Judul |
---|
Kala Fatwa Jadi Penjara |
Editor (Penyunting) |
Ahmad Suaedy, Abd Moqshith Gazali, Rumadi, Muhammad Subhi Azhar |
Penerbit |
The Wahid Institute, Jakarta Selatan, Maret 2006 (cetakan ke-1) |
Kategori |
3 Kata Pengantar, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2006 |
Judul Tulisan
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
Pengantar Editor
Prolog: Lain Jaman, Lain Pendekatan
- Oleh: KH. Abdurrahman Wahid
Bab I. Fatwa MUI dalam Bingkai Negara, Hukum dan Demokrasi
- Dampak Fatwa MUI
Oleh: M Dawam Rahardjo - Kebebasan Beragama dan Negara
Oleh: Hendardi - Negara Hukum Ataukah Kekuasaan
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid - Fatwa MUI dan Konservatisme Agama
Oleh: Ulil Abshar Abdalla - Pemerintah dalam Kontroversi Fatwa MUI
Oleh: Denny JA - Oligarki Penafsiran Agama
Oleh: Abd. Moqsith Ghazali - Fit and Proper Test Buat MUI
Oleh: Luthfi Assyaukanie - MUI dan Fatwa Antidemokrasi
Oleh: Ahmad Sahal - Potret Mutakhir Islam Indonesia
Oleh: Hamid Basyaib - MUI, Fatwa dan Otoritas Keagamaan di Indonesia
Oleh: M Amin Abdullah - MUI di Tengah Pemikiran Liberalis dan Fundamentalis
Oleh: Dalmeri - Jihad Menegakkan Pluralisme
Oleh: Ahmad Gaus AF - Revolusi Demokrasi untuk Indonesia
Oleh: Boni Hargens - MUI Harus Direvitalisasi
Oleh: Faozan Amar
Bab II. MUI dan Tantangan Pluralisme di Indonesia
- Keyakinan
Oleh: KH. A. Mustofa Bisri - Membangun Damai di Tengah Pluralisme Agama di Indonesia
Oleh: KH. Masdar F. Mas’udi - Kala MUI Mengharamkan Pluralisme
Oleh: M Dawam Rahardjo - Momen Kritis dalam Dialog dan Hubungan Antar-Agama
Oleh: Martin L. Sinaga - Menyikapi Pluralisme Agama
Oleh: Alwi Shihab - Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis
Oleh: Budhy Munawar-Rachman - Belajar Jadi Pluralis Sejati
Oleh: T. Wuryantono - Keragaman Justru Wujud Kasih Sayang Tuhan
Oleh: Paulus Mujiran - Wajah Seram Majelis Ulama
Oleh: Muhtadin AR
Bab III. MUI dan Oligarki Tafsir Kebenaran
- Mengapa Masalah Akidah tidak Diserahkan kepada Allah Saja?
Oleh: Djohan Effendi - ‘Kebenaran’ dan Penolakan Atasnya
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid - Akidah: Antara Konfrontasi dan Interioritas
Oleh: M. Dawam Rahardjo - Metodologi Berfatwa dalam Islam
Oleh: Abd. Moqsith Ghazali - Tentang MUI dan Fatwa Kontroversialnya
Oleh: Masdar F. Mas’udi - Eksklusif, Inklusif, Pluralis
Oleh: Novriantoni - Fatwa MUI Otoriter dan Tak Strategis
Oleh: Achmad Aly MD - MUI dan Masyarakat Non-Fatwa
Oleh: M. Hasibullah Sutrawi - Fatwa Panas MUI
Oleh: Muhtadin AR - Toleransi Agamawan Sejati
Oleh: Kristen - Membiarkan Berbeda
Oleh: Mahmudi
Bab IV. Ahmadiyah dalam Pergumulan Otoritas Kebenaran MUI
- Obrolan tentang Fatwa MUI
Oleh: KH. A. Mustofa Bisri - Geger Ahmadiyah
Oleh: Abdul Munir Mulkhan - Radikalisasi terhadap Kebebasan Beragama
Oleh: Happy Susanto - ”Pornografi” Kekuasaan Beragama
Oleh: Rumadi - Ahmadiyah, Pemerintah dan Pluralisme Keagamaan
Oleh: Albertus Patty - Ahmadiyah yang Dicerca dan Dipuja
Oleh: KH. Ma’mur Noor - Mitos Moderasi Islam Indonesia
Oleh: Hamid Basyaib - Fatwa MUI dan Problem Minoritas Madzhab
Oleh: Mujtahid Hashem - Mirza Ghulam Ahmad sebagai Awatara
Oleh: Abu Su’ud - Fatwa MUI tentang Ahmadiyah
Oleh: Ahmad Rofiq - Kekerasan Atas Nama Fatwa
Oleh: Mohammad Guntur Romli - Fatwa MUI dan Kemuliaan Manusia
Oleh: Samsul Bahri - Ahmadiyah, Perbedaan, dan Tajdid Paradigma
Oleh: Abdullah Ubaid - Sesatkah Ahmadiyah?
