| Judul |
|---|
| Spiritualitas Baru – Agama dan Aspirasi Rakyat (Seri Dian II Tahun I) |
| Editor (Penyunting) |
| Redaksi: Dr. Th. Sumartana, Dr. Eka Darmaputra, Drs. Djohan Effendi, Dr. Daniel Dhakidae, Zulkifli Lubis |
| Penerbit |
| Institut DIAN-Interfidei, Yogyakarta, Februari 1994 (cetakan ke-1) |
| Kategori |
| 2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
| Arsip Tahun |
| 1994 |
Judul Tulisan
Sekapur Sirih
Kata Pengantar
- Oleh: Djohan Effendi
Daftar Isi
Bagian I. Spiritualitas Baru dan Aspirasi Rakyat
- Pergeseran Titik Berat dari Keagamaan ke Relegiositas
- Oleh: Y.B. Mangunwijaya
- Spiritualitas Baru dalam Agama Hindu
- Oleh: Gedong Bagoes Oka
- Merombak Primordialisme dalam Agama
- Oleh: Mohammad Sobary
- Spiritualitas Baru dan Kepedulian terhadap Sesama: Suatu Perspektif Kristen
- Oleh: Eka Darmaputera
- Identitas Baru di Abad XXI
- Oleh: Sri Pannavaro Sanghanayaka Thera
- Kecenderungan Spiritualitas Masyarakat Modern Realitas Masyarakat Kristen Barat
- Oleh: Jaspert Slob
- Spiritualitas Perempuan pada Era Post-Modern: Suatu Perspektif Internasional
- Oleh: Frances S Adeney
- Mengais Kehidupan di Kota Jakarta Suatu Survay atas Realitas Kaum Muda
- Oleh: Martin L. Sinaga
- Agama, Spiritualitas dan Aspirasi Rakyat
- Oleh: A.M. Abraham Ayrookuzhiel
- Hamba Kehidupan: Spiritualitas Kehidupan Sosial Kristen
- Oleh: Zakaria J. Ngelow
- Spiritualitas Baru dan Persoalan Keadilan
- Oleh: Elga Sarapung
- Spiritualitas Baru, Agama dan Keadilan Perspektif Islam
- Oleh: Ahmad Suaedy
Bagian II. Agama dan Pergulatan Rakyat
- Berteologi sebagai Praktek Politik Suatu Kesaksian Islam Orde Baru
- Oleh: Saiful Muzani
- Teologi Kaum Tertindas
- Oleh: Mansour Faqih
- Agama, Struktur Kekuasaan dan Perkembangan Ekonomi Studi Eksplorasi di Empat Desa Santri, Jawa Tengah
- Oleh: Sunyoto Usman
- Yahudi dalam Wacana Pemikiran Islam Indonesia Masa Kini
- Oleh: Martin Van Bruinessen
- Agama dan Demokrasi
- Oleh: Abdurrahman Wahid
- Spiritualitas dan Modernitas antara Konvergensi dan Devergensi
- Oleh: M. Uhaib As’ad dan M. Harun al-Rosyid
Index
Biodata Penulis
Sinopsis
Buku ini diterbitkan oleh lnstitute Dian Interfidei, lembaga yang menjadi wadah dialog lintas/antar iman. Buku Spiritualitas Baru hadir sebagai kritik umat beragama dalam berspiritual supaya tidak terjebak pada saleh individu, tetapi juga mampu saleh secara struktural (sosial).
Saleh individu belum tentu hadir di tengah masyarakat ketika terjadi ketidakadilan, penindasan, dan kesenjangan sosial. Sementara spiritualitas baru mendorong kita supaya peka terhadap problem yang terjadi pada masyarakat. Tanggung jawab sebagai makhluk sosial dan solidaritas sesama manusia.
Dengan hal itu, agama benar-benar menjadi aspirasi. Iman tidak sebatas ritual, tetapi mampu mendorong ke tatanan yang lebih adil. Kehadirannya tidak tenggelam pada lautan manusia, atau banyak-banyakan umat, tetapi menjadikan iman sebagai gerakan sosial. Pro aktif mengatasi kejahatan, pelecehan seksual, kemiskinan, dan segala macam diskriminasi. Begitulah spirit atau ruh baru yang ingin dihadirkan di dalam buku ini. Mampukah agamawan-agamawan menghadapi problem kemanusiaan yang selalu hadir dalam kehidupan nyata.
Dengan membaca tulisan (bunga rampai) dari para peneliti, aktivis sosial, dan rohaniawan dari lintas iman—yang memang benar-benar sesuai dengan kepakaran dan kompetensi di bidangnya, kita akan mengerti pandangan mereka bagaimana menggerakkan agama ke spiritualitas baru?
Sebab itu, dua bagian dalam buku ini, yang pertama, Spiritualitas Baru dan Aspirasi Rakyat, dan yang kedua, Agama dan Pergulatan Rakyat, kiranya perlu dicerna dengan baik. Jika disimpulkan, dua bahasan pada buku ini berisi bagaimana menghidupkan spiritualitas baru, spiritualitas yang telah dibangun atau dibawa oleh para ‘nabi’, yakni mampu mendorong perubahan bagi kaumnya.
Tulisan Gus Dur masuk ke dalam bab dua, dengan judul “Agama dan Demokrasi“. Gus Dur menyebut beberapa tokoh dari berbagai agama yang tengah berjuang untuk penegakan demokrasi: kebebasan berpendapat, pengentasan kemiskinan, penghapusan kasta, keadilan agraria, dan demokrasi ekonomi.
Tulisan Gus Dur ini menjadi referensi penting bagi para kaum agamawan, jika ingin mengubah keadaan tidak cukup hanya berdiam diri dengan ritus-ritus keagamaan, tetapi pahami realitas yang terjadi di masyarakat. Tentu banyak risiko dan konsekuensi dari langkah yang ditempuh itu. Namun di situlah harga diri kita ditetapkan.
Bagi Gus Dur, agama bisa dikatakan sebagai pembebasan manakala melalui spirit agama dapat melayani warga masyarakat, siapa pun itu, tanpa pandang bulu. Dan bentuk konkretnya adalah penanggulangan kemiskinan, penegakan kedaulatan hukum, dan kebebasan menyatakan pendapat. Pun demikian, hubungan agama dan demokrasi tidaklah sederhana, terkadang menimbulkan dilematik. Oleh sebab itu perlu melakukan telaah dan pendalaman secara terus menerus agar agama dapat mendorong proses demokrasi yang sejati.