Kembali ke 3 Kata Pengantar

Mata Air Peradaban – Dua Millenium Wonosobo

3 Kata Pengantar
Mata Air Peradaban – Dua Millenium Wonosobo
Judul
Mata Air Peradaban – Dua Millenium Wonosobo
Penulis
H. A. Kholiq Arif, Otto Sukatno CR
Penerbit
LKiS, Yogyakarta, Agustus 2010 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar Redaksi 

Kata Pengantar: (Alm.) KH. Abdurrahman Wahid – Kerangka Budaya Lama Dan Budaya Baru

Pengantar Penulis 

Daftar Gambar 

Daftar Isi 

 

BAB I

WONOSOBO: MAKNA SEJARAH DAN MENTALITAS

  1. Memaknai (Sejarah) Wonosobo
  2. Bentang Geografi Kabupaten Wonosobo
  3. Dua Millenium Wonosobo: Sebuah Problem Historisitas
  4. Mengapa Harus Menginterpretasikan Sejarah
  5. Sumber-sumber Sejarah
  6. Arti Penting Sejarah
  7. Sejarah Sebuah Mentalitas yang Canggung dan Nrabas

 

BAB II

MASA ARKHAIK: MITOS DAN SEJARAH

  1. Penghunian Awal Manusia Jawa
  2. Sebaran Kebudayaan dan Pertanian Manusia Arkhaik
  3. Masa Arkhaik: Tonggak Kesadaran dan Fajar Sejarah
  4. Tinggalan Kebudayaan Masa Arkhaik di Wonosobo
  5. Masa Arkhaik, Sistem Religi, Pencarian Manusia Akan yang Ilahi
  6. Dunia Arkhaik: Alam Pikir Mitis, Tabu dan Tertib

 

BAB III

MASA PERALIHAN: BENCANA DAN PEMBUMIHANGUSAN PRIBUMI JAWA

  1. ”Tirta Muluk Ing Gegana”, Bencana Terestial dari Chaos ke Cosmos
  2. Bencana Mentalitas Siklik Manusia (Sejarah) Jawa
  3. Penghunian Awal Pulau Jawa
  4. Migrasi dan Indianisasi: Penjajahan Jawa
  5. Dewata Cengkar versus Ajisaka, Kisah Massif Pembumihangusan Pribumi Jawa

 

BAB IV

GEOGRAFI DAN SOSIOLOGI INDIA, MANUSIA BARU JAWA

  1. Negara Pewayangan, Pahlawan India, dan Pembentukan Awal Wangsa Jawa
  2. Dieng, Generasi Awal Sejarah (Orang) Wonosobo
  3. Dari Tarumanegara sampai Kalingga: Pribumisasi dan Era Baru Wangsa Jawa

 

BAB V

WANGSA SENJAYA DAN SYAILENDRA, ”MATA AIR” SEJARAH NUSANTARA

  1. Wangsa Sanjaya dan Syailendra
  2. Pertarungan Hegemoni antara Wangsa Sanjaya dan Syailendra
  3. Rakai Pikatan dan Pramodhawardani: Syiwabudha
  4. Rakai Kayuwangi, Raja Terbesar Mataram Kuno
  5. Kemunduran Mataram Kuno hingga Empu Sendok
  6. Kronologi Raja-Raja Mataram Kuno
  7. Raja-Raja Mataram Kuno yang Kemungkinan Kratonnya di Daerah Wonosobo

 

BAB VI

DEMAK: WALISANGA DAN KI GEDE WANASABA

  1. Masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia)
  2. Masuknya Islam ke Jawa
  3. Zaman Kewalen
  4. Kerajaan Demak
  5. Aspek Islamisasi Jawa pada Periode Demak
  6. Ki Gede Wanasaba dadn Penyebaran Islam di Bumi Wonosobo
  7. Gerakan Para Sayyid hingga Rifa’iyah

 

BAB VII

WONOSOBO DI BAWAH ”PANJI TUNGGUL WULUNG”

  1. Wonosobo dalam Pengaruh Mataram
  2. Perjuangan Rakyat Wonosobo pada Perang Diponegoro (1825-1830)

 

BAB VIII

WONOSOBO: HISTORISITAS DAN DATA ADMINISTRATIF

  1. Pendiri Wonosobo
  2. Pusat Pemerintahan Wonosobo Berpindah-pindah
  3. Urutan Bupati Wonosobo
  4. Wonosobo Masa Kemerdekaan
  5. Wonosobo sebagai Daerah Otonomi