Oleh: M. Subhi Azhary
Epilog
Oleh: A. Syari’i Ma’arif
Lampiran-lampiran
- Wawancara
- M. Syafi’i Anwar dan Djohan Effendi
- KH. Musthofa Bisri
- Pidato Nurcholish Madjid
- Surat Terbuka Djohan Effendi
- 11 Fatwa MUI
Sinopsis
BUKU ini lahir dari dorongan yang kuat untuk memberi apresiasi bagi kegelisahan masyarakat, intelektual, akademisi, aktifis dan para ulama terhadap kecendrungan munculnya monopoli penafsiran teks oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga yang melalui fatwa-fatwanya telah “menobatkan” dirinya sebagai “mandataris” ummat Islam di Indonesia. Kegelisahan tersebut terungkap dalam puluhan bahkan ratusan pendapat dan perspektif di berbagai media massa yang memungkinkan masyarakat memperoleh opini yang seimbang dalam memposisikan MUI sebagai lembaga kegamaan yang juga bisa dikritik.
Namun pendapat dan perspektif tersebut mungkin akan segera dilupakan seiring kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat, ia hanya akan menjadi tabuhan gendang di sana sini tanpa irama bila tidak dirangkai dalam sebuah harmoni. Keinginan untuk membuat harmoni itulah yang menjadi inspirasi hadirnya buku ini ke tangan para pembaca. Selain itu, buku ini juga diharapkan akan memenuhi dahaga masyarakat terhadap kekeringan visi Islam yang sekarang ini mulai mewarnai dunia publik. Di mana Islam harus tampil apa adanya sebagai penebar nailai-nilai universal, sebagai rahmatan lil’alamin.
Para penulis dalam buku ini, tidak saja melihat MUI dari sudut pandang doktrin keagamaan, namun lebih jauh juga melihat sistem kenegaraan kita yang sedemikian tidak mampu diemban secara konsekuen oleh para pengambil kebijakan. Betapa negara tidak mampu pengawal tegaknya hukum dan Hak Asasi Manusia dengan membiarkan terjadinya kekerasan oleh sekelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain. Dengan tetap menjunjung tinggi martabat negara, mereka tetap melihat bahwa keadilan adalah sesuatu yang masih harus diperjuangkan.
‘Ala kulli hal, haruslah dikemukakan bahwa buku antologi ini menjadi mungkin untuk terbit karena kerja keras banyak pihak, terutama sejumlah kolega di The Wahid Institute seperti Yenny Zannuba Wahid, Ainun Chomsun, Gamal Ferdhi, Witjak, dan Nurul H Ma’arif. Kepadanya kami sampaikan terima kasih. Begitu juga terhadap para penulis yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Tak terkecuali ucapan terima kasih mesti dihaturkan pada para redaktur koran, majalah, tabloid, dan lain-lain. Akhirnya, walau hanya sekedar kumpulan tulisan, semoga buku ini akan bermanfaat.