Judul |
---|
Keberanian Bernama Munir |
Penulis |
Meicky Shoreamanis Panggabean |
Editor (Penyunting) |
Ahmad Baiquni |
Penerbit |
PT Mizan Pustaka, Bandung Desember 2008 |
Kategori |
Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur, Pengantar Buku |
Arsip Tahun |
2008 |
Judul Tulisan
Sinopsis
Munir, bagi sebagian (besar) masyarakat Indonesia, adalah sebuah suara keberanian di tengah kebungkaman massal atas penindasan hak-hak asasi manusia. Itulah Munir sebagai figur publik, yang diakui sebagai seorang tokoh nasional, bahkan internasional, di bidang pembelaan HAM.
Buku ini mengisahkan sisi-sisi Munir di ranah privat, yang jarang diketahui umum. Lewat penelusuran informasi unik dari keluarga, istri, dan sahabat-sahabat, serta wawancara eksklusif, pengarang menampilkan Munir apa adanya. Bagaimana peran ayah-ibu, kakak-kakak, lingkungan, sekolah, guru, istri, anak-anak, dan sahabat-sahabatnya dalam membentuk kepribadian Munir.
Lewat buku ini, Munir seolah-olah hidup kembali di tengah kita untuk menyalakan lagi api keberanian itu.
• Pekerjaan paling berat adalah mengubah kultur ketakutan. Saya sangat ingin, orang-orang sadar bahwa problem masyarakat Indonesia, agar berubah menjadi kritis, adalah adanya rasa takut. Kita harus membongkar rasa takut itu hingga ke akar-akarnya. Ini adalah sebuah energi kalau kita mau membangun sistem masyarakat yang dinamis, merdeka, jujur terhadap sesama. Karena, ketakutan itu biasanya mengkhianati….
• Pas kuliah, aku bergabung dengan HMI. Zaman itu, aku militan sekali pro-Soeharto. Musuhku anak-anak gerakan, sampe aku bersenjata, lho. Aku bawa celurit ke kampus, berantem. Aku anggap itu perang agama… melawan orang-orang anti-Soeharto di kampus tahun ’80-an.
Cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik, melainkan kebenaran dalam kejujuran menemukan kesesuaian. Jangan berdoa untuk dapat jodoh, tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena disisitu cinta akan ditemukan.
• Tuhan ada pada seberapa besar cinta kita akan kebenaran….
• Waktu Kontras berdiri, itu ada isu-isu di baliknya. Isunya, aku di-back up jenderal. Sebelumnya, aku juga dituduh Yahudi, komunis, Kristen…. Terlepas dari fitnah dan pembentukan opini publik, perlu ditegaskan bahwa Kontras nggak punya musuh. Lawan Kontras sesungguhnya adalah struktur para pejabat militer lama yang nggak mau dikoreksi karena soal hak-hak asasi manusia. Intelijen nggak kuanggap musuh, tentara juga bukan musuh.
“Cara bertuturnya indah seperti novel. Data-datanya runtut seperti sebuah tesis, analisisnya tajam bagai sebuah kolom.” -Andriani L. Soetoto, praktisi periklanan, penikmat buku.