Kembali ke 2 Bunga Rampai

Islam Sosialisme dan Kapitalisme

2 Bunga Rampai
Islam Sosialisme dan Kapitalisme
Judul
Islam Sosialisme dan Kapitalisme
Editor (Penyunting)
Herdi Sahrasad
Penerbit
Madani Press, Jakarta, Februari 2000, (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

Pengantar Editor:

  • Dari Modernisasi Kapitalis ke Islam Humanis
    Oleh: Herdi SRS

Prolog:

  • Islam dan Kapitalisme
    Oleh: Bursah Zarnubi

 

BAGIAN PERTAMA.

  • HOS Tjokroaminoto:
    Sosialisme di dalam Islam
  • M. Dawam Raharjo:
    Islam Mendayung di antara Dua Karang: Sosialisme dan Kapitalisme 21

 

BAGIAN KEDUA.

 

Epilog:

  • Merosotnya Kekuatan Islam
    Oleh: Al Chaidar

 

Sumber Tulisan

Indeks

Riwayat Para Penulis

Sinopsis

Buku ini berisi kumpulan tulisan intelektual Islam, dari Indonesia dan Timur Tengah. Dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi tulisan Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan M. Dawam Raharjo. Kedua tulisannya itu yang akhirnya dipilih menjadi judul buku, membincang sosialisme dan kapitalisme dalam Islam.

 

Sebagai tokoh besar dalam pergerakan nasional, Tjokroaminoto sangat familiar dengan gagasan Islam dan sosialisme, bahkan mempunyai karya tentang itu. Bagaimana Islam berpihak pada keadilan, kesetaraan, bahkan dalam Islam ada konsep zakat, sedekah, infaq, dan larangan riba.

 

Prinsipnya adalah berpihak pada rakyat miskin, kelompok lemah, dan perputaran uang tidak dikuasai oleh elit, orang-orang kaya. Sementara Dawam Raharjo berbicara bagaimana kita hidup di tengah keduanya. Mendayung di antara dua karang; sosialisme dan kapitalisme abad 21.

 

Bagian kedua, berisi tulisan Gus Dur dan Hassan Hanafi. Hasan Hanafi dikenal sebagai filsuf hukum Islam, yang mengkaji secara serius tentang Islam kiri, yang mempunyai kecenderungan pada sosialistik. Bahkan bukunya “Madza Ya’ni al-Yasar al-Islami”, banyak dikaji, menjadi bahan penelitian, diantaranya oleh Kazuo Shimogaki, intelektual dari Jepang yang mengkaji pemikiran Islam.

 

Buku ini mencoba menjawab sistem ekonomi dan politik yang sedang dijalankan di Indonesia. Kaum modernis sekuler sejak tahun 1970an telah menggalakkan pemikiran kapitalistis. Pasca Soekarno hingga kegagalan Orde Baru menjadi bukti bahwa karakter kapitalistik, yang berpihak pada konglomerasi, menguntungkan segelintir elit, atas nama pembangunan, suara dapat dibeli dengan uang kolusi, dan mengabaikan krisis ekologi, ternyata tidak dapat tumbuh lama. Akhirnya tumbang dan runtuh. Dari latar belakang itu, menjadi tantangan kaum intelektual untuk mencari solusi.

 

Selain jawaban dari perspektif Islam. Ideologi-ideologi seperti sosialis-demokrat, nasionalis-sekuler, juga mencari jawaban-jawaban atas krisis yang terjadi di Indonesia saat itu.

 

Tulisan Gus Dur pada buku ini pertama kali dimuat di Jurnal Prisma (edisi XIII, tahun 1984).  Gus Dur menganalisis apa yang pernah ditulis oleh Sidney Jones tentang perubahan makna dari kata ‘umat Islam’.

 

Perubahan kata ‘umat Islam’ itu terkadang mempunyai makna sempit, sebatas kelompok kecil, ditujukan kepada umat atau organisasi Islam tertentu, seperti Masyumi, Sarekat Dagang Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lainnya. Terkadang memiliki arti yang luas, untuk umum, umat Islam secara keseluruhan. Tergantung konteks dan tujuan dari semangat kata itu. Demi kepentingan perjuangan pendirian negara Islam atau perjuangan negara bangsa.

 

Dalam konteks sejarah Indonesia, pasca disahkannya Pancasila sebagai ideologi negara (dalam sila pertama), telah menjadi simbol kekuatan umat Islam. Yang menunjukkan kekuatan moral, kesadaran berbangsa, ketimbang ‘Islam’ sebagai ideologi tunggal negara.

 

Dengan begitu, format perjuangan umat Islam difungsikan untuk menunjukkan Islam sebagai kekuatan integratif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang terus menerus menyuarakan nilai-nilai keadilan dan semangat demokrasi.