Kembali ke 3 Kata Pengantar

Kiri Islam – Antara Modernisme dan Posmodernisme

3 Kata Pengantar
Kiri Islam – Antara Modernisme dan Posmodernisme
Judul
Kiri Islam – Antara Modernisme dan Posmodernisme
Penulis
Kazuo Shimogaki
Editor (Penyunting)
Fuad Mustafid
Penerbit
LKiS, Yogyakarta, Oktober 2003 (cetakan ke-6)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

 

Pengantar Redaksi

Kata Pengantar: Hassan Hanafi dan Eksperimentasinya (Abdurrahman Wahid)

Daftar Isi

 

Bagian I

Kajian Kritis Kiri Islam

Kazuo Shimogaki

 

Pendahuluan

Pemikiran Hassan Hanafi dan Kebangkitan Kiri Islam

  1. Posisi Pemikiran Hassan Hanafi
  2. Kemunculan
  3. Relevansi Kiri Islam

 

Bab 1 – Kerangka Metodologis Islam dan Posmodernisme

  1. Garis Besar
  2. Tauhid: Pandangan Dunia dan Epistemologi Relasional
  3. Posmodernisme dan Epistemologi Relasional
    • Dari Modernitas ke Posmodernitas
    • Epistemologi G. Bateson
    • Teori Relasi Kekuasaan: Michel Foucault

 

Bab II – Tantangan Barat dan Jawaban Islam

  1. Tantangan Barat
  2. Responsi Hassan Hanafi
  3. Dari Realitas ke Kebangkitan Umat
  4. Relevansi Metodologi Hassan Hanafi

 

Bab III – Batas-batas Kiri Islam

  1. Problematika
  2. Modernisme Hassan Hanafi
  3. Kritik atas Dikotomi dan Rasionalisme

 

Kesimpulan

Modernisme, Posmodernisme, dan Tauhid

  1. Daftar Pustaka

 

Bagian II

Apa Arti Kiri Islam

Dr. Hassan Hanafi

 

Apa Arti Kiri Islam

  1. Nama dan Kredo
  2. Latar Belakang dan Momentum
  3. Revitalisasi Khazanah  Intelektual Klasik
  4. Menantang Peradaban Barat
  5. Realitas Dunia Islam
  6. Agama dan Revolusi (Pembebasan)
  7. Integritas Bangsa
  8. Menjawab Tuduhan

 

Indeks 

Sinopsis

Buku ini adalah salah satu buku best seller yang dipengantari oleh Gus Dur. Naik cetak hingga delapan kali, dari tahun 1993 hingga 2011. Buku terjemahan dari penelitian Kazuo Shimogaki ini membicarakan pemikiran Hasan Hanafi. Judul aslinya, Between Modernity and Postmodernity The Islamic Left and Dr. Hasan Hanafi Thought: A Critical Reading. Kazuo mengkaji pemikiran Hasan Hanafi secara akademik dari karyanya: Madza Ya’ni al-Yasar al-Islami.

 

Hasan Hanafi adalah seorang filsuf hukum Islam, guru besar Fakultas Filsafat Universitas Kairo. Ia memfokuskan dirinya mengkaji pemikiran Barat pramodern dan modern. Hasan Hanafi memperoleh gelar doktor dari Sorbonne University, Paris, pada tahun 1966. Pemikirannya banyak dikaji oleh kalangan intelektual Islam atau yang tengah belajar di jurusan keagamaan (kampus UIN/IAIN).

 

Ide Kiri Islam Hasan Hanafi muncul atas keprihatinannya melihat dunia islam yang tidak ada tanda-tanda kemajuan, selalu menjadi nomor dua dari Barat. Istilah Kiri Islam sebenarnya sudah lebih dulu digunakan oleh A.G Salih pada tahun 1972. Istilah ini merujuk kepada perjuangan melawan penindasan bagi orang-orang miskin dan persamaan hak bagi seluruh masyarakat. Singkatnya kata ‘kiri’ adalah kecenderungan sosialistik dalam Islam.

 

Pemikiran Kiri Islam tidak hanya menghadapi ancaman-ancaman seperti kolonialisme, kapitalisme, feodalisme, keterbelakangan dan penindasan, namun juga sebagai upaya untuk merekonstruksi pemikiran keagamaan yang konservatif, seperti tasawuf atau sufisme. Baginya pemikiran-pemikiran keagamaan tersebut dapat memengaruhi perilaku negatif rakyat, seperti menunggu ilham dari langit untuk membuat perubahan.

 

Gus Dur dalam pengantarnya, membicarakan pemikiran Hasan Hanafi ini memiliki watak pembebasan (taharrur, liberation). Manusia sebagai khalifatullah, harus memiliki otonomi penuh atas dirinya jika ingin menegakkan keadilan sosial. Tanpa pembebasan, umat Islam akan terbelakang dan nyaman dengan kebodohan. Sebab itu, perlunya gerakan yang terorganisir yang terus menyuarakan pembebasan.

 

Pemikiran Kiri Islam Hasan Hanafi mengacu paham gagasan sosialisme—baik yang bertumpu pada Marxisme-Leninisme, namun telah dimodifikasi. Dalam arti, tidak serta merta menerima murni pandangan Marx dan Lenin, namun disesuaikan dengan nilai-nilai Islam dan budaya lokal, yang masih mengutamakan spiritual, moral, dan budaya. Dalam pandangan Gus Dur, pemikirannya lebih ke sosialisme demokrat yang lebih lentur dan terbuka.

 

Namun seiring berjalannya waktu, pemikirannya bergeser, mengalami evolusi. Dari Kiri Islam ke gagasan yang universal. Latar belakang ini tak lepas dari kondisi sosialisme Arab yang mengalami kemunduran pasca kematian Gamal Abdel Nasser pada tahun 1970. Nasser adalah tokoh penting dalam sejarah dunia Arab. Ia adalah pemimpin sosialisme Arab. Penerusnya, Anwar Sadat, tidak melanjutkan gagasannya.

 

Dari Kiri Islam ke universalisme Islam itu Hanafi justru semakin memperluas. Setidaknya menurut Gus Dur karena dua hal. Pertama, pengintegrasian nilai-nilai keislaman kepada kehidupan kaum muslimin, seperti penegakan hukum, hak asasi manusia, dan penolakan terhadap kekerasan. Kedua, mengembangkan epistemologi ilmu pengetahuan baru, diantaranya belajar ilmu-ilmu dari Barat (tidak serta menerima mentah-mentah), namun mempelajari kekurangan yang kemudian bisa diisi dengan paradigma keislaman.

 

Apa yang dikaji oleh Kazuo Shimogaki ini menarik. Mengajak kita mempelajari sejarah dunia Arab, gerakan politik dan agama.