Judul |
---|
Tradisionalisme Radikal – Persinggungan Nahdlatul Ulama-Negara |
Editor (Penyunting) |
Greg Fealy, Greg Barton |
Penerbit |
LKis, Yogyakarta November 1997 |
Kategori |
3 Kata Pengantar, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1997 |
Judul Tulisan
PENGANTAR PENERBIT
PENGANTAR: Tradisionalisme Radikal Persinggungan Nahdlatul Ulama-Negara
- OLEH: KH. ABDURRAHMAN WAHID
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB 1. Wahab Chasbullah, Tradisionalisme dan Perkembangan Politik NU
Oleh: Greg Fealy
BAB 2. Islam Tradisional dan Tentara dalam Era Orde Baru: Sebuah Hubungan yang Ganjil
Oleh: Andree Feillard
BAB 3. Tradisionalisme Radikal: Catatan Muktamar Semarang 1979
Oleh: Mitsuo Nakamura
BAB 4. Krisis Kemampuan NU dan Pencarian Identitas Awal 1980-an: Dari Muktamar Semarang 1979 Hingga Muktamar Situbondo 1984
Oleh: Mitsuo Nakamura
BAB 5. Pengrekerutan dan Pemuaian Makna ”Umat” dan Peran Nahdlatul Ulama
Oleh: Sidney Jones
BAB 6. Perjuangan Meraih Kekuasaan dan Keprihatinan Sosial: Catatan Muktamar Krapyak
Oleh: Martin van Bruinessen
BAB 7. Tradisi Menyongsong Masa Depan: Rekonstruksi Wacana Tradisionalis dalam NU
Oleh: Martin van Bruinessen
BAB 8. Liberalisme: Dasar-dasar Progresifitas Pemikiran Abdurrahman Wahid
Oleh: Greg Barton
BAB 9. Demokratisasi, Toleransi Agama dan Pancasila: Pemikiran Politik Abdurrahman Wahid
Oleh: Douglas E. Ramage
BAB 10. Percikan Api Muktamar 1994: Abdurrahman Wahid, Suksesi dan Perlawanan Atas Kontrol Negara
Oleh: Greg Fealy
BIBLIOGRAPHY
INDEKS
Sinopsis
Nahdlatul Ulama sebagai bagian penting dari kaum tradisional, selama beberapa dekade terabaikan dalam studi Indonesia modern. Prasangka-prasangka ilmiah dan ideologis menyudutkannya sebagai unsur yang paling tak mendukung usaha modernisasi Indonesia. Modernitas mempunyai logika, tradisionalitas mempunyai paradigma. Bertahan dalam arus deras perubahan politik, adaptif menghadapi terpaan modernitas dan tetap otentik dengan tradisionalitasnya, NU tampil dengan nuansa yang eksotik dan mempesona. Radikalismenya cermin bagi sebuah kritisisme. Moderasinya landasan bagi pluralisme. Jaringan kaum tradisional dan hubungan dengan kekuatan tentara, negara, serta unsur-unsur asing lain yang dirajut, membentuk sebuah “persinggungan unik”, ambigu dan penuh paradoks. Namun, semua mengalir dalam keselarasan. Adakah NU yang berubah, ataukah ada pergeseran paradigma dalam studi-studi Islam Indonesia yang melahirkan semacam “kajian pertobatan” ini?