| Judul |
|---|
| Suara-Suara Kritis Cendekiawan Menghendaki Perubahan – Kapan Badai Akan Berlalu |
| Editor (Penyunting) |
| Abd. Rohim Ghazali |
| Penerbit |
| Mizan, Bandung, 1998 (cetakan ke-1) |
| Kategori |
| 2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
| Arsip Tahun |
| 1998 |
Judul Tulisan
Isi Buku
Tentang Editor
- Berpotensikah Suara-suara Ini Mengubah Keadaan?
Pengantar Penerbit
Pengantar Editor
Problem: Ketika Badai Menerpa Indonesia
- Permasalahan Kini Bukan Lagi Menyangkut Moneter: ”Perekonomian Kita Baru Akan Pulih Sekitar Dua hingga Tahun Lagi”
Oleh: Dr. Sumitro Djojohadikusumo - Lima Faktor Penyebab Krisis: ”Dana Itu Harus Dipakai untuk Mereka yang Bila Tanpa Dana Itu Mereka Tidak Bisa Makan”
Oleh: Prof. Dr. Emil Salim - Salah Alamat Jika Kita Menyalahkan Bank Dunia: ”Kita Selayaknya Menyalahkan Diri Sendiri”
Oleh: Dr. Sjahrir - Bank Dunia adalah Bank Berkerangka Kerja Bisnis: ”Dalam Skala Global, Ukuran Keberhasilan Bank Dunia adalah Melayani Kepentingan AS”
Oleh: Adi Sasono - Kondisinya Sangat Gawat: ”Urusan Duit Tak Ada Kaitannya dengan Nasionalisme”
Oleh: Prof. Drs. M. Dawam Rahardjo - Situasi Indonesia Paling Buruk di Antar Negara-negara Lain: ”Gejolak Rupiah Tidak Semata Imbas dari Krisis Mata Uang Baht dan Won”
Oleh: Dr. Dewi Fortuna Anwar - Krisis Paling Parah Sepanjang Orde Baru: ”Menunggu Inisiatif Perubahan dari ‘Atas’ Barangkali merupakan Pilihan Terbaik”
Oleh: Drs. Syamsuddin Haris - RAPBN 98/99 adalah Anggaran Terburuk dalam Sejarah Orde Baru: ”Banyak Pengamat Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Negatif”
Oleh: Faisal H. Basri - Tidak Pernah Kepercayaan Rakyat Turun Serendah Ini: ”Perhitungan-Perhitungan Politik Cenderung Mengandaikan Ceteris Paribus”
Oleh: Dr. Hermawan Sulistyo - Situasi Tahun 1998 Lebih Kompleks daripada Tahun 1965: ”Masyarakat Bingung Mencari Acuan dan Mudah Terserang Isu”
Oleh: Prof. Dr. Sardjono Jatiman - Orde Baru Sudah Bangkrut: ”Siapa yang Mau Berubah Secara Radikal?”
Oleh: Dr. Mochtar Pabottinggi - Kita Hidup dalam Terowongan Paternalisme: ”Langkah yang Harus Ditempuh Amien atau Mega adalah action”
Oleh: Dr. Nurcholish Madjid - Indonesia Tengah Menghadapi Dua Pilihan Krusial: ”Pengawetan Status Quo Entah Sampai Kapan atau Pembaruan Sekaligus Penyegaran Kemapanan?”
Oleh: Dr. M. Amien Rais
Solusi: Badai, Kapan Berlalu?
- Pentingnya Dialog untuk Meredam Badai: ”Selama 30 Tahun, Orde Baru Tak Terkoreksi dan Tak Terkontrol Secara Politik”
Oleh: Dr. Syamsuddin Haris - Kuncinya, Reformasi Politik: ”Agar Pemerintah Dapat Memberikan Rasa Kebanggaan Berbangsa dan Bernegara”
Oleh: Dr. Hermawan Sulistyo - Reformasi Politik Harus Digelindingkan Terus: ”Dari Mana Kita Mesti Mulai?”
Oleh: Dr. Afan Gaffar - Memilih di Titik Mana Paling Efektif Melakukan Perubahan: ”Menurut Saya adalah Pembinaan Pendapat Umum”
Oleh: Dr. Nurcholish Madjid - Walau Pak Harto Terpilih Lagi, Pasti Ada Perubahan: ”Yang Berubah, Mungkin, Perilaku”
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid - Mencari yang Baru, Tanpa Melupakan yang Lama: ”Raja Adil Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah”
Oleh: Dr. Deliar Noer - Keterbukaan Tak Dapat Ditawar: ”Bisa Jadi, Gejolak Ekonomi Saat Ini adalah Reaksi dari Masyarakat yang Frustasi”
Oleh: Prof. Dr. Maswadi Rauf - Persyaratan IMF Memang Sakit, Tapi Perlu: ”Runtuhnya Rupiah adalah Sebuah Kesaksian Bahwa Setidaknya Ada Dua Indonesia”
Oleh: Goenawan Mohamad - Koalisi Sipil-Militer untuk Kepemimpinan Politik: ”Siapa yang Akan Mengambil Inisiatif Lebih Dahulu?”
