Kembali ke Judul Buku

The Wisdom of Gus Dur – Butir-butir Kearifan Sang Waskita (Kumpulan Kutipan Gus Dur)

Rekaman Proses & Kumpulan Kutipan GD
The Wisdom of Gus Dur – Butir-butir Kearifan Sang Waskita (Kumpulan Kutipan Gus Dur)
Judul
The Wisdom of Gus Dur – Butir-butir Kearifan Sang Waskita (Kumpulan Kutipan Gus Dur)
Penulis
Penyusun: M. Sulton Fatoni dan Wijdan Fr, Penyelaras Aksara: Nie
Penerbit
Penerbit Imania, Depok, Februari 2014 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Sinopsis

Gus Dur adalah manusia multidimensi. Berbagai pikirannya kaya akan dimensi dan angle. Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid (1984-1999) berserakan di mana-mana. Mulai dari topik dan kajian tentang Islam, toleransi, sikap inklusif dan humanitarianisme universal, soal Indonesia dan keindonesiaan, kiai, pesantren, dakwah dan pemberdayaan masyarakat, pribumisasi dan pembaruan Islam, demokrasi dan civil society, gagasan-gagasan pendidikan, ekonomi kerakyatan, pelestarian lingkungan hidup dan pembelaan terhadap buruh migran, sampai dengan persoalan ziarah kubur, bola, kesenían dan pembelaan Gus Dur terhadap perjuangan rakyat Palestina yang sering disalahkaprahi golongan tertentu.

 

Buku ini menghadirkan kutipan-kutipan pemikiran itu secara simpel berdasarkan tema. Disarikan dari ratusan kolom, artikel koran, buku, situs online, dan rekaman ceramah Gus Dur. Setiap kata dalam buku ini sungguh berenergi, berdaya kreatif, membangun hal-hal mulia, dan menyiramkan berkah kepada dunia.

 

“Seseorang yang memahami Gus Dur maka akan terkoreksi dirinya. Seorang budayawan yang menyelami Gus Dur akan merasakan kontribusinya untuk kebudayaan Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Seorang kiai yang mengakrabi Gus Dur maka akan merasa peran sosial keagamaannya belum berarti apa-apa. Seorang politisi yang mengetahui Gus Dur akan menyadari dirinya masih jauh dari sosok negarawan. Seorang pelaku sufi yang memahami Gus Dur akan merasakan bahwa dirinya belum terbebas dari kepentingan dunia. Berhadapan dengan Gus Dur, suka atau tidak suka, diri kita akan terkoreksi.” (K.H. Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU)