Judul |
---|
Islam dalam Cita dan Fakta |
Penulis |
Syed Hossein Nasr |
Penerjemah |
Abdurrahman Wahid dan Hasyim Wahid |
Penerbit |
Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (LEPPENAS), Jakarta, September 1981 (cetakan ke-1) |
Kategori |
3 Kata Pengantar Buku, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1981 |
Judul Tulisan
Kata Pengantar Buku: Islam dalam Cita dan Fakta
Pendahuluan
BAB I. Islam, Agama Terakhir dan Terdahulu; Sifat-sifatnya yang Universal dan Khusus
BAB II. Al-Quran, Kalam Illahi Sumber Pengetahuan dan Tindakan
BAB III. Nabi dan Tradisi Kenabian
BAB IV. Syariah
BAB V. Tariqah, Jalan Spiritual dan Dasarnya di dalam Al-Qur’an
BAB VI. Sunnah dan Syi’ah
Sinopsis
Bagi pelajar di kampus-kampus Islam, nama Syed Hossein Nasr sudah tidak asing lagi. Pemikirannya banyak dikaji, menjadi bahan diskusi untuk perkuliahan dan penelitian. Perenialisme dan tradisionalisme, diantaranya.
Penulis adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang studi Islam. Ia menjadi guru besar dan dosen tamu di tiga benua selama dua dasawarsa. Pengembaraannya yang panjang, dengan banyak membaca literatur, baik dari karya muslim maupun non muslim, hingga orientalis sekalipun, menjadi rantai lahirnya buku ini.
Awal mula terbitnya buku yang sudah pernah diterjemahkan lebih dari lima bahasa ini adalah dari ceramah-ceramah ilmiah penulis yang diadakan di Universitas Amerika, Beirut, pada tahun 1964-1965.
Dari total 15 kuliah—hasil ceramahnya itu—tidak semuanya dicantumkan dalam buku ini. Hanya 6 makalah saja, berisi tentang seri agama. Judul “Ideals and Realitis of Islam” menjadi pilihan yang tepat. Pertama kali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1981.
Menariknya dari buku ini adalah yang menerjemahkan adalah Gus Dur secara langsung, yang dibantu oleh adiknya, Hasyim Wahid (Gus Im). Judul buku “Islam dalam Cita dan Fakta” dipilih supaya menangkap maksud dari penulisnya.
Kalau secara harfiah, terjemahan dari Ideals and Realitis of Islam adalah ‘cita dan kenyataan Islam’. Kalau diartikan demikian maka akan ada kesan kesenjangan apa yang menjadi cita-cita Islam dan kenyataannya dalam kehidupan.
Dalam buku ini, penulis ingin mengatakan bahwa bagaimana sih pengaplikasian ajaran-ajaran Islam, sementara wahyunya sudah berhenti turun sejak wafatnya Rasulullah Saw. Dan bagaimana pula ajaran yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad itu dapat terus berkembang ke berbagai kelompok yang beragam?
Dalam pengantarnya, Gus Dur menyatakan bahwa buku ini merupakan pengenalan menarik tentang Islam, terutama bagi mereka yang belum pernah mendalaminya. Dari hukum Islam (syari’ah) hingga jalan spiritualnya (tasawuf). Syed Hossein Nasr merupakan sosok yang memiliki kedalaman pemikiran, ketajaman penglihatan, dan kejujuran sikap ilmiah.
Buku ini juga menjawab serangan terhadap Islam yang berkenaan dengan masalah dasar keimanan (al-qur’an dan hadis). Buku ini juga membahas Sunni-Syi’ah dan kaum sufi, sebagai pemersatu intelektual maupun sosial.
Penulis juga menyebutkan beberapa sumber rujukan, terutama al-qur’an dan hadis (sebagai sumber primer), kitab turots karya ulama tradisional (peneliti Timur), dan juga karya-karya kaum orientalis, seperti Sir Hamilton Gibb, Louis Massignon, dan Henry Corbin (peneliti Barat).
Dalam metode penyampaiannya, penulis menggunakan pendekatan peneliti-peneliti Barat, seperti Titus Burckhardt, Marco Pallis, Martin Lings, Rene Guenon, dan Frithhjof Schuon.
Setidaknya buku ini dibagi pada tiga bagian, pertama, tentang teologi dan keimanan. Berbicara Islam dan agama-agama yang lain. penulis membincang tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Keberadaan agama seperti Buddha, Kristen, dan Islam sendiri akan wujud Tuhan. Yang mutlak dan nisbi. Kenapa ada istilah Shunya (ketiadaan), Kristus, dan Allahhisme pada Islam.
Kedua tentang ajaran-ajaran, seperti tradisi kenabian, syariah, dan thariqah. Ketiga tentang aliran dan paham dalam Islam, lebih spesifiknya membincang Sunni atau Sunnah dan Syiah. Kedua aliran ini yang sampai saat ini berkembang dan memiliki basis masing-masing di suatu negara.
Membaca hasil terjemahan dari Gus Dur dan Gus Im pada buku ini sangat renyah. Terlihat jelas kapasitas keilmuan beliau berdua. Buku ini termasuk kategori yang cukup berat bagi awam, sehingga dibutuhkan keilmuan khusus, setidaknya pernah mempelajari istilah-istilah dalam bidang filsafat maupun teologi.