Judul |
---|
Seraut Wajah Baru |
Editor (Penyunting) |
Syu'bah Asa dkk |
Penerbit |
PELITA Harian Umum, Jakarta, Desember 1990 (cetakan ke-1) |
Kategori |
2 Bunga Rampai, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1990 |
Judul Tulisan
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pilihan Tajuk Rencana
- Sebuah Tempat Kemajuan
- Belajar Demokrasi dari India
- Tentang Pembangunan Berprakarsa Masyarakat
- Di Belakang Kasus ‘Monitor’
- Liga Arab Terus Ricuh
- Sikap Baru AS terhadap Israel
- Mengapa Adik-adik Kita Sampai Membunuh
- Petani Bertanya, Rudini Bertanya
- Melawat Ke RRC, Mencari Kiprah di Asia-Pasifik
- Pendidikan Nasional: Benarkah Agama dan Sains Bertemu
- Taman Ismail Marzuki: Kerakap di Batu-batu
- Kerudung Buat Anak-anak Sekolah
- Industri Perumahan Menghadapi Masalah Besar
- Bercendekiawan Muslim di Malang
Pilihan Artikel
- Dakwah dalam Perspektif Perubahan Sosial
Oleh: M. Dawam Rahardjo - Aspek Reformatif Islam tentang Kemiskinan
Oleh: Abdurrahman Wahid - Perkembangan Partai Politik di Masa Depan
Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo - Lebanon, Suriah dan Krisis Teluk
Oleh: M. Riza Sihbudi - Teknokrasi dan Politik
Oleh: Soetjipto Wiro Sardjono - Agroindustri: Alternatif Membangun Ekonomi Desa
Oleh: Um Fahmid - Peranan Ilmuwan dalam Pembangunan Industri Elektronika Nasional
Oleh: Samaun Samadikun - Ekonomi Rakyat Jelata
Oleh: Adi Sasono - Demokrasi dan Kultur Politik Kita
Oleh: Sulastomo - Historiografi Revolusi Indonesia
Oleh: Abdurrachman Surjomihardjo - Rokok Membakar Habis Hidup Anda
Oleh: Dasriel Rasmala - Jakarta-Tokyo-Beijing di Masa Mendatang
Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo - Menyambut Kaisar Akihito dan Era Heisei
Oleh: I Ketut Surajaya - Perampingan Birokrasi
Oleh: Sarwono Kusumaatmadja - Masalah Netralisasi Birokrasi di Indonesia, Birokrasi dalam Hubungan Kekuasaan
Oleh: Nazaruddin Sjamsuddin - Masalah Netralisasi Birokrasi di Indonesia, Pemerintah dan Politisasi Birokrasi
Oleh: Nazaruddin Sjamsuddin - Reformasi Politik di Vietnam Dewasa Ini
Oleh: Asvi Warman Adam - Ke Arah Pemilu yang Berkualitas
Oleh: Syamsuddin Haris - Perekonomian Indonesia dan Ketenagakerjaan
Oleh: Prijono Tjiptoherijanto - Psikologi Iklan
Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono - Masalah Suksesi
Oleh: Abdurrahman Suryomihardjo - Politisi dan Pengamat
Oleh: Deliar Noer - Wajah Rumah Sakit Kita Mendatang
Oleh: Sulastomo - Beberapa Penyandung dalam Usaha Swadana Rumah Sakit
Oleh: Kartono Mohamad - Kampus dan Demokratisasi Masyarakat
Oleh: Arbi Sanit - Mengembangkan Peran Demokratisasi Kampus
Oleh: Arbi Sanit - Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan
Oleh: Dasniel Rasmala - Konstitusi atau Undang Undang Dasar
Oleh: Deliar Noer - Profesionalisme dalam Dunia Usaha Modern
Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono
Pilihan Refleksi
- Apa Arti Kemenangan Islam?
