Judul |
---|
Nasihat-nasihat Keseharian Gus Dur, Gus Mus, dan Cak Nun |
Penulis |
Ahfa Waid |
Editor (Penyunting) |
Nurrohman |
Penerbit |
DIVA Press, Yogyakarta, Oktober 2017 (cetakan ke-1) |
Kategori |
1C Kumpulan Kutipan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2017 |
Judul Tulisan
BAB I. Nasihat-nasihat Gus dur yang Perlu Kita Renungkan
- Mengenal Gus Dur Lebih Dekat
- Hidupkan Hati Kita dengan Siraman Nasihat dari Gus Dur
BAB II. Menyelami Nasihat-nasihat Gus Mus
- Berkenalan dengan Gus Mus
- Gus Mus dan Nasihatnya tentang Kehidupan Sehari-Hari
BAB III. Membuka Pikiran dengan Nasihat-nasihat Cak Nun
- Mengenal Kehidupan Cak Nun
- Menata Cara Berfikir bersama Cak Nun
Sinopsis
Setidaknya ada dua hal yang menjadikan ketiga tokoh dalam buku ini kata-katanya banyak dikutip atau direproduksi masyarakat dalam bermacam-macam produk, seperti kaos, stiker, pin, poster, bahkan di belakang bak truk, acap kali sosoknya dijadikan ilustrasi favorit.
Yang pertama, ketiganya lahir dari rahim pesantren, di mana banyak pengikutnya dari kalangan muslim tradisional. Kalangan ini menganggap ketokohan itu penting. Umat islam butuh role model yang bisa membimbing atau menuntunnya ke jalan yang benar, supaya selamat dunia akhirat.
Yang kedua, ketiganya tak bisa dipisahkan dengan label budayawan. Gus Dur pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta, sementara Gus Mus dan Cak Nun karya-karyanya tentang kesusastraan banyak menginspirasi pengikutnya di tanah air. Cerpen, puisi, dan ceramahnya yang menggelegar. Belum lagi gerakannya yang ngopeni kalangan arus bawah. Ketiganya bagaikan mata air kehidupan sosial keagamaan muslim Indonesia yang plural.
Dalam buku ini sebelum penulis membahas nasihat atau quote dari masing-masing tokoh, ia terlebih dahulu menguraikan biografi singkat. Walaupun kebanyakan muslim Indonesia sudah mengetahui ketokohannya, namun hal ini perlu diulas untuk mengingkatkan kembali garis perjuangannya selama hidup, terutama Gus Dur yang sudah wafat.
Ada delapan belas nasihat atau kutipan Gus Dur yang penulis dapatkan dari berbagai sumber. Dari media online sampai akun resmi official Jaringan GUSDURian dan Fanpage KH. Abdurrahman Wahid. Bahkan ada juga yang diambil dari twit/status simpatisan Gus Dur.
Dari quote yang pendek itu lalu ditafsiri atau dibuatkan syarahnya oleh penulis. Misal kata-kata Gus Dur, “tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian.” Kemudian penulis menuliskan makna atau arti dari nasihat Gus Dur tersebut.
Gaya kepenulisannya dikemas ngepop, khas anak muda yang kekinian. Membacanya pun renyah, seperti seorang sedang ngobrol santai. Tidak formal ala makalah ilmiah. Harapan dari penulis sendiri, siapapun yang membaca buku ini dapat membawa perubahan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau dipetakan dari delapan belas nasihat Gus Dur di buku ini, penulis kebanyakan mengambil kutipan yang berisi tentang nilai-nilai kemanusiaan. Nilai ini yang memang diperjuangkan oleh Gus Dur selama hidupnya. Bahkan dalam wasiatnya, Gus Dur menginginkan suatu saat ketika sudah meninggal, makamnya diberi tulisan: di sinilah berbaring seorang pejuang kemanusiaan.
Kutipan-kutipan itu antara lain, “memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya”, “persaudaraan kemanusiaan adalah puncak peradaban”, “tidak penting apa latar belakangmu, kalau kamu bisa berbuat baik kepada semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu”.
Pada nasihat Gus Dur yang ke tujuh, penulis menyelipkan humor Gus Dur yang viral tentang hubungan antar umat beragama. Agama mana yang paling dekat dengan Tuhan? dari Hindu, Kristen, dan Islam. Humor ini cukup mencairkan suasana keberagaman kita hari ini.
Sayangnya, ada beberapa sumber quote yang menjadi tanda tanya. Walaupun pernyataannya bagus, namun rujukan yang diambil keterangannya umum (seperti media online)—yang tidak jelas diambil dari buku apa, kapan dan bagaimana konteks dari pernyataan itu—sehingga sisi keabsahannya dinilai kurang. Padahal untuk mengutip pernyataan seorang tokoh, kita sebagai pembaca juga perlu mengetahui konteksnya. Asal muasal quote itu seperti apa sih, yang melatarbelakangi beliau bisa memberi pernyataan seperti itu bagaimana. Nah, itu catatan pentingnya.
Pun demikian, buku ini cocok sebagai bahan refleksi bersama tentang kehidupan keberagamaan kita hari ini dan nanti.