Oleh: Prof. Dr. Arief Budiman - Reformasi Membutuhkan Aliansi: ”Sistem yang Berlangsung Saat Ini Tidak Adaptif terhadap Perubahan”
Oleh: Dr. Riswanda Imawan - Birokrasi Harus Semakin Demokratis: ”Tuntutan Rakyat Kini Semakin Beragam”
Oleh: Rudini - Di Mana Pun yang Memperbarui Itu Generasi Muda: ”Generasi Muda Harus Sadar Akan Panggilan Zaman”
Oleh: Y.B. Mangunwijaya - Enam Agenda Reformasi: ”Saya Pun yang Dipilih Mekanisme untuk Menjadi Presiden dan Wakil Presiden Perlu Kita Dukung”
Oleh: Adi Sasono - Dua Langkah Reformasi yang Harus Ditempuh: ”Diperlukan Ketulusan dan Kesungguhan”
Oleh: Dr. M. Amien Rais
Sumber Tulisan
Indeks
Sinopsis
Buku ini merupakan buku kesembian belas yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan dari lini produk “Kronik Indonesia Baru”. Lini Mizan ini seringkali menerbitkan buku dengan tema-tema mutakhir yang membicarakan berbagai peristiwa dokumentatif yang pernah terjadi di Indonesia.
Sebut saja kasus seperti Megaskandal Bapindo, Udin Darah Wartawan, hingga Udang di Balik Busang. Sementara Kapan Badai Akan Berlalu, adalah menyorot problem yang tengah menerpa bangsa; di mana akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998 terjadi krisis moneter, kondisi perekonomian Indonesia babak belur, terburuk sepanjang sejarah selama kepemimpinan 32 tahun Soeharto.
Banyak ekonom yang memprediksi pertumbuhan perekonomian tanah air negatif, bahkan di berbagai liputan media mancanegara secara khusus mengulas krisis yang terjadi di Indonesia, menjadi headline atau cover story. Krisis ini juga yang kemudian memicu aksi protes dan gelombang demonstrasi besar-besaran yang akhirnya menumbangkan rezim Orde Baru pada Mei 1998.
Buku ini merupakan rekaman sejumlah pandangan dan gagasan reformasi politik dari 22 cendekiawan kritis. Seperti, Nurcholish Madjid, Sumitro Djojohadikusumo, Mochtar Pabottinggi, Emil Salim, Dawam Rahardjo, Faisal H. Basri, Y.B. Mangunwijaya, hingga Gus Dur. Sebagian besar isinya merupakan hasil wawancara kepada para tokoh, rekaman ulang (republish), yang pernah diterbitkan di media massa terutama di Majalah Ummat dan Majalah Tempo.
Dalam buku ini, 27 tulisan dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah suara-suara yang membicarakan problem yang tengah menerpa Indonesia. Bagian kedua adalah suara-suara yang memberi jalan keluar atau solusi atas badai yang tengah melanda.
Uniknya, nama Gus Dur dalam cover buku ditaruh paling atas. Selain dikenal kritis di masa Orde Baru, baik dalam tulisan—menulis esai di koran, majalah, dan jurnal—Gus Dur sebagai individu maupun ketua ormas, seringkali menjadi rujukan wartawan di berbagai platform media. Minta komentar Gus Dur atas peristiwa yang sedang hangat dibicarakan.
Seperti tulisan yang dimuat dalam buku ini, “Walau Pak Harto Terpilih Lagi, Pasti Ada Perubahan”. Tulisan tersebut merupakan hasil wawancara dengan Gus Dur di Majalah Forum Keadilan (Desember, 1997). Beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya seputar krisis ekonomi yang tengah terjadi dan reformasi politik, soal suksesi kepemimpinan.
Mengenai krisis ekonomi, Gus Dur menyikapinya bahwa masalah ini harus dipecahkan secara bersama, melalui konsensus dan kesediaan berkorban atas segala risiko yang terjadi. Jika tidak, maka bisa terjadi krisis politik, yang akhirnya banyak tuduhan, fitnah, dan intrik. Bahkan sudah terjadi isu kudeta.
Konsensus yang dimaksud oleh Gus Dur adalah pemerintah mengajak para pakar, birokrat, dan pemimpin masyarakat untuk duduk bersama, mencari solusi dan menyamakan pemikiran dalam memecahkan permasalahan ekonomi. Jangan sampai masalah ekonomi penyelesaiannya dengan cara politik.