Kembali ke 2 Bunga Rampai

Seraut Wajah Baru

2 Bunga Rampai
Seraut Wajah Baru
Judul
Seraut Wajah Baru
Editor (Penyunting)
Syu'bah Asa dkk
Penerbit
PELITA Harian Umum, Jakarta, Desember 1990 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

Kata Pengantar

 

Pilihan Tajuk Rencana

  1. Sebuah Tempat Kemajuan
  2. Belajar Demokrasi dari India
  3. Tentang Pembangunan Berprakarsa Masyarakat
  4. Di Belakang Kasus ‘Monitor’
  5. Liga Arab Terus Ricuh
  6. Sikap Baru AS terhadap Israel
  7. Mengapa Adik-adik Kita Sampai Membunuh
  8. Petani Bertanya, Rudini Bertanya
  9. Melawat Ke RRC, Mencari Kiprah di Asia-Pasifik
  10. Pendidikan Nasional: Benarkah Agama dan Sains Bertemu
  11. Taman Ismail Marzuki: Kerakap di Batu-batu
  12. Kerudung Buat Anak-anak Sekolah
  13. Industri Perumahan Menghadapi Masalah Besar
  14. Bercendekiawan Muslim di Malang

 

Pilihan Artikel

  1. Dakwah dalam Perspektif Perubahan Sosial
    Oleh: M. Dawam Rahardjo
  2. Aspek Reformatif Islam tentang Kemiskinan
    Oleh: Abdurrahman Wahid 
  3. Perkembangan Partai Politik di Masa Depan
    Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo
  4. Lebanon, Suriah dan Krisis Teluk
    Oleh: M. Riza Sihbudi
  5. Teknokrasi dan Politik
    Oleh: Soetjipto Wiro Sardjono
  6. Agroindustri: Alternatif Membangun Ekonomi Desa
    Oleh: Um Fahmid
  7. Peranan Ilmuwan dalam Pembangunan Industri Elektronika Nasional
    Oleh: Samaun Samadikun
  8. Ekonomi Rakyat Jelata
    Oleh: Adi Sasono
  9. Demokrasi dan Kultur Politik Kita
    Oleh: Sulastomo
  10. Historiografi Revolusi Indonesia
    Oleh: Abdurrachman Surjomihardjo
  11. Rokok Membakar Habis Hidup Anda
    Oleh: Dasriel Rasmala
  12. Jakarta-Tokyo-Beijing  di Masa Mendatang
    Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo
  13. Menyambut Kaisar Akihito dan Era Heisei
    Oleh: I Ketut Surajaya
  14. Perampingan Birokrasi
    Oleh: Sarwono Kusumaatmadja
  15. Masalah Netralisasi Birokrasi di Indonesia, Birokrasi dalam Hubungan Kekuasaan
    Oleh: Nazaruddin Sjamsuddin
  16. Masalah Netralisasi Birokrasi di Indonesia, Pemerintah dan Politisasi Birokrasi
    Oleh: Nazaruddin Sjamsuddin
  17. Reformasi Politik di Vietnam Dewasa Ini
    Oleh: Asvi Warman Adam
  18. Ke Arah Pemilu yang Berkualitas
    Oleh: Syamsuddin Haris
  19. Perekonomian Indonesia dan Ketenagakerjaan
    Oleh: Prijono Tjiptoherijanto
  20. Psikologi Iklan
    Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono
  21. Masalah Suksesi
    Oleh: Abdurrahman Suryomihardjo
  22. Politisi dan Pengamat
    Oleh: Deliar Noer
  23. Wajah Rumah Sakit Kita Mendatang
    Oleh: Sulastomo
  24. Beberapa Penyandung dalam Usaha Swadana Rumah Sakit
    Oleh: Kartono Mohamad
  25. Kampus dan Demokratisasi Masyarakat
    Oleh: Arbi Sanit
  26. Mengembangkan Peran Demokratisasi Kampus
    Oleh: Arbi Sanit
  27. Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan
    Oleh: Dasniel Rasmala
  28. Konstitusi atau Undang Undang Dasar
    Oleh: Deliar Noer
  29. Profesionalisme dalam Dunia Usaha Modern
    Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono

 

