Judul |
---|
Islam, Negara, dan Demokrasi – Himpunan Percikan Perenungan Gus Dur |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
Imam Anshori Saleh |
Penerbit |
Penerbit Erlangga, Jakarta, November 1999 (cetakan ke-1) |
Kategori |
1A Kumpulan Tulisan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
1999 |
Judul Tulisan
- Mengapa Saya Bertemu Pak Harto
- Anwar, Mahathir, dan Kita di Indonesia
- A. Wahid Hasyim, NU, dan Islam
- Islam di Asia Tenggara
- Terserah Suara Rakyat
- Pertempuran Tiga Kecenderungan di Mesir
- Hindari Negara Berasumsi Agama
- Agama dan Demokratisasi
- Strategi Perjuangan Umat Islam
- Kisah Perjalanan Politik Aliran
- Pilih Tegang atau Santai-Santai Saja
- Dari Merinding Sampai Kata “Awas!”
- Dimensi Kehalusan Budi dan Rasa
- Membentuk Solidaritas Sosial
- Demokrasi, Keadilan, dan Keterwakilan
- Fundamentalisme
- Lari
- Pemilu 1999 dan Masa Depan Bangsa
- Membangun Demokrasi Bukan Tugas yang Ringan
(dari Pidato kepresidenan pertama K.H. Abdurrahman Wahid)
Sinopsis
Buku ini adalah kumpulan tulisan, wawancara, dan rekaman ceramah Gus Dur yang dimuat di Harian Media Indonesia selama tiga tahun (1997-1999). Penyusun buku, Imam Anshori Saleh, menceritakan latar belakang dari proses kepenulisan Gus Dur dalam pengantar buku.
Saat itu Gus Dur berjanji kepada Imam akan mengirimkan sejumlah artikel untuk dimuat di Media Indonesia. Namun, kabar baik tak kunjung tiba karena kesibukan Gus Dur. Akhirnya, Imam memutuskan untuk merekam ceramah Gus Dur di beberapa tempat dan mewawancarai Gus Dur secara langsung. Hasil dari transkrip dan editing Imam—tentu atas persetujuan Gus Dur—lalu dimuat, dan mendapat sambutan baik oleh publik.
Namun tiba-tiba Gus Dur jatuh sakit. Selang beberapa waktu setelah pulih (sembuh), akhirnya Gus Dur sendiri yang mengirimkan tulisan dengan dibantu orang terdekatnya, mencatat perenungan-perenungan Gus Dur (hasil pendiktean).
Dalam setiap artikel disertakan juga tanggal tulisan, supaya pembaca mengetahui konteks, asbabun nuzul dari kemunculan tulisan-tulisan Gus Dur, andaikata pembaca ingin melacak suatu peristiwa lebih jauh. Mengingat di dalam buku ini sebagian ada yang bentuknya wawancara atau ceramah, yang sifatnya menanggapi persoalan tertentu atau sudah tidak relevan dengan hari ini.
Pun demikian, Gus Dur selalu menyelipkan pesan-pesan penting dalam setiap kejadian. Pesan yang diberikan bahwa dahulu kala pernah terjadi hal yang demikian, tentu manusia Indonesia saat ini harus belajar dari peristiwa tersebut. Tentang pendewasaan bangsa, antar pemimpin (baik yang formal dan informal) saling bersinergi, lemahnya penegakan hukum terhadap tindakan korupsi, dan lainnya.
Gus Dur juga menyinggung beberapa persoalan yang terjadi di luar negeri, seperti kasus konflik antara Mahathir dan Anwar Ibrahim di Malaysia, gerakan keagamaan di Asia Teggara antara yang ingin mengupayakan penegakan syari’at Islam dan melakukan penafsiran-penafsiran ulang atas ketentuan formal, harmonisnya hubungan agamawan (Al-Azhar) dengan birokrasi pemerintah Mesir yang berhadap-hadapan dengan gerakan formalisme agama (Ikhwanul Muslimin), dan lainnya. Dari semua kasus yang telah diuraikan oleh Gus Dur tersebut selalu ada sangkut pautnya antara demokrasi dan Islam.
Ketika Gus Dur ditanya tentang Islam dan demokrasi, beliau memberikan jawaban dalam artikel yang berjudul Demokrasi, Keadilan dan Keterwakilan, Gus Dur menyebutkan bahwa Islam adalah agama demokrasi. Hal tersebut ditunjukkan beberapa dalil. Pertama, karena Islam adalah agama hukum, yang berlaku untuk semua tanpa memandang kelas atau status sosial. Semua sama di mata hukum. Kedua, Islam memiliki asas permusyawaratan, amruhum syuro baynahum, mengambil keputusan dengan cara bermusyawarah. Ketiga, Islam berpandangan untuk selalu memperbaiki kehidupan. Ketiganya ini merupakan inti dari demokrasi, yakni mengharapkan kehidupan menuju ke arah yang lebih baik (dinul ishlah).
Selain tulisan Gus Dur, penyusun juga menyertakan tulisan adik Gus Dur, Salahuddin Wahid, menanggapi tulisan-tulisan Gus Dur yang terbit di harian yang sama. Tulisan keduanya juga dimuat di dalam buku KH. A. Wahid Hasyim dalam Pandangan Dua Puteranya.
Total ada 19 tulisan Gus Dur yang mencakup tema “Islam, Negara, dan Demokrasi”. Pembaca akan mendapatkan suguhan mencerahkan dari Gus Dur atas percikan perenungannya dalam melihat fenomena yang terjadi.