Kembali ke 2 Bunga Rampai

Teroris Serang Islam – Babak Baru Benturan Barat-Islam

2 Bunga Rampai
Teroris Serang Islam – Babak Baru Benturan Barat-Islam
Judul
Teroris Serang Islam – Babak Baru Benturan Barat-Islam
Editor (Penyunting)
Farid Mutaqien, Sukidi Mulyadi
Penerbit
Pustaka Hidayah, Bandung, November 2001 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar Editor

  • Benturan Islam-Barat dan Lahirnya Kekuatan Baru: darı Terorisme ke Terorisme

 

Prolog

  • Matinya Akal Sehat
    Oleh: Budrarto Shambazy

 

1. Terorisme dan Sejarah Kekerasan Manusia

  • Pembunuhan Count Folke Bernadotte: Awal Era Terorisme
    Oleh: Marianne Katoppo
  • Terorisme, Gejala Global?
    Oleh: Rikard Bagun
  • Kaum Teroris: Nihilistis dan Anarkis
    Oleh: Rikard Bagun
  • Terorisme, Perang Pascamodern?
    Oleh: S. Indro Tjahjono
  • Terorisme dan Lingkaran Dendam Kesumat
    Oleh: Sudirman H. N.
  • Terorisme dan Penyakit Skizofrenia
    Oleh: Firdaus Efendi dan M. Ishom El Saha
  • Dari Pisau Lipat, Pesawat, hingga Nubika
    Oleh: Ninok Leksono
  • Hiperterorisme dan Hiperteknologi
    Oleh: Yasraf Amir Pilhang
  • Ancaman Terorisme Internasional
    Oleh: Philips Jusario Vermonte
  • Terorisme yang Disponsori Negara
    Oleh: T Yulianti
  • Menjadi Pendekar di Atas Segala Pendekar
    Oleh: Herry Tjahjono
  • AS Tersiksa, Afgan Menderita dan Dunia Tertekan
    Oleh: Rikard Bagun

 

2. Pearl Harbor 2001: Kisah Terorisme terhadap Amerika

  • Pearl Harbor 2001
    Oleh: Roch Basoekt Mangoenpoerojo
  • Terorisme terhadap Amerika
    Oleh: B. Herry Priyono
  • “Day of Infamy”
    Oleh: F. Harianto Santoso
  • Politik Teror di Amerika Serikat
    Oleh: Denny J A
  • AS dan Terorisme Internasional
    Oleh: Maruli Tobing
  • Aksi Teror di Amerika Serikat
    Oleh: Andi Widjajanto
  • Amerika Serikat Nyatakan Perang terhadap Teroris
    Oleh: Sabam Siagian
  • “The Siege” dan Monster dalam Selimut
    Oleh: Farid Gaban
  • Terorisme sebagai Serangan Balik atas Hegemoni Amerika Serikat
    Oleh: T. Yulianti
  • Megateror, AS, dan Dromologi Kekerasan
    Oleh: Herdi Sahrasad

 

3. Benturan Islam-Barat Pasca Teror terhadap Amerika

  • Terorisme di AS, Prolog Benturan Peradaban?
    Oleh: Samsul Arifin
  • Menimbang Ulang “Benturan Peradaban”
    Oleh: Azyumardı Azra
  • Hegemoni Amerika: Darı Ibnu Khaldun ke Huntington
    Oleh: Philips Jusario Vermonte
  • New York, Yahudı, dan Simbol AS
    Oleh: Sidik Jatmika
  • Terorisme dan Kebijakan Politik AS di Timur Tengah
    Oleh: Smith Alhadar
  • Klaim Tentara Merah, Islam Radikal, dan Terorisme
    Oleh: Adhyaksa Dault
  • Tiga Pertanyaan terhadap Serangan Balasan AS
    Oleh: Peter Rosler Garcia
  • Medan Perang Baru Amerika Serikat
    Oleh: Ari Satriyo Wibowo
  • Bush-Megawati Meniti Buih Osama bin Laden
    Oleh: Kusnanto Anggoro
  • Osama bin Laden, dari Mitra Jadi Musuh
    Oleh: Musthafa Abdur-Rahman
  • Jaringan Bisnis dan Tanzim al-Qaedah
    Oleh: Musthafa Abdur-Rahman
  • Dilema Arab di Tengah Serangan AS ke Afganistan
    Oleh: Musthafa Abd Rahman
  • Taliban, Osama, dan Operasi Militer Amerika
    Oleh: Inayatullah Hasyim
  • Kehancuran Afganistan, Bencana Semua
    Oleh: Smith Alhadar
  • Afganistan Tak Pernah Ditaklukkan
    Oleh: Rıkard Bagun
  • Pandangan Seorang Afgan terhadap Terorisme
    Oleh: Tamim Ansary

 