Pilihan Refleksi

  1. Apa Arti Kemenangan Islam?
    Oleh: Nurcholish Madjid
  2. Apa Arti Da’wah Islam
    Oleh: Syu’bah Asa
  3. Masalah Segregasi Agama
    Oleh: Abdurrahman Wahid 
  4. Pahlawan dalam Masyarakat Demokratis
    Oleh: Soetjipto Wirosardjono
  5. Pulangnya Anak-anak Kauman
    Oleh: Aswab Mahasin
  6. Kang Thowil Jadi Cendekiawan
    Oleh: Moeslim Abdurrahman

 

Pilihan Resensi

  1. Indonesia Menjelang Tahun 2000
    Oleh: H.B. Jasin

 

Indeks Penulis

Sinopsis

Buku ini merupakan kumpulan tulisan pilihan yang pernah dimuat di Harian Umum Pelita, dalam rubrik: Tajuk Rencana, Artikel, Refleksi, dan Resensi. Keempat rubrik itu menjadi andalan Pelita dalam mengenalkan pemikiran para tokoh atau cendekiawan, atas renungan-renungan mendasar mengenai kehidupan bangsa. Dari tema politik, ekonomi, sejarah, hingga kesehatan.

 

Harian Umum Pelita terbit cetak sejak tahun 1974 hingga 2019. Pasca itu, Pelita mengudara secara online. Pada tahun 90 an, tulisan Gus Dur ikut mewarnai wajah koran yang bernafaskan Islam ini. Hadirnya buku ini bagian dari promosi yang ingin mengenalkan ke publik perihal wajah baru Pelita yang tayang mulai tanggal 29 Oktober 1990.

 

Selain itu, Pelita menyambut dua acara akbar di bulan Desember tahun 1990. Yaitu: Simposium dan pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia tanggal 6-8 Desember 1990 di Malang, dan Muktamar Muhammadiyah tanggal 15-19 Desember di Yogyakarta. Kehadiran Pelita saat itu diharapkan menjadi media keislaman cetak skala nasional, Pres Islam, yang menyajikan liputan-liputan khusus tentang kehidupan kaum muslimin dalam realitas sosiologisnya.

 

Dalam opini yang dimuat, khususnya rubrik ‘Refleksi’, beberapa tulisan memiliki cantolan pemikiran dengan perspektif Islam. Seperti, Nurcholish Madjid, menulis: Apa Arti Kemenangan Islam?, Syu’bah Asa: Apa Arti Da’wah Islam, Aswab Mahasin: Pulangnya Anak-anak Kauman, termasuk tulisan Gus Dur, Masalah Segregasi Agama.

 

Dalam tulisannya itu, Gus Dur mengingatkan kepada pemerintah dan masyarakat agar mewaspadai gerakan keagamaan yang eksklusif, menutup diri, yang menyebarkan paham atau ideologi yang dapat memecah belah, menyegregasi keutuhan bangsa.

 

Sebab, dengan adanya perubahan zaman, paham ekstremisme dapat menyebar dengan cepat, yakni melalui internet dan teknologi kian canggih dengan adanya jejaring media sosial. Dalam konteks saat itu, penerbitan koran gelap Risalah dan Al-Ikhwan—yang memuat paham takfiri-jihadis—ternyata berpengaruh besar dampaknya bagi mahasiswa di Yogyakarta.

 

Selain itu, dalam buku ini juga memuat tulisan Gus Dur yang pernah diseminarkan dalam Kolokium VI Balitbang Agama tentang “Agama dan Kemiskinan”, di Jakarta 11-12 Maret 1981. Dalam tulisannya itu, Gus Dur menyinggung problem pengentasan kemiskinan yang terjadi selama ini masih berupa karitas, uang atau bentuk barang, dalam agama disebut dengan sedekah, zakat, atau hibah. Belum menyentuh ke ihwal yang melatarbelakangi sabab musabab dari kemiskinan itu sendiri.

 

Padahal, aspek umum yang menyertai kemiskinan sering kali dipisahkan, seperti kebodohan, ketidakadilan, ketimpangan struktur, dan lainnya. Malah dalam doktrin agama problem ini dianggap suratan takdir atau nasib, yang harus dihadapi dengan sabar dan tabah, karena kelak disediakan kebahagiaan di akhirat.

 

Gus Dur memberikan paradigma baru agar kita keluar dari  problem sistemik nan struktural tersebut. Beberapa langkah yang harus dilakukan, dari tarikan ke bawah dengan penyediaan keterampilan atau jasa kursus agar masyarakat memiliki keahlian khusus, sementara tarikan ke atas pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan atau lembaga perekonomian modern yang menyerap tenaga terampil tersebut.