Judul |
---|
Dari NU untuk Kebangkitan Bangsa |
Penerbit |
Grasindo, Jakarta 1999 |
Kategori |
3 Kata Pengantar, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1999 |
Judul Tulisan
Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Pengantar: KH. Abdurrahman Wahid – Mencari Sintesa Agama-Negara
Bab I
Dari Sekjen ke Ketua Umum
- Mengapa Saya?
- Agenda Politik
Bab II
Kilas Balik Kebangkitan Kaum Ulama
Bab III
Islam dan Demokrasi
- Visi Politik
- Bukan Retorika
Bab IV
Politik Itu Pilihan Hidup
- Kekuasaan dan Suksesi
- Pemimpin dan Kritik
- Kembali ke Partai
Bab V
Menghadapi Pemilu 1999
- Pemilu: Ruang Perubahan
- Kekuatan Mahasiswa
- Partai Terbuka
- Menghadapi Pemilu 1999
Bab VI
Membangun Persaudaraan Sejati
- Pluralitas Agama
- Suku dan Golongan
- Optimis atau Pesimis?
Bab VII
Partai, Disitegrasi, dan Kebangsaan
- Rekonstruksi Nation Building
Lampiran: Susunan Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa
Tentang Penulis
Sinopsis
Selama Orde Baru berkuasa, hak untuk berkumpul, berserikat, dan mendirikan partai politik sangat dibatasi. Maka begitu katup reformasi terbuka, euforia politik tak dapat dibendung. Muncul partai baru, banyak diantaranya secara tegas memaklumkan diri sebagai partai berasaskan agama. Dikhawatirkan, partai-agama terjerumus ke paham sektarian, eksklusif, sehingga potensial memicu disintegrasi bangsa.
Nahdlatul Ulama (NU) telah lama menyadari bahaya dan ancaman itu. Karena itu, dalam Munas Alim Ulama tahun 1983 — kemudian diperkuat oleh Muktamar NU ke-29 tahun 1984 NU memutuskan mengambil prinsip-prinsip kebangsaan, dan bukan Islam, sebagai asas- nya. Dengan kata lain, NU berasaskan Pancasila, sekaligus menggunakan Islam dengan paham Ahlussunah wal Jama’ah. Dengan inilah NU, dan kemudian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), berhasil memecahkan persoalan falsafati dan mendasar: hubungan antara agama dan negara.
Sebagai pemimpin sebuah partai besar, banyak tantangan meng- hadang langkah H. Matori Abdul Djalil mewujudkan cita-cita NU dan PKB. Berhasilkah ia menakhodai partai berlambang nusantara dalam globe yang dikitari sembilan bintang ini mencapai tujuan politiknya? Adakah misi khusus dari ketua PBNU, K.H. Abdurrahman Wahid, yang diemban Matori?