Kembali ke 3 Kata Pengantar

Kala Fatwa Jadi Penjara

3 Kata Pengantar
Kala Fatwa Jadi Penjara
Judul
Kala Fatwa Jadi Penjara
Editor (Penyunting)
Ahmad Suaedy, Abd Moqshith Gazali, Rumadi, Muhammad Subhi Azhar
Penerbit
The WAHID Institute
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

 

Pengantar Redaksi

Daftar Isi

Pengantar Editor

 

Prolog: Lain Zaman, Lain Pendekatan (KH Abdurrahman Wahid)

 

Bab I

Fatwa MUI dalam Bingkai Negara, Hukum dan Demokrasi

  1. Dampak Fatwa MUI
    M Dawam Rahardjo
  2. Kebebasan Beragama dan Negara
    Hendardi
  3. Negara Hukum Ataukah Kekuasaan
    KH. Abdurrahman Wahid
  4. Fatwa MUI dan Konservatisme Agama
    Ulil Abshar Abdalla
  5. Pemerintah dalam Kontroversi Fatwa MUI
    Denny JA
  6. Oligarki Penafsiran Agama
    Abd Moqsith Ghazali
  7. Fit and Proper Test Buat MUI
    Luthfi Assyaukanie
  8. MUI dan Fatwa Antidemokrasi
    Ahmad Sahal
  9. Potret Mutakhir Islam Indonesia
    Hamid Basyaib
  10. MUI, Fatwa dan Otoritas Keagamaan di Indonesia
    M Amin Abdullah
  11. MUI di Tengah Pemikiran Liberalis dan Fundamentalis
    Dalmeri
  12. Jihad Menegakkan Pluralisme
    Ahmad Gaus AF
  13. Revolusi Demokrasi untuk Indonesia
    Boni Hargens
  14. MUI Harus Direvitalisasi
    Faozan Amar

 

Bab II

MUI dan Tantangan Pluralisme di Indonesia

  1. Keyakinan
    KH. A. Mustofa Bisri
  2. Membangun Damai di Tengah Pluralisme Agama di Indonesia
    KH. Masdar F. Mas’udi
  3. Kala MUI Mengharamkan Pluralisme
    M Dawam Rahardjo
  4. Momen Kritis dalam Dialog dan Hubungan Antar-Agama
    Martin L. Sinaga
  5. Menyikapi Pluralisme Agama
    Alwi Shihab
  6. Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis
    Budhy Munawar-Rachman
  7. Belajar Jadi Pluralis Sejati
    T. Wuryantono
  8. Keragaman Justru Wujud Kasih Sayang Tuhan
    Paulus Mujiran
  9. Wajah Seram Majelis Ulama
    Muhtadin AR

 

Bab III

MUI dan Oligarki Tafsir Kebenaran

  1. Mengapa Masalah Akidah tidak Diserahkan kepada Allah Saja?
    Djohan Effendi
  2. ‘Kebenaran’ dan Penolakan Atasnya
    KH. Abdurrahman Wahid
  3. Akidah: Antara Konfrontasi dan Interioritas
    M Dawam Rahardjo
  4. Metodologi Berfatwa dalam Islam
    Abd Moqsith Ghazali
  5. Tentang MUI dan Fatwa Kontroversialnya
    Masdar F. Mas’udi
  6. Eksklusif, Inklusif, Pluralis
    Novriantoni
  7. Fatwa MUI Otoriter dan Tak Strategis
    Achmad Aly MD
  8. MUI dan Masyarakat Non-Fatwa
    M. Hasibullah Sutrawi
  9. Fatwa Panas MUI
    Muhtadin AR
  10. Toleransi Agamawan Sejati
    Kristen 
  11. Membiarkan Berbeda
    Mahmudi

 