Oleh: Nurcholish Madjid - Apa Arti Da’wah Islam
Oleh: Syu’bah Asa - Masalah Segregasi Agama
Oleh: Abdurrahman Wahid - Pahlawan dalam Masyarakat Demokratis
Oleh: Soetjipto Wirosardjono - Pulangnya Anak-anak Kauman
Oleh: Aswab Mahasin - Kang Thowil Jadi Cendekiawan
Oleh: Moeslim Abdurrahman
Pilihan Resensi
- Indonesia Menjelang Tahun 2000
Oleh: H.B. Jasin
Indeks Penulis
Sinopsis
Buku ini merupakan kumpulan tulisan pilihan yang pernah dimuat di Harian Umum Pelita, dalam rubrik: Tajuk Rencana, Artikel, Refleksi, dan Resensi. Keempat rubrik itu menjadi andalan Pelita dalam mengenalkan pemikiran para tokoh atau cendekiawan, atas renungan-renungan mendasar mengenai kehidupan bangsa. Dari tema politik, ekonomi, sejarah, hingga kesehatan.
Harian Umum Pelita terbit cetak sejak tahun 1974 hingga 2019. Pasca itu, Pelita mengudara secara online. Pada tahun 90 an, tulisan Gus Dur ikut mewarnai wajah koran yang bernafaskan Islam ini. Hadirnya buku ini bagian dari promosi yang ingin mengenalkan ke publik perihal wajah baru Pelita yang tayang mulai tanggal 29 Oktober 1990.
Selain itu, Pelita menyambut dua acara akbar di bulan Desember tahun 1990. Yaitu: Simposium dan pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia tanggal 6-8 Desember 1990 di Malang, dan Muktamar Muhammadiyah tanggal 15-19 Desember di Yogyakarta. Kehadiran Pelita saat itu diharapkan menjadi media keislaman cetak skala nasional, Pres Islam, yang menyajikan liputan-liputan khusus tentang kehidupan kaum muslimin dalam realitas sosiologisnya.
Dalam opini yang dimuat, khususnya rubrik ‘Refleksi’, beberapa tulisan memiliki cantolan pemikiran dengan perspektif Islam. Seperti, Nurcholish Madjid, menulis: Apa Arti Kemenangan Islam?, Syu’bah Asa: Apa Arti Da’wah Islam, Aswab Mahasin: Pulangnya Anak-anak Kauman, termasuk tulisan Gus Dur, Masalah Segregasi Agama.
Dalam tulisannya itu, Gus Dur mengingatkan kepada pemerintah dan masyarakat agar mewaspadai gerakan keagamaan yang eksklusif, menutup diri, yang menyebarkan paham atau ideologi yang dapat memecah belah, menyegregasi keutuhan bangsa.
Sebab, dengan adanya perubahan zaman, paham ekstremisme dapat menyebar dengan cepat, yakni melalui internet dan teknologi kian canggih dengan adanya jejaring media sosial. Dalam konteks saat itu, penerbitan koran gelap Risalah dan Al-Ikhwan—yang memuat paham takfiri-jihadis—ternyata berpengaruh besar dampaknya bagi mahasiswa di Yogyakarta.
Selain itu, dalam buku ini juga memuat tulisan Gus Dur yang pernah diseminarkan dalam Kolokium VI Balitbang Agama tentang “Agama dan Kemiskinan”, di Jakarta 11-12 Maret 1981. Dalam tulisannya itu, Gus Dur menyinggung problem pengentasan kemiskinan yang terjadi selama ini masih berupa karitas, uang atau bentuk barang, dalam agama disebut dengan sedekah, zakat, atau hibah. Belum menyentuh ke ihwal yang melatarbelakangi sabab musabab dari kemiskinan itu sendiri.
Padahal, aspek umum yang menyertai kemiskinan sering kali dipisahkan, seperti kebodohan, ketidakadilan, ketimpangan struktur, dan lainnya. Malah dalam doktrin agama problem ini dianggap suratan takdir atau nasib, yang harus dihadapi dengan sabar dan tabah, karena kelak disediakan kebahagiaan di akhirat.
Gus Dur memberikan paradigma baru agar kita keluar dari problem sistemik nan struktural tersebut. Beberapa langkah yang harus dilakukan, dari tarikan ke bawah dengan penyediaan keterampilan atau jasa kursus agar masyarakat memiliki keahlian khusus, sementara tarikan ke atas pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan atau lembaga perekonomian modern yang menyerap tenaga terampil tersebut.