4. Kehancuran Politik-Ekonomi: Lahirnya Kekuatan Baru?

  • Demokratisasi dan Terorisme Internasional
    Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
  • Prahara di AS: Akhir dari Akhir Sejarah?
    Oleh: Yudi Latıf
  • Gejala Perang Dunia Ketiga?
    Oleh: Buduarto Shambazy
  • Perekonomian Dunia Pasca Teror Menara Kembar di Tepi Jurang Resesi?
    Oleh: A. Tony Prasetiantono
  • Bersiap Menghadapi Kebangkrutan AS
    Oleh: Sunarsip
  • Terorisme dan Depresi Global
    Oleh: Edwin Sebayang
  • Tragedi WTC, Percepat Resesi Global?
    Oleh: Sri Hartati
  • Dari Perang Teroris ke Resesı Ekonomi Global-239
    Oleh: Dandossı Matram
  • Tragedi WTC dan Paket Likuiditas Bank Sentral
    Oleh: Asnar Ashari
  • Dampak Tragedi Gedung Kembar
    Oleh: C. Harinowo
  • Dampak Hancurnya WTC
    Oleh: J. Soedradjad Djiwandono
  • Tragedi AS dan Reposisi Islamic Dinar
    Oleh: Agus Wahid
  • Isu Terorisme dalam Lawatan Mega
    Oleh: Rizal Sukma
  • Kunjungan Presiden Megawati ke AS: Momen Penting Menanggulangi Dampak Teror
    Oleh: Renee Alexander Kawilarang
  • Renasionalisasi Politik Luar Negeri RI
    Oleh: Rene L. Pattiradjawane

 

5. Membangun Kerjasama Antiterorisme

  • Kerja Sama Masyarakat Internasional Vs Franchisasi Gerakan Teror
    Oleh: Kusnanto Anggoro
  • Membangun Kemampuan Antiteror
    Oleh: Sayıdıman Suryohadiprojo
  • Dilema Sistem Pertahanan Udara dalam Tragedi WTC dan Pentagon
    Oleh: Pramadi
  • Membongkar Jaringan, Memburu Teroris
    Oleh: Trias Kuncahyono
  • Melawan Terorisme: Mekanisme Multilateral atas Tirani Peradilan
    Oleh: Rene L. Pattiradjawane
  • Perang Bukan Jawaban
    Oleh: Maria Hartınıngsih
  • Setelah Debu Luruh di Manhattan: “Pertahanan Terbaik adalah Keadilan”
    Oleh: Farid Gaban

 

PARA PENULIS

SUMBER TULISAN

TENTANG EDITOR

Sinopsis

Buku ini menjadi semacam dokumentasi tentang terorisme, yang merangkum banyak pandangan dari para pakar. Ada 60 tulisan dalam buku ini, yang memberikan banyak perspektif dan memperkaya cakrawala keilmuan.

 

Isu terorisme kembali mengemuka sejak kejadian 11 September 2001, saat Gedung WTC Amerika Serikat yang menjadi pusat kejayaan ekonomi dan kedigdayaan sistem keamanan Amerika itu rontok akibat ditabrak oleh dua pesawat komersial. Keangkeran Amerika pun luntur di mata dunia internasional.

 

Imbas dari peristiwa 9/11 itu, framing negatif lalu diarahkan kepada Islam, tatkala presiden Amerika Serikat, George W. Bush, mengeluarkan pernyataan politik yang kontraproduktif. Pertama, Bush mengaitkan kejadian ini dengan Perang Salib (1096-1291), terjadi benturan antara Islam dan Barat. Kedua, tuduhan tanpa dasar kepada Osama bin Laden. Osama, sebagai representatif Islam, dituduh sebagai dalang di balik kejadian mengerikan itu.

 

Pasca itu, label negatif terhadap Islam sebagai agama teror dan ekstremis tak luput jadi perbincangan publik, baik melalui pemberitaan dan penulisan dari para akademisi, politisi, dan media di Amerika dan Barat. Padahal, kejadian 9/11 itu belum jelas siapa pelakunya dan apa motif besarnya? Namun vonis sudah diarahkan kepada Islam.

 

Sentimen warga Amerika terhadap warga muslim (anti-Islam) semakin menguat. Gelombang itu terus menggelinding, meluas hingga ke negara-negara Eropa.

 

Sementara kelompok yang dianggap fundamental dan ekstremis justru semakin meneguhkan identitasnya, menampakkan kebanggaannya sebagai muslim radikal, yang siap memusuhi head to head dengan Amerika. Segala hal—yang dianggap berafiliasi atau berbau ideologi Amerika dan Barat, langsung ditolak dan dikecam.

 

Di kalangan ekstremis, Amerika adalah simbol kejahatan besar, sumber kerusakan dan keburukan. Ia telah memiliki sifat-sifat iblis dan setan, yang penuh dengan keserakahan dan ringan dalam melakukan kezaliman. Sementara orang-orang yang melawan Amerika dan Barat diklaim sebagai bagian jihad fi sabilillah.

 

Sumbu kebencian semakin membesar ketika Amerika melakukan agresi militer besar-besaran terhadap Afghanistan. Menuduhnya memiliki senjata pemusnah massal, yang hingga kini tak terbukti.

 

Buku ini dibagi menjadi lima bagian. Yang secara garis besar membincang akar terorisme dan kekerasan manusia, kisah terorisme di Amerika, dampak dari teror (ekonomi dan politik), hingga terjadi benturan antara Islam dan Barat. Lalu, langkah apa yang bisa diperbuat dalam meredam aksi terorisme.

 

Tulisan Gus Dur dalam buku ini berjudul, “Demokratisasi dan Terorisme Internasional”. Dalam tulisannya itu, Gus Dur menyatakan bahwa kejadian di New York dan Pentagon merupakan perbuatan biadab dan tidak berperikemanusiaan.

 

Selain itu, Gus Dur juga mengkritik sikap standar ganda Amerika. Di satu sisi AS berteriak-teriak tentang terorisme di dunia internasional, namun di sisi lain Amerika menjadi negara pelanggar Undang-Undang Dasar, atau membiarkan pelanggaran HAM yang terjadi di negara lain. Seperti sikap diamnya terhadap genosida di Rwanda-Burundi, dan negara Afrika lainnya. Gus Dur menyebut gejala ini sebagai hiprokrisi global.