Judul |
---|
Kitab Kuning – Pesantren dan Tarekat |
Penulis |
Martin Van Bruinessen |
Penerbit |
Gading Publishing, Yogyakarta, Mei 2015 (cetakan ke-2) |
Kategori |
Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur, Pengantar Buku |
Arsip Tahun |
2015 |
Judul Tulisan
Sinopsis
Sebagaimana karya-karyanya yang lain, buku ini merefleksikan kekayaan data dan ketajaman analisis Prof. Martin van Bruinessen tentang dunia pesantren. Buku ini telah menjadi klasik dan wajib dibaca siapa saja yang ingin mengkaji dan meneliti tentang kitab kuning, pesantren, dan tarekat di Indonesia. Mengabaikannya, pengkajian akan menjadi tak lengkap. Akan ada hal besar yang terasa hilang.
(Dr. Moch. Nur Ichwan, Kepala program studi Agama dan Filsafat pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta).
Tradisi bukan sekadar warisan nenek moyang, melainkan sesuatu yang hidup bersama kita, yang menghubungkan kita ke masa lalu, kini dan akan datang. Buku ini menyajikan informasi dan analisis yang tajam tentang akar-akar tradisi Islam Indonesia, yang terus hadir, berkembang dan berubah.
(Prof. Dr. Mujiburrahman, Guru Besar Sosiologi Agama, dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, IAIN Antasari, Banjarmasin).
Martin, antropolog dan indonesianis terkemuka, melalui buku ini telah berhasil melacak geneologi pengetahuan keagamaan yang menciptakan budaya dan episte- mologi keilmuan pesantren, satu hal penting yang tidak dilakukan oleh kalangan pesantren sendiri. Temuan-temuannya mengenai pesantren telah menarik gairah para sarjana, peneliti dan mahasiswa di dunia untuk mengunjungi pesantren, sebuah institusi yang sangat unik tetapi tetap eksis sampai hari ini. Seyogyanya buku ini menjadi bahan diskusi para Klai Pesantren.
(K. H. Husein Muhammad, ulama, penulis, Komisioner Komnas Perempuan (2007-2014), Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun, Cirebon).
Selain sebagai sebuah proses berpikir yang benar-benar ilmiah, hasil karya Martin van Bruinessen ini juga mencerminkan sebuah upaya pencarian jati diri yang sangat menarik. Bermula dari sekadar keingintahuan obyektif dari seorang peneliti, buku ini berkesudahan pada munculnya rasa empati akan kehadiran Islam di kepulauan katulistiwa ini.
(K.H. Abdurrahman Wahid, Ketua PBNU 1984-1999, Presiden Keempat RI).