Judul |
---|
Kebangkitan Islam dalam Pembahasan |
Editor (Penyunting) |
Rusydi Hamka, Iqbal Emsyarip Arf Saimima |
Penerbit |
Yayasan Nurul Islam, Yogyakarta, 1979 (cetakan ke-1) |
Kategori |
2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1979 |
Judul Tulisan
Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Pengantar Editor
- Ummat Islam dari Abad ke Abad
Oleh: Osman Raliby - Beberapa Catatan Singkat: Dunia Islam: Masa Lalu dan Kini, Menyongsong Abad XV Hijrah
Oleh: Endang Saifuddin Anshari - Islam di dalam Prospek Sejarah Dunia
Oleh: Komalaningsih Anshari - Ummat Islam Indonesia dalam Perspektif Sejarah
Oleh: A. Manshur Suryanegara - Sepintas Lalu: Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Oleh: Hasan Muarif Ambary - Kebudayaan Islam di Indonesia
Oleh: Hamka - Benarkah ada Gejala Kebangkitan Islam?
Oleh: Sulastomo - Kebangkitan Kembali Peradaban Islam: Adakah Ia?
Oleh: Abdurrahman Wahid - Abad XV Hijri dan Kebangkitan Dunia Islam
Oleh: M. Yunan Nasution - Al-Qur’an, Kaum Intelektual dan Kebangkitan Kembali Islam
Oleh: Nurcholish Madjid - Dunia sedang Menyaksikan Kebangkitan Islam
Oleh: Lukman Harun - Perubahan Tata Kehidupan Masyarakat dan Kebangkitan Islam
Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono - Memasuki Abad XV Hijri: Angkatan Muda Bersiaplah!
Oleh: M. Amien Rais - Generasi Muda dalam Kebangkitan Islam
Oleh: A. Hafizh Dasuki - Konsep Hijrah dalam Islam
Oleh: Sidi Gazalba
Data Singkat tentang Penulis
Sinopsis
Buku ini terbit dalam rangka menyambut abad XV hijriyah. Abad yang digadang-gadang sebagai era kebangkitan Islam. Isu ini ramai dibicarakan, salah satunya digaungkan oleh media barat dengan istilah “The Revival of Islam”.
Pada masa itu, beberapa peristiwa muncul yang diduga sebagai tanda-tanda kebangkitan Islam, antara lain: Revolusi Iran (Ayatullah Khomeini) sebagai koreksi atas sikap fundamental Syah Reza Pahlevi, meningkatnya gairah ibadah muslim di Asia Tenggara (berlomba-lomba membangun dan meramaikan masjid dan forum/kajian islam), pemberontakan muslim di Afganistan melawan rezim komunis, lahirnya kongres negara-negara Islam yang terdiri dari 42 negara, kebangkitan intelektual di Afrika Utara (kampus al-Azhar Kairo-Mesir dan tafsir kontemporer Mustafa Mahmud), munculnya bank Islam, dan seterusnya, sehingga riuh pembicaraan akan kebangkitan Islam di abad 15 hijriyah ini.
Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, yang mengambil sebagian besar dari artikel yang pernah dimuat di Majalah Panji Masyarakat edisi 15 November 1979. Ditambah dua paper, dari diskusi panel “Generasi Muda dan Kebangkitan Islam”, yang diadakan oleh PB HMI, dan satu tulisan Gus Dur yang pernah dimuat di Majalah Gema Yogyakarta, dengan judul “Kebangkitan Kembali Peradaban Islam: Adakah Ia?”.
Di dalam tulisannya itu, Gus Dur banyak memberikan catatan kaki, memberikan keterangan-keterangan penting sebagai tanda-tanda dan bukti-bukti munculnya gairah kebangkitan Islam di abad 15. Temuannya itu menarik, menunjukkan kuatnya bacaan Gus Dur.
Tulisan Gus Dur merefleksikan apa saja yang harus dilakukan oleh umat Islam dalam menghadapi era kebangkitan. Bukan hanya bernostalgia kepada kejayaan atau kehebatan tokoh-tokoh masa lalu, seperti al-Kindi, Ibnu Muqaffa dengan karyanya Kalilah wa Dimnah, atau kejayaan dinasti Mughal di India, namun lebih ke melanjutkan peradaban baru dengan berbagai penafsiran yang lebih manusiawi. Persambungan antara elemen-elemen kehidupan yang saling menguatkan (antara material, rohani, dan kelengkapan tradisi) adalah modal penting dalam menyambut era kebangkitan.
Bagi Gus Dur, meneruskan tradisi secara dinamis jauh lebih berat dan sukar daripada membuat tradisi itu sendiri. Pun sama, menerapkan ketentuan-ketentuan yang sudah dirumuskan oleh imam madzhab (madzahibil arba’ah) dalam situasi kehidupan yang modern, juga jauh lebih sulit dari mendirikan mazhab itu sendiri.
Tantangan pada era ke depan dan seterusnya adalah bagaimana menumbuhkan wawasan kemanusiaan yang lebih relevan dengan kebutuhan universal dari kehidupan umat manusia di kemudian hari. Berprinsip pada keadilan, pembebasan dari kemiskinan, penegakan hukum, menjaga warisan toleransi, itulah sebagian catatan penting dari isi tulisan tersebut.
Penulis buku ini berjumlah 15, disesuaikan dengan isu abad XV. Di antaranya adalah tokoh-tokoh intelektual tanah air, seperti Hamka, Amien Rais, Nurcholis Madjid, Endang Saifuddin Anshari, dan lainnya.