3 Kata Pengantar
Memaafkan Islam
Judul
Memaafkan Islam
Penulis
M. Yudhie Haryono
Penerbit
Kalam Nusantara, Jakarta, 2006
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

PENGANTAR 

 

BAB I

ISLAM BUKAN SATU-SATUNYA AGAMA KEBENARAN

  1. Ayat Klaim Versus Ayat Universal
  2. Islam Bukan Satu-satunya Umat Pilihan Tuhan!

 

BAB II

ISLAMISASI VERSUS GLOBALISME

  1. Menyegarkan Transisi ke Arah
  2. Soliditas Demokrasi
  3. Merawat Demokrasi Menegaskan Independensi
  4. Demi Islam Demi Demokrasi
  5. Lalu, Kita Harus Bagaimana?

 

BAB III

REKONSTRUKSI POLITIK FUNDAMENTALISME 

  1. Geologi Fundamentalisme Islam
  2. Fundamentalisme: Reorientasi Politik Nilai

 

BAB IV

MENDEKONSTRUKSI CARA BERISLAM MEMPERKUAT CIVIL ISLAM

  1. Duo ”Civil” di Indonesia
  2. Civil Society dan Civil Islam
  3. Merawat Civil Society, Menyelamatkan Rakyat
  4. Globalisasi Menggerus Dunia
  5. Civil Society Merana
  6. Hukum untuk Semua Areal Kehidupan
  7. Mematrialisasikan Kebijakan Kerakyatan

 

BAB V

FUNDAMENTALISME LIBERAL DAN FUNDAMENTALISME LITERAL

  1. Bukan Fundamentalisme Liberal
  2. Bukan Fundamentalisme Skriptural
  3. Melampaui Perilaku-Politik Romantis
  4. Mengharamkan Perilaku-Politik Koruptif
  5. Mentradisikan Moral Perilaku-Politik Hibrida

 

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

TENTANG PENULIS

Sinopsis

Maka, keanehan Tuhan adalah keanehan manusia. Dan keajaiban manusia adalah keajaiban Tuhan. Manusia adalah “tuhan yang menyejarah.” Dan Tuhan adalah, manusia yang “meng-abadi.” Karenanya tiada yang lebih indah dan mulia dari semua pesan keilahian kecuali menjadi dan menujuNya. Menuju Tuhan pada akhirnya adalah semangat untuk berubah ke arah yang lebih baik [menjadi insan kamil].

 

Dengan maaf dan tobat, manusia harus bersemi menjadi insan kamil. Menjadi insan kamil artinya adalah “tidak patuh pada literalisme semata, tetapi juga tidak menjilat pada liberalisme.” Literalisme dan liberalisme harus dimaknai sebagai sarana, dan bukan tujuan itu sendiri. Tegasnya, ber Tuhan bukan literalisme dan liberalisme, dua anak haram dalam agama yang sering “hanya” menimbulkan penjajahan baru atas nama Tuhan.

 

Memaafkan Islam, dengan demikian adalah usaha nalar sadar waktu sekaligus wahyu; bahwa berlslam dan berIndonesia merupakan usaha sungguh-sungguh untuk tidak menjadi manusia “adigang-adigung-adiguna” sekaligus gumunan!