Judul |
---|
Islam Nusantara – Meluruskan Kesalahpahaman |
Editor (Penyunting) |
Harianto Oghie, Fatkhu Yasik |
Penerbit |
LP Ma'arif NU Pusat, Jakarta, Juli 2015 (cetakan ke-1) |
Kategori |
2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2015 |
Judul Tulisan
Pengantar Penyelaras
Daftar Isi
- Pemikiran Awal: Pribumisasi Islam
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid - Islam Nusantara Manifestasi Islam Otentik
Oleh: Dr. KH. A. Mustofa Bisri - Urgensi Kajian Islam Nusantara
Oleh: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA - Islam, NU dan Nusantara
Oleh: Prof. Dr. M. Isom Yusqi - Menghidupkan Kembali Ajaran Autentik Islam Nusantara
Oleh: Dr. M. Ulinnuha Khusnan - Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia
Oleh: KH. Afifuddin Muhajir - Islam Nusantara Perspektif Tradisi Pemikiran Nahdlatul Ulama
Oleh: Sulthon Fatoni, M.Si - Dakwah Islam Nusantara
Oleh: Abdul Moqsith Ghazali - Membumikan Islam Nusantara
Oleh: KH. M. Hasan Mutawakkil Alallah
Epilog
- Islam Nusantara adalah Kita
Oleh: HZ. Arifin Junaidi
Sinopsis
Buku ini adalah kompilasi tulisan dari para ulama atau cendekiawan NU yang pernah tayang atau terbit di media massa atau buku. Ada juga yang diramu dari ceramah atau makalah. Total ada sembilan penulis. Tulisan Gus Dur menjadi pembuka, pemikiran awal atau embrio gagasan Islam Nusantara, dengan judul “Pribumisasi Islam”.
Hal ini untuk mempertegas bahwa ide Islam Nusantara bukanlah hal baru, dan sudah diwacanakan oleh Gus Dur sejak tahun 1989. Tentang relasi agama dengan budaya, memahami Islam sesuai dengan konteks lokal, memadukan konsep fikih dengan adat, pelestarian tradisi sebagai media dakwah para wali, beragama dengan sikap moderat (tawasuth) dan tidak berlebihan (ekstrim), serta melihat islam lebih ke esensinya, tidak sebatas kulit luar.
Tulisan Gus Dur tersebut, walaupun sudah 30an tahun lebih tetap genuine. Masih relevan dibaca dalam konteks sekarang, dan menarik menjadi bahan diskusi di pelbagai forum. Pertama kali dimuat di Islam Indonesia Menatap Masa Depan, oleh P3M (1989). Berdasarkan dari laporan hasil wawancara Abdul Mun’im Saleh dengan Gus Dur. Wajar jika tulisan tersebut di-republish berkali-kali dengan judul buku yang berbeda-beda, hingga tahun 2018 ada enam buku yang memuatnya.
Sebagaimana dalam pengantarnya, penyusun menjelaskan bahwa buku ini mencoba meluruskan kesalahpahaman masyarakat tentang persepsi jargon “Islam Nusantara” yang dipakai oleh NU. Pada tahun 2015, Muktamar Nahdlatul Ulama yang ke-33 mengangkat tema “Meneguhkan Islam Nusantara sebagai Peradaban Indonesia dan Dunia”. Pada waktu itu istilah ‘Islam Nusantara’ cukup ramai menjadi bahan pembicaraan atau diskusi, trending topic, dibicarakan banyak orang baik di forum resmi, seperti kampus, mimbar masjid, hingga menjadi perdebatan di lini masa. Pro kontra pun tak terhindarkan.
Ada anggapan bahwa jargon Islam Nusantara adalah titipan atau ide dari Presiden Jokowi, yang mana ketika beliau waktu membuka Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Jakarta (14/6/15), menggunakan istilah itu. Dari sanalah alasan buku ini diterbitkan oleh Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU). Untuk meluruskan sekaligus merangkum apa sebenarnya di balik jargon itu.
Dalam epilog, oleh HZ, Arifin Junaidi, juga diuraikan penjelasan kategori kelompok Islam yang kontra dengan wacana Islam Nusantara, di samping juga dipaparkan contoh beberapa tokoh di luar NU yang mendukung gagasan Islam Nusantara beserta dalilnya.
Selain tulisan Gus Dur, ada juga tulisan-tulisan dari para ulama atau cendekiawan NU, yang tengah memotret dinamika terkini atau wacana mutakhir yang berkaitan dengan hal ihwal gagasan Islam Nusantara. Tokoh-tokoh tersebut antara lain; K.H. Afifuddin Muhajir, Abdul Moqsith Ghazali, K.H. M. Hasan Mutawakkil Alallah, Prof. Dr. M. Isom Yusqi, dan lainnya.
Dengan membaca tulisan-tulisan dari para pakar atau ulama NU tersebut harapannya pembaca semakin tercerahkan, mengetahui makna dan alasan mengapa Nahdlatul Ulama mengeluarkan atau memperkenalkan jargon Islam Nusantara.