Kembali ke 2 Bunga Rampai

Mencari Pemimpin Umat – Polemik tentang Kepemimpinan Islam di Tengah Pluralitas Masyarakat

2 Bunga Rampai
Mencari Pemimpin Umat – Polemik tentang Kepemimpinan Islam di Tengah Pluralitas Masyarakat
Judul
Mencari Pemimpin Umat – Polemik tentang Kepemimpinan Islam di Tengah Pluralitas Masyarakat
Editor (Penyunting)
Maksum
Penerbit
Mizan, Bandung, November 1999 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar Penerbit

Pengantar Editor

Prolog 

 

Daftar Isi

  • Mempersoalkan Asal-usul Pemimpin Islam
    Oleh: Jalaluddin Rakhmat
  • Kepemimpinan Kolektif dan Kolegial
    Oleh: M. Din Syamsuddin
  • Siapa yang Digolongkan sebagai Pemimpin Umat?
    Oleh: A. Malik Fadjar
  • Apakah Muncul Pola Kepemimpinan Baru Umat?
    Oleh: Taufik Abdullah
  • Kepemimpinan Umat atau Kepemimpinan Saja
    Oleh: Emha Ainun Nadjib
  • Kepemimpinan Agama: Pandangan dari Jendela Non-Muslim
    Oleh: Y.B. Mangunwijaya
  • Mendialog Pluralitas Kepemimpinan Agama
    Oleh: Victor Tanja
  • Kesulitan Mencari Kategori Pemimpin Umat Islam yang Pas
    Oleh: Amir Santoso
  • Mau ke Mana Pemimpin Umat?
    Oleh: Kacung Marijan
  • Kepemimpinan Umat Islam: Suatu Agenda yang Tersisa
    Oleh: Haedar Nashir

 

Epilog

  • Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
  1. Dialog Tantangan Kepemimpinan Islam 1: Mampukah Menjawab Religiusitas yang Keropos?
  2. Dialog Tantangan Kepemimpinan Islam 2: Mencari Legitimasi Sendiri-sendiri
  3. Dialog Tantangan Kepemimpinan Islam 3: Penciutan Bidang Kegiatan Tidak Perlu Disesali
  4. Dialog Tantangan Kepemimpinan Islam 4: Prospek di Masa Depan

 

Sumber Tulisan

Indeks

Sinopsis

Tulisan di dalam buku ini pertama kali dimuat di koran Jawa Pos. Pada tahun 1992, Jawa Pos menyediakan ruang opini dengan judul polemik “Pluralitas Kepemimpinan Islam di Indonesia”. Para pemimpin umat, baik yang muslim maupun Non Muslim diundang untuk meramaikan polemik itu. Seperti; Jalaluddin Rakhmat, M. Din Syamsuddin, Emha Ainun Nadjib, Y.B. Mangunwijaya, Victor Tanja, dan lainnya.

 

Dalam buku ini, redaktur mengambil sepuluh tulisan, plus prolog dan epilog dari Gus Dur, lalu dikategorisasikan ke dalam wadah polemik Mencari Pemimpin Umat. Sebelum kehadiran buku ini, pada tahun 1994, Penerbit Mizan menerbitkan buku dengan judul Mencari Ideologi Alternatif: Polemik Agama Pascaideologi Menjelang Abad 21. Semangatnya hampir sama, yakni dengan berpolemik, maka akan muncul banyak gagasan dari lintas perspektif sehingga lahirlah suatu kebenaran.

 

Pada era Orde Baru, perdebatan tentang sosok pemimpin selalu ramai dibicarakan di media massa. Namun para cendekiawan hanya menilai sosok ideal dari seorang pemimpin. Karakter, sikap, dan pola kepemimpinan. Sebagaimana yang ditulis oleh Gus Dur dalam prolognya.

 

Beliau membagi tipologi atau jenis-jenis pemimpin. Ada pemimpin paripurna, yang kuat akar lokal dan pengaruhnya di tingkat nasional. Ada pemimpin yang parsial, hanya kuat di salah satunya, lokal atau nasionalnya saja. Lalu dibagi bagaimana model, corak, dan orientasi pemikiran dari seorang pemimpin. Masing-masing pemimpin memiliki cara pandang yang berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi latar belakang dari tumbuhnya pemimpin tersebut.

 

Tulisan Gus Dur dalam buku ini terbit tahun 1992 dan 1993, pun tulisan lainnya, jauh sebelum era reformasi. Namun pasca Orde Baru tumbang, tulisan-tulisan dalam buku ini menemukan relevansinya. Era Reformasi membuka hijab wajah-wajah baru yang selama ini tertutup—dalam hal ini yang siap menjadi pemimpin umat. Hal itu tidak pernah terjadi saat Soeharto masih berkuasa. Termasuk banyak bermunculan partai-partai dengan jargon Islam. Seperti PKB, PAN, PK, PUI, PKU, PNU, PBB, dan PPP.

 

Euforia ini dapat dipahami setelah sekian lama, 32 tahun Orde Baru berkuasa, telah membonsai gerakan politik Islam dalam satu wadah, Petiga. Dengan munculnya banyak nama-nama tokoh Islam yang berlomba-lomba ingin menjadi RI 1, adalah hal yang menggembirakan. Saat Orde Baru, untuk menyebut pemimpin atau calon presiden selain Soeharto saja angkernya bukan main. Kita bisa mendapatkan label bermacam-macam. Seperti pembangkang, pelaku makar, aktivis ekstream kanan, dan lainnya untuk menggembosi tokoh tersebut.

 

Diskusi tentang sosok pemimpin tidak akan ada habisnya, apalagi menjelang pemilu. Pro-kontra, perdebatan, dan polemik pasti terjadi di masyarakat. Tulisan-tulisan yang terkumpul di dalam buku ini selalu relevan dalam kondisi apa pun, terutama yang menyangkut iklim politik di tanah air. Pembaca akan dihadapkan banyak pilihan atau alternatif, model kepemimpinan yang seperti apa yang terbaik untuk masyarakat.