Kembali ke 3 Kata Pengantar

Berguru Kepada Allah

3 Kata Pengantar
Berguru Kepada Allah
Judul
Berguru Kepada Allah
Penulis
Abu Sangkan
Penerbit
Bukit Thursina, Bekasi, 2002 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

 

Ucapan Terima Kasih

Pengantar dari Pembimbing

Pengantar dari KH. Abdurrahman Wahid (Ilmiah Tapi Jangan Diilmiahkan)

Pengantar dari Dr. Ir. M. Imamuddin Abdulrahim PhD.

Pengantar dari Drs. Yadi Purwanto, MM. MBA.

Pendahuluan

 

Bab 1

Agama Fitrah

  • Al-Qur’an merupakan Lukisan Jiwa Manusia Secara Utuh
  • Skema

 

Bab 2

Sudahkan Kita Berislam?

  • Syariat Islam
  • Etika Islam

 

Bab 3

Hakikat Manusia

  • Kesadaran Diri
  • Kesadaran Universal

 

Bab 4

Jiwa

  • Allah Memberikan Pencerahan kepada Jiwa
  • Hati

 

Bab 5

Berguru kepada Allah

  • Mengapa Allah
  • Perbuatan Manusia
  • Misykat Cahaya Ilahi

 

Bab 6

Membuka Hijab

  • Tafakur dan Meditasi Transendental
  • Sarana-sarana Tafakur
  • Obyek Pikir Meditasi (Beribadah)

 

Bab 7

Dzikrullah

  • Makna Dzikrullah
  • Apa yang dimaksud dengan Zikir Lisan, Zikir Kalbi
  • Dzikrullah merupakan Rohnya Seluruh Peribadatan
  • Lafadz Dzikir
  • Keutamaan Berdzikir kepada Allah
  • Memasuki Kesadaran Diri (Aku)
  • Memasuki Kesadaran Zikir dan Sensasi yang muncul
  • Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan I (Patrap I)
  • Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan II (Patrap II)
  • Mekanisme Latihan Kesadaran Ihsan III (Patrap III)
  • Hati dan Tubuh Bergetar saat Disebut Nama Allah
  • Mengapa Timbul Getaran dan Gerakan yang Tidak Beraturan

 

Bab 8

Berjumpa Allah

 

Bab 9

Hidup Bersama Allah

  • Ihsan
  • Penegasan Ihsan
  • Kesaksian
  • Tanggapan untuk Saudara MJ
  • Tanggapan untuk Saudara AM
  • Tanggapan terhadap Kesulitan dalam Melakukan Patrap
  • Tanggapan Atas Pernyataan Saudara MIJ
  • Komentar Peserta Patrap pada Pertemuan di ”Darat” Milis Dzikrullah

 

Bab 10

Allah Menyambut Shalatku

  • Shalat merupakan Perjalanan Rohani Menuju Tuhan
  • Shalat merupakan Ajang Pertemuan Hamba dengan Allah tanpa Perantara
  • Wudhu merupakan Syarat Sahnya Shalat dan Kesempurnaannya
  • Niat sebagai Landasan Setiap Peribadatan

 

Bab 11

Misteri Al Hallajj

  • Fana Bukan Pantheisme

 

Lampiran-lampiran

  • Patrap dalam Tinjauan Psikologi
  • Daftar Pustaka

 

Daftar Pustaka

Riwayat Hidup Penulis

Formulir Pelatihan

Kesan dan Pesan Pembaca

 

Sinopsis

Berguru Kepada Allah

Menghidupkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual

Abu Sangkan

Ada banyak sekali pertanyaan pada benak kita, namun terkadang jawabannya tidak mewakili keinginan kita. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan selalu mendapat jawaban yang tidak sederhana. Kita duduk di bangku sekolah untuk mendapatkan pengertian tentang sebuah ilmu. Namun para guru memberikan definisi dan teori untuk memahamkan muridnya. Sekali lagi, kefahaman itu tidak mampu dicerna oleh semua muridnya.

Kita banyak melupakan sejarah belajar dan menerima pengajaran para nabi dan orang-orang alim masa lampau. Mereka menerima kefahaman terlebih dahulu baru mengajarkan sebuah ilmu. Dimasa kita masih balita, apakah yang kita dapatkan dari seorang ibu ? sebuah pengajaran dan belajar yang sangat unik dan ajaib. Beliau mengajarkan bagaimana menerima pengajaran tanpa kata-kata (parenting), sangat sederhana dan mudah difahami secara utuh (holistic). Ibu tidak pernah mendefinisikan bagaimana rasa kasih sayang dan cinta itu, tidak pula mengajarkan bagaimana cara menghisap air susu. Kita hanya diam untuk memahami sebuah pengertian yang mengalir begitu saja. Kefahaman yang utuh !! Kita menggeliat di pembaringan berbulan-bulan, merangkak, mencoba berdiri lalu jatuh, berdiri, lalu jatuh lagi, ribuan kali! Ibuku menyaksikan proses itu… kita hanya diajarkan untuk memahami yang terjadi dalam jiwa kita, sebuah naluri yang merasuk dalam sukma. Mengerti itu adalah sebuah fenomena yang unik dan sederhana. Selama ini konsep kita terbalik II kita belajar sebuah “pengertian” dari definisi, uraian, penjelasan dan perumpamaan, akhirnya kita tetap tidak mengerti secara utuh.

Bagaimana Allah mengajarkan sesuatu kepada makhluknya? Melalui Apa? Sebuah kefahaman yang bisa dimengerti oleh apa saja dan siapa saja, sangat mudah dan tidak njelimet. Yaitu Sebuah kata tanpa suara (shaut) dan tanpa huruf (harf). Adalah kata-kata Tuhan yang paling sederhana dan mudah kita terjemahkan kedalam bahasa verbal. Kita sudah menerima itu semua, baik berupa ilham baik (taqwa) maupun ilham buruk (fujur). Tanpa mengenal bahasa-Nya, kita akan mengatakan:

-Mengapa Shalat khusyu’ itu sulit dilakukan?

-Mengapa berbuat jahat itu lebih mudah sedangkan berbuat baik memerlukan upaya yang luar biasa? -Mengapa setiap berdoa sulit memahami jawabannya?

Buku ini akan menguak sebuah rahasia yang andan pertanyakan selama ini.