Bab IV

Ahmadiyah dalam Pergumulan Otoritas Kebenaran MUI

  1. Obrolan tentang Fatwa MUI
    KH. Amustofa Bisri
  2. Geger Ahmadiyah
    Abdul Munir Mulkhan
  3. Radikalisasi terhadap Kebebasan Beragama
    Happy Susanto
  4. ”Pornografi” Kekuasaan Beragama
    Rumadi
  5. Ahmadiyah, Pemerintah dan Pluralisme Keagamaan
    Albertus Patty
  6. Ahmadiyah yang Dicerca dan Dipuja
    KH. Ma’mur Noor
  7. Mitos Moderasi Islam Indonesia
    Hamid Basyaib
  8. Fatwa MUI dan Problem Minoritas Madzhab
    Mujtahid Hashem
  9. Mirza Ghulam Ahmad sebagai Awatara
    Abu Su’ud
  10. Fatwa MUI tentang Ahmadiyah
    Ahmad Rofiq
  11. Kekerasan Atas Nama Fatwa
    Mohammad Guntur Romli
  12. Fatwa MUI dan Kemuliaan Manusia
    Samsul Bahri
  13. Ahmadiyah, Perbedaan, dan Tajdid Paradigma
    Abdullah Ubaid
  14. Sesatkah Ahmadiyah?
    M. Subhi Azhary

 

Epilog: A. Syari’i Ma’arif

 

Lampiran-lampiran

  1. Wawancara
    • M. Syafi’i Anwar dan Djohan Effendi
    • KH. Musthofa Bisri
  2. Pidato Nurcholish Madjid
  3. Surat Terbuka Djohan Effendi
  4. 11 Fatwa MUI

Sinopsis

BUKU ini lahir dari dorongan yang kuat untuk memberi apresiasi bagi kegelisahan masyarakat, intelektual, akademisi, aktifis dan para ulama terhadap kecendrungan munculnya monopoli penafsiran teks oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga yang melalui fatwa-fatwanya telah “menobatkan” dirinya sebagai “mandataris” ummat Islam di Indonesia. Kegelisahan tersebut terungkap dalam puluhan bahkan ratusan pendapat dan perspektif di berbagai media massa yang memungkinkan masyarakat memperoleh opini yang seimbang dalam memposisikan MUI sebagai lembaga kegamaan yang juga bisa dikritik.

 

Namun pendapat dan perspektif tersebut mungkin akan segera dilupakan seiring kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat, ia hanya akan menjadi tabuhan gendang di sana sini tanpa irama bila tidak dirangkai dalam sebuah harmoni. Keinginan untuk membuat harmoni itulah yang menjadi inspirasi hadirnya buku ini ke tangan para pembaca. Selain itu, buku ini juga diharapkan akan memenuhi dahaga masyarakat terhadap kekeringan visi Islam yang sekarang ini mulai mewarnai dunia publik. Di mana Islam harus tampil apa adanya sebagai penebar nailai-nilai universal, sebagai rahmatan lil’alamin.

 

Para penulis dalam buku ini, tidak saja melihat MUI dari sudut pandang doktrin keagamaan, namun lebih jauh juga melihat sistem kenegaraan kita yang sedemikian tidak mampu diemban secara konsekuen oleh para pengambil kebijakan. Betapa negara tidak mampu pengawal tegaknya hukum dan Hak Asasi Manusia dengan membiarkan terjadinya kekerasan oleh sekelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain. Dengan tetap menjunjung tinggi martabat negara, mereka tetap melihat bahwa keadilan adalah sesuatu yang masih harus diperjuangkan.

 

‘Ala kulli hal, haruslah dikemukakan bahwa buku antologi ini menjadi mungkin untuk terbit karena kerja keras banyak pihak, terutama sejumlah kolega di The Wahid Institute seperti Yenny Zannuba Wahid, Ainun Chomsun, Gamal Ferdhi, Witjak, dan Nurul H Ma’arif. Kepadanya kami sampaikan terima kasih. Begitu juga terhadap para penulis yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Tak terkecuali ucapan terima kasih mesti dihaturkan pada para redaktur koran, majalah, tabloid, dan lain-lain. Akhirnya, walau hanya sekedar kumpulan tulisan, semoga buku ini akan bermanfaat.