| Judul |
|---|
| Memerdekakan Indonesia Kembali – Perjalanan Bangsa dari Soekarno ke Megawati |
| Editor (Penyunting) |
| Imam Anshori Saleh, Jazim Hamidi |
| Penerbit |
| IRCiSoD, Yogyakarta, Agustus 2004 (cetakan ke-1) |
| Kategori |
| 2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
| Arsip Tahun |
| 2004 |
Judul Tulisan
Kata Sambutan
- Oleh: Presiden Republik Indonesia
- Oleh: Kepala BIN, AM Hendropriyono
Daftar Isi
Prolog: Memerdekakan Indonesia Kembali
Bagian 1. Memaknai Kemerdekaan dan Nasionalisme
- Memaknai Arti Kemerdekaan
- Oleh: Widiboyo
- Makna Kemerdekaan yang Telah Berubah
- Oleh: Dino Patti Djalal
- Mencari Esensi Hari Kemerdekaan
- Oleh: Reza Indragiri Amriel
- Makna Pekik Merdeka Masa Kini
- Oleh: A. Muis
- Kemerdekaanmu, Belum Kemerdekaanku
- Oleh: Toeti Adhitama
- Kemerdekaan (Bukan) Milik Bung Karno
- Oleh: Budi Gunawan
- Kemerdekaan bagi Kaum Muda dan Masa Depan
- Oleh: TM Luthfi Yazid
- Primodialisme, Nasionalisme dan Kemerdekaan
- Oleh: Laode Ida
- Nasionalisme Ofensif, Mungkinkah?
- Oleh: Tommy F. Awuy
Bagian 2. Proklamasi Kemerdekaan RI dalam Perspektif Politik dan Hukum Praktis
- Catatan Politik Setelah 50 Tahun Merdeka
- Oleh: Denny JA
- 50 Tahun Negara Hukum
- Oleh: Franz Magnis-Suseno SJ
- Proklamasi dan Komitmen pada Hukum Nasional
- Oleh: M. Khoidin
- Pembaharuan Hukum
- Oleh: Mulyana W Kusumah
- Quo Vadis Hukum Pidana?
- Oleh: J.E. Sahetapy
- Proklamasi dan Politik Dagang Sapi
- Oleh: Frans Seda
- Reproklamasi dan Reformasi
- Oleh: Peter Lewuk
Bagian 3. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara dalam Lintasan Ujian Sejarah
- Jepang dalam Perang Dunia II
- Oleh: Teuku May Rudi
- Kahar Muzakkar Menguji Republik dari Timur
- Oleh: Imam Anshori Saleh
- Masa Depan Negara-Bangsa (Ditempa Melalui Sistem Pendidikan Nasionalnya)
- Oleh: Daoed Joesoef
- Kita Harus Merenungkan Sejarah
- Oleh: Taufik Abdullah
Bagian 4. Diskursus tentang Ideologi, Kontitusi dan Demokrasi
- Menuju Republik Demokrasi Indonesia
- Oleh: AM Hendropriyono
- Ideologi Pancasila Tak Akan Mati
- Oleh: Suprapto
- Pasang Surut Kehidupan Konstitusi Tergantung Politik
- Oleh: R. Sri Soemantri Martosoewignjo
- ‘Saya Ingin Liberalisasi Politik’
- Oleh: Adnan Buyung Nasution
- Jika Semangat Penyelenggara Negara Lemah, Negara Tidak Demokratis
- Oleh: Yusril Ihza Mahendra
- Revitalisasi Nilai-Nilai Kebangsaan, Kemerdekaan, dan Demokrasi
- Oleh: KH. Abdurrahman Wahid
Epilog: Sajak dari Muhammad Yamin
Biografi Editor
Daftar Indeks
Sinopsis
Buku ini berisi kumpulan tulisan dari para pakar dan akademisi yang membincang tentang makna dan hakikat kemerdekaan bagi republik ini. Ihwal yang melatarbelakangi terbitnya buku ini adalah riset (disertasi) dari Jazim Hamidi (editor buku), kepada pusat data Media Indonesia dari kurun waktu 1995 hingga 2003. Sewindu memaknai proklamasi.
Jazim mengumpulkan data yang berisi artikel, berita, dan wawancara dari para tokoh dalam buku ini yang utamanya berisi tema-tema refleksi kemerdekaan. Ada dua puluh enam tokoh dari lintas profesi dan kepakaran. Mereka membicarakan seperti apa sih idealnya bangsa yang merdeka itu.
Dari banyaknya tema dan topik, maka buku dipilah menjadi empat bagian. Memaknai Kemerdekaan dan Nasionalisme, Proklamasi Kemerdekaan RI dalam Perspektif Politik dan Hukum Praksis, Kesadaran Berbangsa dan Bernegara dalam Lintasan Ujian Sejarah, Diskursus tentang Ideologi, Konstitusi, dan Demokrasi.
Dari keempat topik atau tema tersebut pembaca akan mendapatkan satu tarikan nafas, apa itu hakikat kemerdekaan? sudahkah kita menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya? dari tiga rezim (Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi) apakah kita sudah menemukan kemerdekaan itu? sebagaimana yang telah dirumuskan para pendiri bangsa. Singkatnya, buku ini merupakan refleksi bersama kita dalam bernegara. Sebagai kado 60 tahun kemerdekaan RI.
Tulisan Gus Dur ditempatkan pada bagian keempat, sebagai penutup pembahasan buku, dengan judul: Revitalisasi Nilai-Nilai Kebangsaan, Kemerdekaan, dan Demokrasi. Tulisan Gus Dur tersebut berisi pidato kenegaraan yang pernah dimuat di harian Media Indonesia pada 17 Agustus 2000.
Menariknya, itu adalah pidato pertama dan terakhirnya sebagai pemimpin negara dalam peringatan HUT RI. Sebab, Gus Dur dilantik pada 20 Oktober 1999 dan dilengserkan MPR pada 23 Juli 2001.
Apa yang disampaikan Gus Dur dalam pidato tersebut masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Membicarakan visi misi, nilai-nilai keindonesiaan, dan bagaimana cara memimpin bangsa yang terdiri dari beragam suku, agama, kelas, dan kasta.
Pesan Gus Dur kepada para pemimpin pemerintahan adalah harus benar-benar memahami aspirasi masyarakatnya, mampu mencermati setiap perubahan yang terjadi di lingkungannya, memelihara komunikasi yang baik dengan rakyat, dan menyelesaikan segala urusan dengan cara bermusyawarah.