Kembali ke 1A Kumpulan Tulisan

Insya Allah Saya Serius – NU, Muhammadiyah & Budaya Arab

1A Kumpulan Tulisan
Insya Allah Saya Serius – NU, Muhammadiyah & Budaya Arab
Judul
Insya Allah Saya Serius – NU, Muhammadiyah & Budaya Arab
Penulis
Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Hairus Salim HS
Penerbit
Penerbit Gading, Yogyakarta, Desember 2024 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Sinopsis

Tulisan-tulisan yang ada di dalam buku ini sebagian besar berisi makalah-makalah Gus Dur untuk kepentingan diskusi atau seminar yang kemudian diterbitkan oleh berbagai majalah. Di antaranya: Majalah Panjimas, Kiblat, Optimis, Amanah, Suara Muhammadiyah, Asri, dan Panji Masyarakat.

 

Hal ini bisa dicermati dari majalah yang menerbitkan tulisan Gus Dur terdapat keterangan, “..makalah ini..” atau “…dalam diskusi ini..”. Dan Gus Dur cukup rajin membuat materi (makalah/paper) saat diundang sebagai narasumber. Saking produktifnya, terkadang ada tulisan yang tidak terlacak kapan pertama kali diterbitkan.

 

Selain itu, ada juga tulisan hasil olahan wawancara atau ceramah Gus Dur. Pada waktu tahun 70-80an, tak banyak intelektual atau akademisi yang hasil ceramahnya ditranskrip, diolah, dan diterbitkan di media.

 

Judul dalam buku ini, “Insya Allah: Saya Serius”, diambil dari salah satu tulisan Gus Dur yang dimuat di majalah Wahyu, majalah yang berisi pengetahuan tentang Islam dan aktif menerbitkan gagasan keagamaan kontemporer.

 

Dalam buku ini, Gus Dur berbicara tentang bahasa, budaya, seni, film, lingkungan, zakat, NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Ada 25 tulisan Gus Dur yang ditulis dari tahun 1974 hingga 1993. Menariknya, dalam tiap tulisannya itu—acap kali—jika yang diulas adalah masalah-masalah sosial, Gus Dur selalu memasukkan perspektif keagamaan.

 

Sebaliknya jika yang diulas adalah topik keagamaan, maka ia memasukkan analisis sosialnya. Selain itu, Gus Dur selalu menyematkan kritik dan tak tak lupa menanggalkan reflektif bagi pembaca.

 

Hal itu bisa dibaca dari tulisan yang menjadi judul buku ini, Insya Allah: Saya Serius. Tulisannya itu berisi tentang budaya Arab dan budaya Melayu, yang masing-masing memiliki kekurangan. Gus Dur menuliskannya dengan cara yang menarik, memahamkan pembaca melalui analisis psikologi bahasa.

 

Orang Arab begitu mudahnya mengucapkan sumpah, mengatasnamakan Tuhan; “demi Allah”, “demi nabi”. Sementara orang Melayu terheran dengan hal yang demikian, karena mereka belum tentu melaksanakan sumpahnya itu.

 

Di samping itu, orang Melayu dengan mudahnya mengelak janji atau lari dari tanggung jawab dengan enteng mengatakan insya Allah (kalau Allah menginginkan/menghendaki), tanpa ada kesediaan bersikap sungguh-sungguh untuk memenuhi janjinya. Hal tersebut juga tidak dimengerti oleh orang Arab.

 

Mengapa bisa demikian? dalam pandangan Gus Dur, karena masing-masing memiliki kehidupan atau sosial budaya yang berbeda-beda. Kehidupan orang Arab yang serba keras, penuh tekanan, lingkungan gersang, yang menuntut kelihaian hidup. Sementara di tanah Melayu kehidupannya yang serba santai, slow living, orang bermalas-malasan pun masih bisa hidup.

 

Cara Gus Dur menuliskannya ini menarik, lewat bahasa kita diajak untuk mengenali kehidupan sosial budaya seseorang yang beragam dan unik. Dengan begitu kita mampu memahami keragaman dan menyadari kekurangan masing-masing.