Judul |
---|
Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
Bagus Dharmawan |
Penerbit |
KOMPAS Media Nusantara, Jakarta, Juli 2007 (cetakan ke-2) |
Kategori |
1A Kumpulan Tulisan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2007 |
Judul Tulisan
BAB 1 Agama Dan Kekuasaan
- Negara Islam, Adakah Konsepnya?
- Islam, Apakah Bentuk Perlawanannya?
- Islam Agama Populer atau Elitis?
- Bagaimana Membaca NU?
- Surga dan Agama
- Birokratisasi Gerakan Islam
BAB 2 Kepemimpinan
- “Catenaccio” Hanyalah Alat Belaka
- Jawaban Presiden Atas Memorandum DPR
- Pemilihan Lima Gubernur dan Tradisi Demokrasi
- TNI dan Demokratisasi
- PKB, TNI, dan Pembelajaran Demokrasi
- Pemilu, Demokrasi, dan Kejujuran TNI
- Apa yang Kau Cari Golput?
- Ruang Bagi Negosiasi
- Politik Kita dan Perubahan Sosial
- Bukan UU, Tetapi Pelaksanaannya
BAB 3 Moral dan Spiritual
- Tasawuf dan Kebatinan/Kejawen
- Nasionalisme, Tasawuf, dan Demokratisasi
- Keadilan dan Rekonsiliasi
- Sulitnya Jadi Pengamat
- Identitas Diri di Masa Transisi
- Budaya Kita di Masa Peralihan
- Memahami Peran Budaya Pesantren
- Obituari: Kepergian Setelah Mengabdi
- Dangdut di Antara Duo Pesohor
BAB 4 Demi Palestina
Sinopsis
Buku ini adalah kumpulan esai-esai Gus Dur yang pernah tayang di Harian Kompas dalam rentang waktu enam tahun, dari 2000-2006. Ada 28 tulisan sebelum dan pasca Gus Dur lengser dari jabatan RI 1. Buku ini semacam lanjutan pemikiran Gus Dur dari buku Gus Dur Menjawab Perubahan, yang ditulis pada tahun 1991-1999—juga diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Artinya, selama 15 tahun (dari 1991-2006), Gus Dur aktif menulis untuk Harian Kompas.
Tidak jauh dari buku sebelumnya, buku ini naik cetak hingga empat kali. Pasca Gus Dur wafat, banyak orang yang mengkaji pemikirannya, termasuk mengoleksi buku-buku serial Gus Dur dan menulis buku yang berkaitan hal ihwal tentangnya (biografi, pemikiran, humor, sepakbola, hingga kata-kata mutiara).
Beberapa artikel dalam buku ini, ada yang dimuat ulang untuk buku lain, seperti Islamku Islam Anda Islam Kita, Demokrasi Seolah-olah, Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser, Gus Dur dan Sepakbola, dan lain-lain. Hal ini menandakan bahwa tema yang ditulis dalam buku ini sangat random, acak, bermacam-macam, apa saja fenomena yang menyangkut kehidupan sosial kita (terutama tentang Keislaman dan Keindonesiaan) tak luput dari analisa kritisnya.
Penyunting membagi empat bab (tema) dalam buku ini. Pertama, Agama dan Kekuasaan. Kedua, Kepemimpinan. Ketiga, Moral dan Spiritual. Keempat, Demi Palestina.
Dalam buku ini juga disertakan kapan pertama kali artikel yang ditulis oleh Gus Dur itu tayang. Jadi pembaca akan dihadapkan dalam sebuah konteks; pada tahun berapa, ada fenomena apa, dan bagaimana pendapat atau sikap Gus Dur atas peristiwa itu. Hal ini menarik supaya kita bisa memahami isi tulisan secara utuh. Lebih-lebih mendalami atas ihwal apa yang terjadi, kemudian mengambil inspirasi dari pemikiran Gus Dur.
Uniknya, di antara tema yang dibicarakan oleh Gus Dur adalah timeless, selalu relevan dengan situasi yang terjadi saat ini. Mungkin aktornya berbeda, namun peristiwa yang terjadi mirip, serupa.
Di antaranya, Gus Dur menulis Negara Islam, Adakah Konsepnya?. Tulisan berisi dialektika tentang Kepemimpinan dalam Islam. Bahwa sampai hari ini masih ada kelompok atau individu yang bersemangat ingin mendirikan negara Islam. Gus Dur berkesimpulan kalau dalam sejarah pergantian kepemimpinan sejak Rasulullah wafat tidak ada konsep yang baku atau kejelasan mengenai bentuk pemerintahan/negara.
Tentang konflik Palestina-Israel, 23 tahun silam, Gus Dur menulis beberapa alternatif sebagai upaya perdamaian abadi antara kedua pihak yang belum terselesaikan hingga hari ini. Konteks saat itu, Yasser Arafat (Palestina) dan Ariel Sharon (Israel), keduanya sama-sama berkontribusi pada kegagalan perdamaian.
Yasser Arafat yang tidak tegas menertibkan kelompok ekstremis Palestina dan Ariel Sharon yang menggunakan kekerasan berlebihan kepada warga Palestina. Menurut Gus Dur, hal ini terjadi karena krisis kepercayaan. Sebab itu, butuh kepemimpinan baru yang saling percaya (mutual trust) agar perdamaian tidak hanya sebatas wacana. Ketika inisiatif itu tidak terwujud, maka konflik antara keduanya tidak akan kunjung usai. Tidak hanya itu, Gus Dur juga mengingatkan bahaya hegemoni dari Amerika, sebagai kekuatan besar yang memaksa penyelesaian dengan menggunakan kekerasan.
Sebagian besar muara pada tulisan-tulisan yang ada di dalam buku ini adalah tentang demokrasi dan kepemimpinan. Pembaca akan disuguhkan jawaban-jawaban Gus Dur atas kegelisahan rakyat selama ini.