dur Presiden – Dari Poros Tengah Jadi Pilihan Rakyat
Penerbit
Oktober 1999 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar Penerbit

 

BAGIAN PERTAMA. Mengapa Harus Gus Dur?

  1. Gus Dur Menjadi Presiden Bila
    (Wawancara Gus Dur – Panji Masyarakat, 6 Oktober 1999)
  2. Peluang Saya Besar Sekali, Hampir 100 Persen
    (Wawancara Gus Dur – Forum Keadilan, 5 September 1999)
  3. Gus Dur: Saya Tidak Mencari Jabatan
    (Wawancara Panji Masyarakat, 13 Oktober 1999)
  4. Diperintahkan Apa Saja, Akan Saya Jalankan
    (Wawancara Forum Keadilan, 10 Oktober 1998)
  5. Langkah Kuda Gus Dur
    (Majalah Tempo, 28 Desember 1998)
  6. Empat Dirangkul, Gus Dur Mau Apa?
    (Majalah Tempo, 28 Desember 1998)
  7. Gus Dur: Saya Nggak Mau Bangsa Ini Terbakar
    (Majalah Tempo, 28 Desember 1998)
  8. Reformasi Hanya Mungkin Oleh Poros Tengah
    (Wawancara Fuad Bawazier, Panji Masyarakat, 15 September 1999)
  9. Menunggu Kata Putus Para Kiai Waskita
    (Tempo, 17 Oktober 1999)
  10. Amin Rais Soal Gus Dur, Habibie dan Megawati
    (Tempo, 17 Oktober 1999)
  11. Meraba Tiga Isyarat Langit
    (Tempo, 17 Oktober 1999)
  12. Saya Ingin Berkompetisi Secara Beradab
    (Liputan 6 Siang SCTV, 6 Oktober 1999)
  13. Mampukah Gus Dur Menjegal Mega?
    (Republika, Rabu 13 Oktober 1999)

 

BAGIAN KEDUA. Gus Dur Pemimpin Reformis

Komentar Sejumlah Tokoh & Pengamat:

  1. Arbi Sanit
  2. Shalahudin Wahid
  3. KH. Nur Muhammad Iskandar SQ
  4. Zarkasih Nur

Sinopsis

Buku ini berisi wawancara dengan Gus Dur yang dimuat di sejumlah media massa—Panji Masyarakat, Forum Keadilan, Tempo, Liputan 6, dan Republika—beserta wawancara kepada sejumlah tokoh atau pengamat politik menyangkut kontestasi pemilihan presiden tahun 1999. Di antaranya: Arbi Sanit (dosen ilmu politik), Shalahuddin Wahid (adik Gus Dur), Kiai Nur Muhammad Iskandar SQ (pengasuh Ponpes Ash-Shiddiqiyah Jakarta), dan Zarkasih Nur (politisi PPP).

 

Dibagi ke dalam dua bab. Bab pertama, Mengapa Harus Gus Dur, berisi wawancara atau komentar Gus Dur tentang kontestasi pilpres. Bab kedua, Gus Dur Pemimpin Reformis, memuat komentar dari para pengamat politik maupun aktor politik tentang peluang Gus Dur sebagai presiden.

 

Berbeda dengan buku-buku serial wawancara Gus Dur yang lain, seperti Tabayun Gus Dur misalnya, buku ini spesifik membahas peta politik menjelang pemilihan presiden dalam Sidang Umum MPR 1999. Harapannya buku ini menjadi panduan dalam memilih pemimpin saat itu.

 

Pasca Orde Baru tumbang atau disebut era reformasi, muncul istilah Poros Tengah. Istilah yang digagas oleh Amien Rais ini ingin menyatukan partai-partai Islam dalam satu gerbong suara, mendukung Gus Dur. Lalu terpilihlah Gus Dur sebagai presiden RI ke-4, walaupun suara PDI P waktu itu paling tinggi perolehannya. Kemenangan di legislatif tidak serta merta mengantarkan Megawati menahkodai republik ini.

 

Buku ini memuat fenomena menarik, karena mewawancarai Gus Dur secara langsung. Hal apa yang menyebabkan semakin menguatnya Poros Tengah, serta ihwal apa yang melatarbelakangi dipilihnya Gus Dur dalam pencalonan presiden? bisa dibaca dalam buku ini.

 

Soal pencalonan Gus Dur, beliau menyatakan kalau tidak ada pikiran atau keinginan yang neko-neko, berambisi menjadi presiden. Hal itu berbeda dengan Megawati dan Habibie. Namun kalau ditugasi oleh MPR, beliau tidak akan menolak—apalagi Amien Rais saat itu terpilih sebagai ketuanya, yang secara terbuka mendukung Gus Dur—begitulah yang beliau pahami dalam ajaran agama. Tidak mencari jabatan, namun kalau diperintah, siap menjalankan amanat yang diberikan.

 

Gus Dur juga menyampaikan gagasan dan visi besarnya ketika seandainya terpilih. Pertama, tentang 100 hari pertama dan fokus kerjanya sebagai presiden. Yakni, menjaga politik luar negeri, mengembalikan stabilitas ekonomi secepat mungkin, dan membangun pemerintahan yang bersih.

 

Kedua, keengganannya untuk tunduk atau didikte oleh kekuatan asing. Menjelang pemilihan, manuver asing mencoba mendikte keinginannya, seperti Amerika. Gus Dur tidak mau menurutinya. Bangsa ini harus percaya diri dengan kekuatan yang dimiliki.

 

Ketiga, jika terpilih, Gus Dur akan menjalankan amanat sesuai dengan konstitusi/UU, dan akan menindak tegas siapa pun yang melanggarnya, itu sudah menjadi prinsipnya demi menjaga kedaulatan Indonesia. Namun sayang, baru separuh perjalanannya dalam memimpin negeri ini, Gus Dur dilengserkan oleh sebagian orang yang dulu solid mendukungnya.