Kembali ke 2 Bunga Rampai

Pesantren dan Pembaharuan

2 Bunga Rampai
Pesantren dan Pembaharuan
Judul
Pesantren dan Pembaharuan
Editor (Penyunting)
M. Dawam Rahardjo
Penerbit
LP3ES, Jakarta, 1974 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

  1. Pesantren Sebagai Subkultur
    Oleh: Abddurrahman Wahid
  2. Pesantren dalam Alam Pendidikan Nasional
    Oleh: Suyoto
  3. Ilmu dan Agama dalam Pesantren
    Oleh: M. Habib Chirzin
  4. Pesantren dan Tasauf
    Oleh: Nurcholis Madjid
  5. Pesantren Pertanian Darul Fallah
    Oleh: M. Saleh Widodo
  6. Daarussalaam, Pondok Modern Gontor
    Oleh: Ali Saifullah HA
  7. Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
    Oleh: Edwar

Sinopsis

Sejak akhir tahun 1972, LP3ES, suatu lembaga yang bergerak pada penelitian tentang pendidikan, ekonomi, dan sosial terdorong untuk melakukan observasi terhadap sistem pendidikan yang komprehensif, terutama di kalangan pesantren. Mengingat pada saat itu pemerintah Indonesia tengah mencari format pendidikan yang ideal, salah satunya dengan diberlakukannya model “Sekolah Pembangunan”.

 

Beberapa wilayah dan lembaga pesantren yang menjadi obyek penelitian antara lain, Pesantren Al-Falak di Pagentongan Bogor Jawa Barat. Di Jawa Tengah ada pesantren Pabelan Magelang dan Pesantren Tebuireng Jombang untuk wilayah Jawa Timur.

 

Selain itu, yang mendorong LP3ES melakukan penelitian terhadap sejumlah pesantren di Jawa diantaranya melihat beragam permasalahan yang tengah mendera Indonesia. Seperti ledakan penduduk, jumlah pengangguran yang terus meningkat, derasnya arus urbanisasi sementara di daerah urban belum siap menciptakan pusat-pusat produksi dan industri yang menyerap tenaga kerja, serta dihadapkan pada berbagai tekanan sosial lainnya. Kesadaran ekologi yang minim dan terjadi demoralisasi di kalangan anak-anak muda.

 

Menyadari kompleksitas masalah dan dalam upaya pencarian akar masalah dalam sistem pendidikan, maka LP3ES melakukan penelitian terhadap pondok pesantren dengan harapan bahwa sistem pendidikan di sana dapat menjawab atas berbagai problem sosial di atas. Tantangan masalah urbanisasi dan pembangunan pedesaan.

 

Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang relatif tertua di pulau Jawa yang memiliki peranan besar, namun kurang mendapatkan perhatian oleh pemerintah dan kalangan pendidik.

 

Dalam catatan sejarah pendidikan nasional nama seperti Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswanya dan Kiai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya, lebih sering terdengar ketimbang tokoh-tokoh yang lahir dari pesantren dengan pola pendidikan yang ada di dalamnya. Padahal pondok pesantren telah lahir jauh sebelum ada Gerakan Perjuangan Nasional untuk kemerdekaan Indonesia.

 

Hasil riset yang telah ditemukan oleh LP3ES di beberapa lembaga pesantren, bahwa hanya sebagian kecil alumni pesantren yang menjadi kiai atau ulama ketika sudah terjun di masyarakat. Mayoritas dari mereka justru berprofesi sebagai petani, nelayan, guru, pegawai negeri, pedagang, dan aneka profesi lainnya. Sementara itu, sebagian besar kurikulum pendidikan di dalamnya tidak memenuhi kebutuhan duniawi yang mana para santri siap dihadapkan pada dunia kerja.

 

Oleh sebab itu, beberapa penulis yang ada di buku ini—seperti Gus Dur, Suyoto, Habib Chirzin, Nurcholis Madjid, Saleh Widodo, Ali Saifullah HA, dan Edwar—mencoba menyajikan tantangan pembaharuan pendidikan atau pembaharuan pemikiran dan kehidupan beragama dalam Islam yang tengah berlangsung di Indonesia saat itu.

 

Tulisan Gus Dur, Pesantren Sebagai Subkultur, menjadi tulisan pembuka yang tengah mengenalkan kepada pembaca tentang dunia kepesantrenan. Istilah subkultur yang dikenalkan oleh Gus Dur itu menyangkut aturan atau norma yang ada di pesantren, corak pendidikan, tradisi kaum santri, dan ciri khas pesantren yang unik, di mana tiap daerah memiliki karakternya masing-masing. Tulisan itu juga menjadi pembuka dalam buku Bunga Rampai Pesantren dan Menggerakkan Tradisi.