 

BAB IX

DAUR KOSMIK, SEJARAH, DAN MENTALITAS ”YANG TUA, YANG UNIK, DAN MENGGELIKAN” (SEBUAH CATATAN AKHIR)

  1. Prawacana: Peristiwa Sejarah
  2. Yang Tua, yang Unik, dan Menggelikan
    a. ”Tempat Pembantaian Umum”: Sejarah dan Tafsir Pemaknaan
    b. Bupati Disibukkan Urusan ”Uang Receh”
    c. Benda-benda Filateli: Membayangkan Memiliki Nomor Telepon Dua Digit
    d. Pajak Anjing, Minuman Keras, dan Sewa Kandang Babi
  3. Sejarah Daur Kosmik dan Mentalitas

 

Epilog: Prof. Dr. Daryono Suyoto

Lampiran-lampiran:

  1. UU No.22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah
  2. UU No.39 Tahun 1950 tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Pemerintahan
  3. UU No.13 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kebupaten Jawa Tengah
  4. UU No.7 Tahun 1956 tentang Perpanjangan Jangka Waktu Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang Terbentuk Berdasarkan PP. No.39 Tahun 1950
  5. UU No.10 Tahun 1956 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat No.7 Tahun 1954 tentang Dasar Hukum Keputusan Kepala Daerah Otonom dalam Keadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Dewan Pemerintah Daerah Tidak Ada atau Tidak Dapat Menjalankan Tugas Kewajibannya sebagai Undang-Undang dan tentang Peraturan Pembagian Kekusaan dalam Keadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Dewan Pemerintah Daerah Tidak Ada atau Tidak Dapat Menjalankan Tugas Kewajibannya

 

Daftar Pustaka

Indeks

Biodata Penulis 

 

Sinopsis

Sebenarnya Wonosobo mempunyai sejarah yang lebih lama, yaitu pada abad ke-6 M. Adalah seorang tokoh Budha datang dari Cina ke Sriwijaya. Pada abad ke-8 M, orang-orang Sriwijaya datang ke Pulau Jawa, mendarat di pelabuhan lama Pekalongan, (karena waktu itu jalan raya antara Pekalongan dan Semarang belum dibuat) maka orang-orang Sriwijaya itu langsung mendaki pegunungan Dieng. Di daerah yang sekarang bernama Kabupaten Wonosobo itu, mereka menemukan Kerajaan Kalingga Hindu. Tanpa menggangu orang-orang Hindu itu, mereka meneruskan perjalanan ke arah Tenggara, hingga mereka sampai di kawasan Kabupaten Magelang sekarang, tepatnya di daerah Muntilan. Mereka pun lalu membuat/mendirikan Candi Borobudur di tempat itu… Sebagian lagi dari mereka meneruskan perjalanan ke Selatan, ke kawasan Yogyakarta sekarang, dan mendirikan Kerajaan Kalingga Budha. Pada abad ke-9 M, mereka mendirikan Candi Prambanan, yaitu sebuah candi yang menyatukan kedua agama, Budha dan Hindu.
Dari uraian di atas tampaklah bahwa negeri kita sudah sejak dahulu menerima pluralitas etnis dan budaya, dan dengan demikian tidak dapat menerima keunggulan kelompok mana pun atas kerugian kelompok-kelompok lain.
(Alm. KH. Abdurrahman Wahid/Gus Dur).

 

Buku Mata Air Peradaban mengajak orang awam memahami bahwa daerah Wonosobo yang terletak di pedalaman Pulau Jawa ternyata merupakan sumber peradaban di Jawa. Didukung dengan disajikannya fakta yang berupa artefak-artefak peninggalan prasejarah dan ditemukannya prasasti-prasasti serta candi-candi yang tersebar di seluruh Jawa merujuk pada daerah Wonosobo sebagai sumber (mata air) peradaban di Jawa yang berkembang dan mengalir dari masa ke masa di seluruh Nusantara sampai kini.
Buku ini dapat digunakan sebagai acuan dalam masalah pembentukan jati diri bangsa, sebagai mata air peradaban… bila gagasan ini benar maka Wonosobo tidak hanya sebagai mata air peradaban, tetapi juga sebagai sumber budaya Mataram Baru.
(Prof. Dr. Daryono Suyoto, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta)