Kembali ke 1A Kumpulan Tulisan GD

Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab – Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi

1B Rekaman Proses
Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab – Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi
Judul
Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab – Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi
Penulis
Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Munib Huda Muhammad
Penerbit
RMI, Jawa Pos dan Fatma Press, Jakarta, September 1998 (cetakan ke-2)
Kategori
, , ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pendahuluan
Gus Dur: Sebuah Cermin Banyak Gambar

 

Bagian Pertama: Kiai Menggugat

 

Bagian Kedua: K.H. Abdurrahman Wahid Menjawab

 

A. Pendahuluan: Penjelasan tentang Khittah 1926

 

B. Gus Dur Menjawab

  1. Kelompok Tindakan
    1.1. Menjadi Ketua DKJ
    1.2. Membuka Malam Puisi Yesus Kristus
    1.3. Target dan Hasil di DKJ
    1.4. Menjadi Anggota MPR
  2. Kelompok Pemikiran
    2.1. Bermazhab
    2.2. Mu’tazilah dan Syi’ah
    2.3. Memperbanyak Titik Temu
    2.4. Rukun Tetangga
    2.5. Islam Indonesia
    2.6.Assalamu’alaikum

 

Bagian Ketiga:
Pemikiran Gus Dur Tentang: Agama, Politik, Negara, Ideologi, Kemiskinan, Sastera, Parpol, dll

  1. Mencari Nilai-Nilai Baru dalam Paham Kebangsaan: Sebuah Tinjauan dari Sudut Pandangan Sosial
  2. Merumuskan Hubungan Ideologi Nasional dan Agama
  3. Sejarah Undang-Undang Dasar 1945 dalam Perspektif Sejarah
  4. Kehidupan Beragama, Rekayasa Sosial, dan Kemantapan Kehidupan Beragama
  5. Pandangan Islam Tentang Marxisme-Leninisme
  6. Dua Kekuatan Sedang Wawuh
  7. Orang NU Kok PDI
  8. Garapan NU Setelah Muktamar
  9. Beberapa Aspek Teoritis dari Pemikiran Politik dan Negara Islam
  10. Sebuah Telaah Awal: Peran Organisasi Sosial Politik di Masa Depan
  11. Sastra, Agama dan Politik
  12. Hikmah Muktamar PPP II
  13. Islam, Negara dan Pancasila
  14. Amar Ma’ruf, Mabadi Khoiri Ummah dan Pancasila
  15. Beda Tugas NU dan Tugas Negara
  16. Kebersamaan dalam Menanggulangi Kemiskinan: Sebuah Perspektif Islam

 

Bagian Keempat: Penutup

Sinopsis

Buku ini adalah cetakan kedua. Cetakan pertama terbit pada tahun 1989, dengan judul “Gus Dur Diadili Kiai-Kiai, Sebuah Dialog Mencari Kejelasan”. Lalu diterbitkan ulang dengan judul “Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab-Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi” pada cetakan kedua dan ketiga.

 

Buku ini adalah catatan atau transkrip dari klarifikasi Gus Dur pada pertemuan RMI di Jawa Barat pada tanggal 8-9 Maret 1989, di Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon. Acara ini dihadiri sekitar 200 kiai.

 

Diantara pernyataan dan aktivitasnya yang dianggap kontroversial antara lain, ucapan assalamu’alaikum diganti dengan selamat pagi, kunjungannya ke Israel yang membuat heboh masyarakat, jabatannya sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta, yang dianggap oleh sebagian kiai sebagai hal yang aneh, dan statusnya sebagai anggota MPR.

 

Mungkin kalau zaman dulu sudah ada medsos (gadget), tidak menutup kemungkinan pernyataan Gus Dur  akan dipermasalahkan oleh sebagian umat  Islam (yang tidak menyukainya), dengan ancaman UU ITE. Saat itu, Gus Dur pernah dikafirkan oleh Habib Jamallulail gara-gara membuka acara “Malam Puisi Yesus Kristus”.

 

Gus Dur pun sudah terbiasa dengan tuduhan-tuduhan berupa antek zionis, sekuleris, liberal, dan sematan-sematan yang lain, yang menjatuhkan martabatnya. Apalagi saat itu beliau menjabat sebagai Ketua PBNU. Mudah digoreng oleh media. Termasuk kesalahpahaman tentang ucapan assalamu’alaikum diganti dengan selamat pagi.

 

Gus Dur menjawab kegusaran-kegusaran para kiai yang  berseliweran di media itu. Pertemuan ini selain sebagai media tabayun (klarifikasi), juga mengundang decak kagum atas pemikiran-pemikiran Gus Dur, termasuk di antaranya Kiai Husein Muhammad, selaku panitia acara.

 

Jawaban Gus Dur seakan memberi kuliah umum. Gus Dur mengutip kaidah fikih sebagaimana gaya khasnya dan menjelaskan kandungan ayat suci alqur’an beserta tafsirannya. Menjelaskan sejarah, kronologi, dari polemik-polemik yang terjadi.

 

Pernyataan kontroversial yang menjadi bahan bakar oleh sebagian orang itu, justru menjadi bahan kajian ilmiah yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh para kiai yang menyangkalnya. Seperti pernyataan perlunya rukun tetangga di samping rukun Islam dan rukun Iman. Perlunya penekanan pada konsep keadilan di masyarakat, yang waktu itu Gus Dur dianggap mengikuti aliran muktazilah yang anti aswaja, serta penjelasannya dari konsep pribumisasi Islam.

 

Setidaknya, dalam buku ini kita akan melihat sisi kontroversial Gus Dur itu sebagai apa posisinya? Ketua PBNU, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, atau sebagai kiai. Dengan melihat beragam hal, kita akan bisa memahami sisi mana yang dianggap aneh atau kontroversi.

 

Selain itu buku ini juga memuat pemikiran-pemikiran dan cara pandang Gus Dur. Bahwa masyarakat yang yang adil harus diwujudkan, hal itu ditandai dengan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan orang-orang yang menderita dan penyerahan dana untuk membela kaum lemah.

 

Dalam Islam ada perintah zakat. Bagi Gus Dur zakat sama dengan memberi ikan, tidak sampai mememecahkan masalah sosial, sementara memecahkan masalah sosial adalah memberi pancing atau kail. Perhatiannya terhadap masalah-masalah sosial terjawab dalam buku ini.

 

Rujukan yang diilhaminya itu atas prinsip yang telah dibakukan oleh al-Qur’an. Ada tiga hal, pertama, persamaan (al-musawwah), kedua, musyawarah (syuro), dan ketiga, keadilan (al-‘adalah).

 

Sebab itu, Islam adalah agama yang dinamis, bukan agama yang sempit pandangannya. Pesan Gus Dur, sebagai seorang beragama, tidak hanya cukup dengan menghormati namun juga ikut merasakan kesulitan yang dialami. Dengan kesediaan untuk memahami masalah dari berbagai sudut pandang, maka rasa saling pengertian antar umat beragama akan terwujud.