Kembali ke 2 Bunga Rampai

Non Pri di Mata Pribumi

2 Bunga Rampai
Non Pri di Mata Pribumi
Judul
Non Pri di Mata Pribumi
Editor (Penyunting)
H. Junus Jahja
Penerbit
Yayasan Tunas Bangsa, Jakarta, 1991 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

Sambutan Bakom – PKB Pusat 

Dari Editor

Kata Pengantar

  • Oleh: Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo

 

Bab I. Gadis WNI Bernama Engtay

  • Oleh: Ridwan Saidi

 

Bab II. Haluan Politik 1 November 1945 (Manifesto Politik Bung Hatta)

  • Warna Negara Indonesia Turunan Tionghoa
    Oleh: Moh. Hatta

 

Bab III. Apa Kata Bung Karno

 

Bab IV. Kebijaksanaan Orde Baru

 

Bab V. Pemikiran Pak Harto

 

Bab VI. Aneka Pandangan

  • Masalah Chung Hua Hui
    Oleh: Prof. Dr. Ir. Soemantri Brodjonegoro
  • Perlindungan Khusus
    Oleh: Mr. Assaat
  • Masalah bagi Orang Asing di Indonesia
    Oleh: Dr. H. Roeslan Abdulgani
  • Sambutan Menteri Dalam Negeri Letjen Basuki Rochmat pada Waktu Serah Terima LPKB
    Oleh: Letjen Basuki Rochmat 
  • Filsafat Oei Tiong Ham
    Oleh: Jusuf Wibisono SH
  • Cukong & Praktek Percukongan
    Oleh: Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti
  • Sayuti Melik Bicara Mengenai WNI Keturunan Asing
    Oleh: Sayuti Melik 
  • Kami Bela Ojong P.K.
    Oleh: Mochtar Lubis
  • Apa Kata Menteri Ali Moertopo?
  • Si Yom dan Orang Indonesia
    Oleh: Goenawan Mohamad
  • Nonpribumi Jangan Bersikap Eksklusif
    Oleh: Fahmi Idris
  • Pribumi dan Nonpribumi Menatap Matahari Indonesia
    Oleh: Ayub Sani Ibrahim
  • Sumpah Pemuda Sudahkan Kita Terapkan dalam Pembinaan Kesatuan Bangsa?
    Oleh: Dr. Sarlito Wirawan Sarwono
  • Untuk Ivanna dan Tan Joe Hok
    Oleh: Sitor Situmorang
  • Pernyataan Majelis Ulama Indonesia tentang Pembauran
    Oleh: Prof. Dr. Hamka
  • Injo Beng Goat
    Oleh: Soebagijo I.N.
  • Kebijaksanaan ”Baju Politik”
    Oleh: R.H.S. Bratanata
  • Persoalan Cina
    Oleh: Yahya A. Muhaimin
  • Bidang Ekonomi Hendaknya Menjadi Sasaran Utama Proyek Perintis Pembauran
    Oleh: Mendagkop Radius Prawiro
  • Bagaimana ”MenCinakan” Orang Indonesia
    Oleh: Prof. Dr. St. Takdir Alisyahbana
  • Frustasi dan Stereotip
    Oleh: Prof. Dr. Umar Kayam
  • Membina Keselarasan Hubungan antara Pribumi-Nonpribumi
    Oleh: Prof. Dr. Emil Salim
  • Pemulihan Keamanan dan Perbaikan Aparatur Negara
    Oleh: Masalah Hoa Kiao dan Dr. A. H. Nasution
  • Sumo dan Zainun
    Oleh: Masmimar Mangiang
  • Keturunan Arab, Cina dan Penerimaan Masyarakat
    Oleh: Mr. Hamid Algadri
  • Masalah Rasialisme yang Sebenarnya
    Oleh: Hasjim Ning
  • Indonesia Masa Mendatang Ibarat Sosok Santri yang Canggih
    Oleh: Dr. Nurcholish Madjid
  • Sambutan Berhubung Terbitnya Buku H. Junus Jahja ”Catatan Seorang WNI-kenangan, Renungan dan Harapan”
    Oleh: Letjen (Purn) T.B. Simatupang
  • Soal Golongan Tianghoa
    Oleh: Prof. Koentjaraningrat
  • Jangan Demonstrasikan Hidup Mewah
    Oleh: Mendagri Rudini
  • Konsekuensi dari Normalisasi Hubungan dengan RRC
    Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo
  • Warga Negara
    Oleh: Mahbub Djunaidi
  • Masalah Tionghoa: Ekonomi dan Sosial
    Oleh: Burhan Magenda
  • Beri Jalan Orang Cina
    Oleh: Abdurrahman Wahid
  • Taipan-taipan Baru
    Oleh: Djafar H. Assegaf
  • Pemulihan Hubungan Diplomatik Indonesia-Cina
    Oleh: Syamsurizal
  • Redam Isu Keturunan
    Oleh: Menhankam Jend. L.B. Moerdani
  • Kelompok Bisnis dalam Proses Politik di Indonesia
    Oleh: Siswono Yudohusodo
  • Pembauran dan Kewiraswastaan Umat
    Oleh: H. Rosihan Anwar
  • Haji Masagung: Pelita Hati
    Oleh: Sri Edi-Swasono
  • Minoritas di Tengah Mayoritas
    Oleh: Leila Ch. Budiman
  • Tanggapan ”Minoritas di Tengah Mayoritas”
    Oleh: Leila Ch. Budiman
  • Pak Rudini dan Hippi
    Oleh: Sri-Edi Swasono

