Kembali ke 1A Kumpulan Tulisan

Gus Dur & NU – “Kembali kepada Khittah 1926”

1A Kumpulan Tulisan
Gus Dur & NU – “Kembali kepada Khittah 1926”
Judul
Gus Dur & NU – “Kembali kepada Khittah 1926”
Penulis
Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Heru Prasetia, M. Pandu, Sarjoko S.
Penerbit
GUSDURian Press, Yogyakarta, September 2023 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Sinopsis

Buku ini diterbitkan dalam rangka memperingati satu abad Nahdlatul Ulama secara hitungan kalender hijriah (1344-1444 H), yang bertepatan dengan 7 Februari 2023. Dalam rangka itu, divisi Riset dan Publikasi Seknas Jaringan GUSDURian menerbitkan kembali pemikiran-pemikiran Gus Dur tentang NU. Ide-ide besar apa yang dituangkan oleh Gus Dur, nilai-nilai dan keteladanan apa yang diberikannya, perlu menjadi refleksi bersama.

 

Secara, Gus Dur menjabat Ketua PBNU selama tiga periode, dari tahun 1984-1999. 15 tahun kepemimpinannya telah berhasil membawa NU dari sebatas al-mukhafadzatu ‘ala qadimis sholih (merawat organisasi berbasis tradisi), menuju NU yang wal a’khdzu bil jadidil ashlah, berselaras dengan kehidupan modern, progresif, dan mendunia.

 

Alissa Wahid dalam pengantarnya menyebutkan bahwa dalam kepemimpinan Gus Dur, kita melihat NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang hadir dalam transformasi budaya, sebagai kekuatan masyarakat sipil, sebagai tulang punggung negara-bangsa, serta sebagai bagian dari masyarakat dunia.

 

Hal itu tak lain dari upaya Gus Dur, diantaranya menguatkan wacana Islam moderat (inklusif), menjadi penyeimbang kekuasaan pada era Orde Baru, melanjutkan gagasan para pendahulunya tentang Khittah 1926, serta mendorong kemandirian pesantren.

 

Penyusun berhasil mengkurasi 37 tulisan Gus Dur, yang diambil (sebagian besar) dari kanal gusdur.net, serta tulisan-tulisan lain dari bunga rampai atau sebuah buku yang diantarkan Gus Dur.

 

Dalam buku ini, terlacak bahwa Gus Dur menulis tentang ke-NU-an dari tahun 1982—dimana Gus Dur belum menjabat Ketua Umum PBNU—hingga tahun 2009, menjelang wafatnya. Artinya, perhatian Gus Dur terhadap NU sangatlah besar, hidup-mati, dhahir-batin. Berbicara Gus Dur hari ini tak bisa dipisahkan dari NU. Begitu juga sebaliknya. Berbicara NU pasti ada nama Gus Dur. Kehadiran buku ini sebagai upaya merefleksikan perjuangan NU untuk menyusun langkah ke depan.

 

Jika dipetakan, ada lima pokok ide besar Gus Dur dalam buku ini. Antara lain: Pertama, NU dan Khittah 1926. Kedua, NU dan Demokrasi. Ketiga, NU dan Pancasila. Keempat, NU dan Modernitas. Kelima, NU dan Kebudayaan.

 

Sampai kapan pun ide besar itu selalu relevan diperbincangkan, terutama semangat NU kembali ke  Khittah 1926. Sebagai organisasi keagamaan yang memiliki massa terbesar di Indonesia, adalah wajar jika selalu dilirik oleh politisi dalam ajang lima tahunan, pilpres maupun pilkada. Nama besar NU sering diseret-seret untuk dijadikan tumbal demi mendulang suara.

 

Dengan membaca tulisan-tulisan Gus Dur, kita menjadi ingat dengan tujuan besar dari kehadiran NU untuk Indonesia bahkan dunia. Bahwa NU lahir bukan dari wawasan politik, akan tetapi dari wawasan keagamaan. Keluarnya NU dari partai politik pada tahun 1984, dan membatasi dirinya agar tidak ikut campur dalam urusan politik praktis, dapat membawa NU berperan lebih besar lagi bagi penegakan kehidupan bangsa yang lebih demokratis dan lebih berkeadilan.

 

Yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang melayani masyarakat, ketimbang menjadi alat kekuasaan. Menjadi pelayan umat dan berpihak pada kaum yang lemah adalah kerja-kerja NU, dan hal itulah yang dilakukan oleh Gus Dur.

 

Kata Gus Dur, bukankah hal ini lebih mulia dari pada perjuangan memperebutkan sejumlah kursi, yang tidak memiliki fungsi efektif di lembaga-lembaga perwakilan rakyat?