Judul |
---|
Berguru Kepada Allah |
Penulis |
Abu Sangkan |
Editor (Penyunting) |
Mardianto, Yusdeka |
Penerbit |
Yayasan Shalat Khusyu', Jakarta, Juni 2013 (cetakan ke-18) |
Kategori |
3 Kata Pengantar, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2013 |
Judul Tulisan
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih
Pengantar dari Pembimbing
Pengantar dari KH. Abdurrahman Wahid (Ilmiah Tapi Jangan Diilmiahkan)
Pengantar dari Dr. Ir. M. Imamuddin Abdulrahim PhD.
Pengantar dari Drs. Yadi Purwanto, MM. MBA.
Pendahuluan
Bab 1
Agama Fitrah
- Al-Qur’an merupakan Lukisan Jiwa Manusia Secara Utuh
- Skema
Bab 2
Sudahkan Kita Berislam?
- Syariat Islam
- Etika Islam
Bab 3
Hakikat Manusia
- Kesadaran Diri
- Kesadaran Universal
Bab 4
Jiwa
- Allah Memberikan Pencerahan kepada Jiwa
- Hati
Bab 5
Berguru kepada Allah
- Mengapa Allah
- Perbuatan Manusia
- Misykat Cahaya Ilahi
Bab 6
Membuka Hijab
- Tafakur dan Meditasi Transendental
- Sarana-sarana Tafakur
- Obyek Pikir Meditasi (Beribadah)
Bab 7
Dzikrullah
- Makna Dzikrullah
- Apa yang dimaksud dengan Zikir Lisan, Zikir Kalbi
- Dzikrullah merupakan Rohnya Seluruh Peribadatan
- Lafadz Dzikir
- Keutamaan Berdzikir kepada Allah
- Memasuki Kesadaran Diri (Aku)
- Memasuki Kesadaran Zikir dan Sensasi yang muncul
- Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan I (Patrap I)
- Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan II (Patrap II)
- Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan III (Patrap III)
- Hati dan Tubuh Bergetar saat Disebut Nama Allah
- Mengapa Timbul Getaran dan Gerakan yang Tidak Beraturan
Bab 8
Berjumpa Allah
Bab 9
Hidup Bersama Allah
- Ihsan
- Penegasan Ihsan
Bab 10
Kesaksian
- Kesaksian Ibu Umi Sarah: Belanda
- Hasil dari Praktek Dzikir
- Kesaksian Saudara Muaz Junaedi
- Tanggapan untuk Saudara Muaz Junaedi
- Kesaksian Saudara Adi Mulyo
- Tanggapan untuk Saudara Adi Mulyo
- Kesaksian Saudara Gigih Sutata
- Tanggapan terhadap Kesulitan dalam Melakukan Patrap (Ihsan)
- Pengalaman Ibu Fiva:
- Berguru pada Allah, Kenal Abu Sungkan
- Suamiku Belajar Patrap (Ihsan)
- Suamiku Mencoba Mempengaruhi Aku
- Pelatihan di Cibubur
- Setelah di Cibubur
- Kesaksian di Deka
- Pengalaman Pertama
- Sebuah Pencarian yang Panjang
- Komentar dari Saudara MIJ
- Tanggapan Atas Pernyataan Saudara MIJ
- Kerohanian Dianggap Mistik dan Klenik
- Perjalanan Spiritual Seorang Hamba Allah
- Sesederhana Itu untuk Menjadi Kekasih Allah?
- Pasrah adalah Kuncinya
- Komentar Peserta Patrap pada Pertemuan di ”Darat” Milis Dzikrullah
Bab 11
Allah Menyambut Shalatku
- Shalat merupakan Perjalanan Rohani Menuju Tuhan
- Shalat merupakan Ajang Pertemuan Hamba dengan Allah tanpa Perantara
- Wudhu merupakan Syarat Sahnya Shalat dan Kesempurnaannya
- Niat sebagai Landasan Setiap Peribadatan
Bab 12
Misteri Al Hallaj
- Fana Bukan Pantheisme
Lampiran
Dzikir dalam Tinjauan Psikologi
- Pendahuluan
- Penjelasan tentang Transgenderasi
- Penjelasan Mengenai Binding Problem sebagai Sebuah Osilasi Saraf Sinkron
- Pola Gelombang Otak dan Artinya
- Terjadinya Trance Ketika Meditasi Berlangsung
- Beberapa Respon Fisiologis Selama Proses Patrap (Dzikir)
- Relaksasi
- Munculnya Energi yang Besar dan Menyehatkan
- Fenomena Terhambatnya Rasa Sakit
- Penutup
Lampiran
Hadits
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
Daftar Pustaka
Tentang Penulis
Sinopsis
Berguru Kepada Allah
Menghidupkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual
Abu Sangkan
Ada banyak sekali pertanyaan pada benak kita, namun terkadang jawabannya tidak mewakili keinginan kita. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan selalu mendapat jawaban yang tidak sederhana. Kita duduk di bangku sekolah untuk mendapatkan pengertian tentang sebuah ilmu. Namun para guru memberikan definisi dan teori untuk memahamkan muridnya. Sekali lagi, kefahaman itu tidak mampu dicerna oleh semua muridnya.
Kita banyak melupakan sejarah belajar dan menerima pengajaran para nabi dan orang-orang alim masa lampau. Mereka menerima kefahaman terlebih dahulu baru mengajarkan sebuah ilmu. Dimasa kita masih balita, apakah yang kita dapatkan dari seorang ibu ? sebuah pengajaran dan belajar yang sangat unik dan ajaib. Beliau mengajarkan bagaimana menerima pengajaran tanpa kata-kata (parenting), sangat sederhana dan mudah difahami secara utuh (holistic). Ibu tidak pernah mendefinisikan bagaimana rasa kasih sayang dan cinta itu, tidak pula mengajarkan bagaimana cara menghisap air susu. Kita hanya diam untuk memahami sebuah pengertian yang mengalir begitu saja. Kefahaman yang utuh !! Kita menggeliat di pembaringan berbulan-bulan, merangkak, mencoba berdiri lalu jatuh, berdiri, lalu jatuh lagi, ribuan kali! Ibuku menyaksikan proses itu… kita hanya diajarkan untuk memahami yang terjadi dalam jiwa kita, sebuah naluri yang merasuk dalam sukma. Mengerti itu adalah sebuah fenomena yang unik dan sederhana. Selama ini konsep kita terbalik II kita belajar sebuah “pengertian” dari definisi, uraian, penjelasan dan perumpamaan, akhirnya kita tetap tidak mengerti secara utuh.
Bagaimana Allah mengajarkan sesuatu kepada makhluknya? Melalui Apa? Sebuah kefahaman yang bisa dimengerti oleh apa saja dan siapa saja, sangat mudah dan tidak njelimet. Yaitu Sebuah kata tanpa suara (shaut) dan tanpa huruf (harf). Adalah kata-kata Tuhan yang paling sederhana dan mudah kita terjemahkan kedalam bahasa verbal. Kita sudah menerima itu semua, baik berupa ilham baik (taqwa) maupun ilham buruk (fujur). Tanpa mengenal bahasa-Nya, kita akan mengatakan:
-Mengapa Shalat khusyu’ itu sulit dilakukan?
-Mengapa berbuat jahat itu lebih mudah sedangkan berbuat baik memerlukan upaya yang luar biasa? -Mengapa setiap berdoa sulit memahami jawabannya?
Buku ini akan menguak sebuah rahasia yang andan pertanyakan selama ini.