Kembali ke 3 Kata Pengantar

Benny Moerdani – Profil Prajurit Negarawan

3 Kata Pengantar
Benny Moerdani – Profil Prajurit Negarawan
Judul
Benny Moerdani – Profil Prajurit Negarawan
Penulis
Julius Pour
Penerbit
Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, Jakarta, April 1993 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

Prakata

 

  • Bab I. Hanya Karena Keberuntungan
  • Bab II. Terjun Tanpa Persiapan
  • Bab III. Anak Lelaki Terakhir
  • Bab IV. Tertembak di Sekarpace
  • Bab V. Dinamika Tentara Pelajar
  • Bab VI. Awal Karier Kemiliteran
  • Bab VII. Peristiwa di Batujajar
  • Bab VIII. Mendarat di Pelabuhan Belawan
  • Bab IX. Musibah di Atas Padang
  • Bab X. Pelajaran dari Pemberontakan
  • Bab XI. Pasukan Naga Menyerbu Merauke
  • Bab XII. Menolak Tawaran Bung Karno
  • Bab XIII. Pertempuran di Seberang Perbatasan
  • Bab XIV. Kehadiran Hartini
  • Bab XV. Meninggalkan Pasukan Komando
  • Bab XVI. Mengakhiri Konfrontasi Malaysia
  • Bab XVII. Belajar Menjadi Diplomat
  • Bab XVIII. Menata Organisasi Intelijen
  • Bab XIX. Operasi Timor Timur
  • Bab XX. Meringkus Pembajak Woyla
  • Bab XXI. Refungsionalisasi Kembali Organisasi ABRI
  • Bab XXII. Menangani Keamanan Ketertiban dalam Negeri
  • Bab XXIII. Sidang Umum MPR 1988
  • Bab XXIV. Menerima Kenyataan Terburuk

 

Catatan Mengenai Sejumlah Sumber Penulisan

Indeks

Sinopsis

PRAJURIT TEGAS

“… menjadi jelas bagi saya bahwa wajah ganda-sisi (multifaceted) dari kepribadian L.B. Moerdani memang menampakkan bagian integral dari kehidupannya sebagai anak manusia dan sekaligus sebagai seorang militer. Wajar saja dia mula-mula ikut bergerilya tanpa tahu arah tujuan keikutsertaannya itu, karena memang demikianlah sosok anak manusia di zaman revolusi pada usianya waktu itu, Alangkah tidak masuk akal apabila waktu itu ia telah memiliki rasa mengemban tugas (sense of duty) seperti yang dimilikinya di kemudian hari. Justru berangkat dari keterlibatan bergerilya yang seolah-olah tidak disengaja itu día ditempa oleh perkembangan keadaan untuk mengembangkan sikap taat kepada perintah dan setia kepada tugas. Heroisme yang terkadang terasa konyol dari para pejuang muda yang tidak henti-hentinya menggempur tentara pendudukan Belanda, yang sering juga diancam ketakutan-ketakutan dan keresahan akan keselamatan diri dalam saat-saat kritis, bu- kanlah representasi dari watak yang sejak semula sudah jadi. Ia tidak lain mencerminkan pasang surut dan naik turunnya perkembangan kepribadian seorang pejuang yang sejak muda sudah digembleng oleh kancah peperangan.”

 

“… L.B. Moerdani adalah seorang militer yang harus tunduk kepada Sapta Marga, yang mengharuskan ketundukan kepada pimpinan di atasnya. Namun ia menyadari, bahwa pelanggaran kewenangan dan langkanya pertanggungan jawab pimpinannya kepada aturan main yang benar dan rencana yang sudah digariskan semula, memerlukan sikap kritis terhadap pimpinan, yang tentunya mendera dirinya.”

Abdurrahman Wahid

 

“… pemimpin andalan yang telah mengalami pahit getirnya pertarungan di medan-medan tempur pada hampir setiap palagan operasi di seluruh wilayah tanah air. Sepanjang perjalanan sejarah perjuangan bangsa semenjak tahapan perjuangan fisik dalam merebut dan menegakkan kemerdekaan hingga sekarang.”