Kembali ke 2 Bunga Rampai

Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi

2 Bunga Rampai
Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi
Judul
Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi
Editor (Penyunting)
Syahdatul Kahfi
Penerbit
Spectrum, Bekasi, Maret 2006 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Daftar Isi

 

Bagian 1. Pengantar

  1. Gerakan Islam Fundamentalis: Dari Bawah Tanah Sampai Perjuangan Formal
    • Oleh: Muhyiddin Arubusman

 

Bagian 2. Jihad, Terorisme dan Keamanan Nasional

  1. Memahami Aktivitas Terorisme
    • Oleh: Ansyaad Mbai
  2. Terorisme Sebagai Reaksi Terhadap Ketidakadilan Globla?
    • Oleh: Naruzzaman
  3. Dimensi Internasional Terorisme
    • Oleh: M. Riza Sihbudi
  4. Sesat Pikir Penanganan Terorisme
    • Oleh: A. Effendy Choirie

 

Bagian 3. Jihad dan Kekerasan di Ruang Publik

  1. Bangkitnya Islam Formalistik
    • Oleh: Lili Romli
  2. Ruang Publik, Partisipasi dan Kekerasan
    • Oleh: Yudi Latif
  3. Islam Moderat
    • Oleh: KH. A. Hasyim Muzadi
  4. Terorisme dan Ruang Artikulasi Politik
    • Oleh: Zaini Rahman

 

Bagian 4. Jihad dan Pertarungan Ideologi

  1. Kita di Tengah Pertarungan Ideologi Dunia
    • Oleh: As’ad Said Ali
  2. Jihad, Terorisme, Globalisasi Kapitan dan Perang: Refleksi Kebudayaan Pasca 11 September
    • Oleh: Ahmad Baso
  3. Benturan Antar Budaya: Dari Terorisme Sampai Salah Faham Terhadap Islam
    • Oleh: KH. Abdurrahman Wahid
  4. Demokrasi, Terorisme dan McTerror
    • Oleh: Mh. Nurul Huda
  5. Dialog Masa Depan Islam-Barat Pasca Peristiwa 911
    • Oleh: M. Alfan Alfian

 

Bagian 5. Memaknai Ulang Jihad

  1. Fundamentalisme Agama dan Upaya Memaknai Ulang Jihad
    • Oleh: A. Moqsith Ghazali
  2. Perintah Berjihad
    • Oleh: KH. Husein Muhammad
  3. Jihad, Islam dan Ajaran Universalisme
    • Oleh: KH. MA Sahal Mahfudz
  4. Psiko-Hermeneutik Jihad
    • Oleh: M. Yudhi Haryono

 

Bagian 6. Epilog Memberantas Terorisme Menjaga Konsolidasi Demokrasi

  1. Memberantas Terorisme, Menjaga Konsolidasi Demokrasi: Sebuah Dilema?
    • Oleh: Syahdatul Kahfi

 

Daftar Pustaka

Sinopsis

Pasca tumbangnya Orde Baru, gerakan Islam ekstremis makin leluasa. Ia tidak lagi sembunyi-sembunyi karena tekanan dan dibatasi oleh penguasa Orba. Sebab kran demokrasi sudah terbuka. Era reformasi memberikan angin segar kepada kelompok-kelompok jihadis ekstremis. Gerak-gerik mereka makin tumbuh subur atas nama demokrasi.

 

Kebebasan berpolitik, berserikat, memilih keyakinan, dan berbeda berpendapat, apapun itu, telah dijamin oleh Undang-undang. Begitulah dalam negara demokrasi. Kelompok teroris benar-benar memanfaatkan momentum ini.

 

Bahkan kelompok yang menyebarkan ideologi Islam politik makin keras dalam menggaungkan berdirinya negara khilafah. Sehingga tidak heran pasca Orde Baru tumbang, muncul banyak gerakan ekstremis dan aktor-aktor fundamental berani mati. Akhirnya, meledaklah banyak bom di beberapa tempat yang dianggap sebagai simbol kekafiran.

 

Bom Bali 1 dan 2, Bom Hotel JW Marriot, hingga Bom di Kedubes Australia. Tiga lokasi itu setidaknya di tahun sebelum buku ini terbit, tahun 2006. Pasca itu, makin banyak kasus serupa yang dilakukan oleh para teroris hingga menelan korban jiwa.

 

Hal inilah yang akhirnya membuat imej Islam menjadi buruk. Dicap sebagai agama yang menghalalkan kekerasan dan anti terhadap sistem demokrasi.

 

Memang, demokrasi seakan menjadi dua sisi mata uang. Bisa menjadi baik jika dilaksanakan dengan benar. Bisa makin buruk jika kemudian dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis dengan menyerang sesama, dengan cara membabi buta.

 

Di sisi lain aparat keamanan kita masih menyesuaikan dengan demokrasi, yang mana intelijen lemah. Harus diakui, selama ini aparat keamanan selalu ketinggalan satu langkah dalam menghadapi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelaku peledakan bom.

 

Pertanyaannya, apakah isu terorisme itu adalah grand design untuk pembelokan arah transisi demokrasi? Atau memang muncul dengan sendirinya pasca serangan Gedung WTC yang menyudutkan Islam?

 

Buku ini mencoba memetakkan persoalan terorisme tidak dalam kaca mata tunggal, tetapi dikaitkan dengan demokrasi di negeri ini. Ada delapan belas penulis yang mendalami isu-isu keislaman, jihad, dan terorisme. Di antaranya adalah Gus Dur.

 

Gus Dur bicara banyak hal di dalam tulisannya itu. Tidak hanya tentang Islam dan aksi terorisme. Tetapi membuka pengetahuan kepada pembaca untuk kembali membaca sejarah Islam, pendekatan dalam mengembangkan Islam, pentingnya mendalami kajian kawasan Islam, dan terutama harus memberikan pemahaman kepada orang di luar Islam atas framing negatif yang dituduhkan kepada Islam.

 

Terorisme itu muncul sebab rasa ketakutan. Ketakutan akan kebesaran Islam itu hilang. Oleh sebab itu, mereka harus diberi pemahaman melalui pendidikan dan pemahaman agama yang holistik. Jangan dilawan dengan kebencian dan kekerasan. Karena bagi Gus Dur, kebencian hanya akan melahirkan kebencian-kebencian baru.

 

Buku dibagi menjadi enam bagian. Pengantar, Jihad, Terorisme dan Keamanan Nasional, Jihad dan Kekerasan di Ruang Publik, Jihad dan Pertarungan Ideologi, Memaknai Ulang Jihad, dan Epilog Memberantas Terorisme Menjaga Konsolidasi Demokrasi.