Kembali ke 2 Bunga Rampai

Dialog – Indonesia Kini dan Esok Buku Pertama

2 Bunga Rampai
Dialog – Indonesia Kini dan Esok Buku Pertama
Judul
Dialog – Indonesia Kini dan Esok Buku Pertama
Penulis
Imam Walujo, Kons Kleden
Penerbit
Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (LEPPENAS), Jakarta, 1982 (cetakan ke-3)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

  Daftar Isi Buku Pertama

 

  1. Kobarkan Kembali Idealisme dan Semangat Berjuang
    Oleh: H. Adam Malik
  2. ”Langit Indonesia Makin Rendah”
    Oleh: Prof. Dr. Sutan Takdir Alisjahbana
  3. Apa Arti Hidup Merdeka?
    Oleh: Subadio Sastrosatomo
  4. Demokratisasi Syarat untuk Mencapai Kemajuan
    Oleh: Franz Magnis Suseno
  5. Tiga Jalur Benang Merah Memintal Indonesia Tahun 2000
    Oleh: Emil Salim
  6. Antara Ukuran dan Kekuasaan
    Oleh: Dorodjatun Kuntjoro Jakti
  7. Menetapkan Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Menuju Indonesia yang Kita Cita-Citakan
    Oleh: Abdurrahman Wahid 
  8. Kita Jernihkan Dulu Duduk Beberapa Permasalahan Dasar
    Oleh: Taufik Abdullah
  9. ”Kehidupan dari Penjara ke Penjara”
    Oleh: Ridwan Saidi
  10. Tiga Syarat untuk Terciptanya Solidaritas Politik
    Oleh: Yuwono Sudarsono
  11. Kita Harus Mengenali Diri Sendiri
    Oleh: Sabam Sirait
  12. Diperlukan Reformasi Kebudayaan
    Oleh: Bur Rasuanto
  13. Catatan Riwayat Hidup

 

____________________________________________________________________________________

Daftar Isi Buku Kedua

 

  1. Pembangunan Tak Bisa Dihentikan
    Oleh: Jend. Purn. Daryatmo
  2. Legitimasi Belum Mantap
    Oleh: Letjen Sutopo Yuwono
  3. Arah Pembangunan Kita Sudah Tepat
    Oleh: Ir. Rachmat Witoelar
  4. Yang Penting Pembangunan Infrastruktur Politik
    Oleh: Akbar Tanjung
  5. Menumbuhkan Kultur Politik Yang Baru
    Oleh: Jend. Purn. Soemitro
  6. Kita Sama Berdiri di Landasan Pancasila
    Oleh: K.H. Imam Sofwan
  7. Dibutuhkan Pendobrakan Intelektual
    Oleh: A. Dahlan Ranuwihardjo, S.H.
  8. Persoalan Pembentukan Struktur Sosial dan Kebudayaan Nasional
    Oleh: Prof. Dr. Selo Soemardjan
  9. Kebudayaan Telah Kita Permak
    Oleh: Dr. Toeti Heraty Noerhadi
  10. Berilah Kesempatan Untuk Berpartisipasi
    Oleh: Dr. Umar Kayam
  11. Bangsa Kita Belum Merdeka dari Kurungan Magis
    Oleh: Y.B. Mangunwijaya
  12. Suatu Koreksi, Pembaharuan Merupakan Keharusan
    Oleh: Abdul Madjid
  13. Mencari Sistem Politik Yang Selalu Menumbuhkan Alternatif
    Oleh: A. Rahman Tolleng
  14. Ke Arah Strategi Pembangunan Total.
    Oleh: Prof. Sarbini Sumawinata, MA

 

Riwayat Hidup yang diwawancarai

Riwayat Hidup yang mewawancarai

 

 

Sinopsis

Buku ini berisi kumpulan wawancara dengan para tokoh yang membincang tentang keindonesiaan: kini dan esok. Kini, menyikapi berbagai permasalahan yang muncul saat itu, dan esok, adalah harapan masa depan Indonesia yang lebih baik. Ada dua belas intelektual yang dimintai gagasannya tentang Indonesia. Antara lain: Emil Salim, St. Takdir Alisjahbana, Adam Malik, Franz Magnis Suseno, Ridwan Saidi, Gus Dur, dan lainnya.

 

Semula, isi buku ini merupakan rangkaian wawancara yang diterbitkan oleh Bulletin OPTIMIS sejak edisi perdana hingga edisi kesepuluh. Hasil dari wawancara itu kemudian dibukukan, dan diedarkan ke publik pada akhir Desember 1980.

 

Secara garis besar, beberapa pokok pertanyaan yang diajukan kepada para tokoh adalah hal yang sama, menyikapi masalah dasar yang dihadapi oleh bangsa, bagaimana pandangan dan bacaan mereka dari berbagai gejala yang diamatinya itu, dan seperti apa konsep atau problem solving yang ditawarkan oleh dua belas intelektual dalam melihat nasib Indonesia ke depan. Jawaban-jawaban mereka pun beragam sesuai kapasitas masing-masing. Sebagai politisi, budayawan, maupun teknokrat.

 

Wawancara dengan Gus Dur diberi judul “Menetapkan Pangkalan-pangkalan Pendaratan Menuju Indonesia yang Kita Cita-citakan”. Gus Dur menyoroti berbagai kasus mendasar terkait ide pembangunan. Gus Dur menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan butuh jangka panjang, tidak serba ujug-ujug, simsalabim. Oleh karenanya, diperlukan ‘pangkalan-pangkalan’ pendaratan agar tercapai cita-cita yang diinginkan.

 

Pembangunan yang dimaksud oleh Gus Dur adalah proses transformasi masyarakat, perubahan kejiwaan dan sosial secara menyeluruh, sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera lahir batin. Bukan sekadar gemerlap pembangunan fisik semata.

 

Gus Dur memberikan dua tawaran langkah untuk mencapai tujuan. Yang pertama, cara romantik revolusioner, yakni memobilisasi rakyat secara masif dengan ideologi tunggal tentang pembangunan. Namun ide ini tidak cocok diterapkan di Indonesia, karena dalam memahami ideologi Pancasila, bangsa kita masih kabur, belum clear secara ideologi. Sebab itu, mustahil jika menempuh langkah ini.

 

Yang kedua, pendekatan strategi-alternatif. Yakni proses perubahan yang lahir dari arus bawah, dari masyarakat akar rumput. Melalui komunitas-komunitas lokal, pesantren, yang sudah ada di desa-desa. Meski perubahan ini relatif lambat dari yang pertama, namun proses perkembangan lebih masuk akal.

 

Banyak hal yang dibicarakan oleh Gus Dur. Tentang transformasi sosial ekonomi, tantangan pembangunan, pentingnya kesadaran berbangsa, menyikapi munculnya sektarianisme dan intoleransi, gagapnya kaum intelektual karena terlalu nyaman di menara gading, dan politisi yang haus kekuasaan hingga lupa terjadinya kesenjangan sosial. Pun demikian Gus Dur tetap optimis dengan masa depan Indonesia.