 

Bab VII. Surat Pembaca

  • Bhinneka Bhakti
    Oleh: R. Anwar
  • Serahkanlah kepada Waktu
    Oleh: Muharjo
  • Camkan Kata-kata P.M. Lee Kuan Yew
    Oleh: Agoes Soejono
  • Soal Diskriminasi dan Soal Nama
    Oleh: Akib Dipakusuma
  • Minirotet dan Masalahnya
    Oleh: Amin Gintings
  • Hanya Kelompok Kecil Bersifat ”Srigala Komersil”
    Oleh: Suchjar Tedjasukmana S.E.
  • Sumpah Pemudanya Dr. Sarlito
    Oleh: Drs. Didin Burhanudin
  • Masalah Non-Pribumi
    Oleh: Ny. E. Azhari
  • Jadi Tuan di Rumah Sendiri
    Oleh: Haji G. Malikmass
  • Peran Pribumi dalam Pembauran
    Oleh: Ikbal Maulana
  • Pribumi dan Pembauran Tidak Bertanggungjawab
    Oleh: A. Juwaeni
  • WNI Turunan Berbahasa Cina di Tempat Umum
    Oleh: Roostien Ilyas

 

Bab VIII. Kongkow Kongkow di Tapos

  • Dialog Presiden dengan Pengusaha Besar
    Oleh: Soemitro
  • Momentum Kepeloporan Pengusaha Swasta Nasional dalam Pembangunan
    Oleh: Jacob Oetama
  • Biaya Sosial Om Liem
    Oleh: Winarno Zain

 

Bab IX. Epilog/Kesimpulan: Pribumi Kuat, Kunci Pembauran

Sinopsis

Buku ini adalah kumpulan tulisan dari orang-orang Indonesia (pribumi) tentang masalah-masalah warga keturunan Cina (non pribumi). Dikotomi antara keduanya sudah ada sejak era kolonial, namun semakin menguat atau terlembagakan di masa Orde Baru.

 

Saat Orde Baru, orang-orang keturunan Cina atau etnis Tionghoa nasibnya terdiskriminasi dari berbagai aspek. Secara sosial kultural, tradisi dan kebudayaan mereka dilarang, Barongsai misalnya. Secara administratif mereka tidak boleh menggunakan nama Cina—dalam hal ini, banyak orang-orang Cina yang menggunakan nama-nama Jawa—atau dalam KTP diberi tanda khusus sebagai warga keturunan asing. Bahkan di Jogja masih berlaku larangan kepemilikan tanah (hak milik) bagi warga Tionghoa, yang diperkenankan adalah hak guna bangunan atau hak pakai.

 

Sementara itu dalam politik, hak mereka dibatasi, jangan berharap orang Cina akan menjadi kepala rumah sakit, pejabat pemerintah eselon satu, apalagi setingkat menteri. Organisasi mereka pun dicurigai. Seperti ormas PITI, yang asal singkatannya adalah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, lalu dibekukan oleh pemerintah, nama Tionghoa pada PITI dicurigai, kemudian berubah menjadi Pembina Iman Tauhid Islam, sehingga bisa aktif kembali, bersosial, fokus pada dakwah Islam.

 

Sebab itu, isu ini masih selalu hangat dibicarakan, padahal kita sudah berIndonesia. Yang terdiri dari berbagai suku, agama, budaya, etnis, dan ras yang berbeda-beda. Asal usul keturunan justru semakin memperkaya identitas kita sebagai orang Indonesia.

 

Karenanya kehadiran buku ini menjadi penting. Sangat jarang sebuah tulisan atau buku yang membahas tentang nasib non pribumi namun penulisnya dari kalangan orang-orang pribumi. Ridwan Saidi, Mochtar Lubis, Goenawan Mohamad, Hamka, Umar Kayam, Gus Dur, dan lainnya.

 

Yunus Yahya, sebagai editor dan kurator telah mengumpulkan 49 pemikiran dari para tokoh politik dan masyarakat dengan latar belakang yang variatif, serta memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Tujuan dari hadirnya buku ini tak lain agar kita menjadi mengerti dan memahami persoalan bangsa. Sehingga lebih meningkatkan persatuan dan ketahanan nasional, demi memperbaiki perekonomian negeri.

 

Buku dibagi menjadi sembilan bab pembahasan. Dari komentar para tokoh (founding fathers) hingga aneka pandangan masyarakat. Tulisan Gus Dur, Beri Jalan Orang Cina, sebelumnya dimuat di Majalah Editor (21 April 1990). Gus Dur melihat menjadi orang Cina itu serba salah. Sudah aksesnya dibatasi, dicurigai, dan hanya diperbolehkan mencari uang. Ketika kekayaan sudah didapat atau diperoleh pun masih saja dianggap melakukan pengisapan kepada rakyat kecil.

 

Gus Dur mengajak kita untuk adil dalam melihat orang Cina, sebagai bagian dari kesatuan bangsa. Begitu juga dalam melihat orang Arab, orang Papua, Flores, Maluku, dan seterusnya. Setara, sama-sama memiliki hak dan kesempatan yang sama di negeri ini.