Judul |
---|
Gus Dur Bijak dan Jujur – Kumpulan 150 Kata Mutiara K.H. Abdurrahman Wahid |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
Fatman Kawi, Anif Sutadifa, dan A. Mubarok Yasin |
Penerbit |
Pustaka Tebuireng, Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, Jombang, 25 Januari 2010 (cetakan ke-2) |
Kategori |
1C Kumpulan Kutipan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2010 |
Judul Tulisan
1. Persembahan
2. Kata Pengantar Keluarga
3. Prolog
4. Daftar isi
5. Gus Dur, Bijak dan Jujur
6. Kamus Bahasa Gus Dur
7. Epilog
8. Daftar Pustaka
Sinopsis
Uniknya dari buku kumpulan nasihat, wisdom, tutur kata Gus Dur adalah masing-masing memiliki cirikhas, yang mana hal tersebut belum pernah diulas atau disebutkan dalam buku dengan kategori yang sama. Termasuk di antaranya di dalam buku ini.
Kehadiran buku ini, penulis berikhtiar untuk memprasastikan nasihat dan kata-kata bijak yang pernah dituturkan oleh Gus Dur selama hidupnya. Penulis berhasil menghimpun 150 kata mutiara Gus Dur, yang diambil dari berbagai literatur. Di antara sumber yang dirujuknya adalah tulisan-tulisan Gus Dur yang pernah dimuat di media massa, pidato, dan wawancara.
Keunikan buku ini adalah tidak ada yang disaring dari akun-akun media sosial atau kanal media online, murni dari buku (teks tertulis) dan video wawancara. Bahkan penulis menelusuri langsung koleksi peninggalan yang memuat data tentang Gus Dur, yakni di dua perpustakaan. Pertama, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Jakarta. Kedua, di perpustakaan milik Kiai Wahid Hasyim, ayahanda Gus Dur, di Tebuireng.
Dari kedua perpustakaan tersebut, penulis menemukan dokumen-dokumen penting, buku kuno karya Gus Dur, masih dalam bentuk ketikan. Selain itu, penulis juga menemukan kitab atau buku milik Gus Dur dari berbagai macam bahasa. Hal inilah yang menjadikan buku ini menarik untuk dibaca atau dibandingkan dengan buku lain yang serupa.
Tema kata-kata mutiara Gus Dur yang dikutip pada buku ini antara lain tentang agama, negara, budaya, dan politik. Seperti, “kesabaran dalam membawakan kebenaran adalah sifat utama yang dipuji oleh sejarah.” “Meyakini sebuah kebenaran tidak berarti hilangnya sikap menghormati pandangan orang lain.”
Keunikan atau yang membedakan buku ini dengan buku lain adalah disertakan “Kamus Bahasa Gus Dur”. Kamus ini berisi istilah-istilah ilmiah atau istilah asing yang dinyatakan oleh Gus Dur. Contoh, esketisme (khalwat): yang berarti pengasingan diri; pergi mengasingkan diri dan bersemedi di gunung, gua, dst. Nisbi: tidak mutlak, relatif, misalnya nilai kebenaran atas sesuatu. Transformasi: perubahan bentuk, rupa, sifat.
Bagi pembaca yang awam atau asing dengan istilah ilmiah yang pernah diungkapkan oleh Gus Dur, bisa melihat kamus ini di bagian belakang, dengan harapan supaya mampu menangkap pesan Gus Dur.
Namun dalam kamus ini ada hal yang perlu diperhatikan konteksnya, seperti kata radikal. Di buku tersebut tertulis; sangat keras dalam tuntunan atau tindakan, sangat maju dalam berfikir. Kalau tidak tahu konteksnya bisa salah arti, karena sikap dari radikal itu bisa berarti positif dan negatif, seperti kelompok radikal dalam Islam, adalah merujuk pada tindakan ekstrem yang menolak cara-cara moderat (wasathiyyah). Jadi hal itu justru bukan maju dalam berfikir, namun malah berarti kemunduran.
Buku ini mengambil judul bijak dan jujur, berawal dari sebuah pernyataan Gus Dur, “Kejujuran merupakan kunci pemecahan masalah yang kita hadapi sebagai bangsa dewasa ini. Dengan kejujuran inilah kita akan mengatasi krisis multidimensional. Ukuran kejujuran inilah yang akan menentukan kualitas kita sebagai bangsa.”
Harapan penulis dalam epilognya, walaupun buku ini kecil, semoga bermanfaat dan pemikiran serta cita-cita Gus Dur tentang kemanusiaan dan kejujuran dapat hidup pada setiap anak bangsa.