1A Kumpulan Tulisan
Dalam Pelita Hati
Judul
Dalam Pelita Hati
Penulis
Nurcholish Madjid, Abdul Gafur, Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Drs. Adi Badjuri
Penerbit
Pustaka Kartini, Jakarta, Mei 1989 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

KATA PENGANTAR

 

NURCHOLISH MADJID

 

I. AKHLAK DAN IMAN

  • Nabi Musa bertemu seorang guru misterius
  • Hakikat Hati Nurani
  • Peringatan kepada para pengikut
  • Iman dan Harapan
  • Iman dan rasa aman
  • Beberapa kepribadian kaum beriman
  • Musa lawan Fir’aun: Tauhid lawan Syirik
  • Nabi Muhammad yang manusiawi
  • Nabi Isa dari keluarga Imran
  • Akhlak dan kemajuan bangsa
  • Taat karena benar
  • Amal saleh dan kemajuan bangsa
  • Kaum beriman sebagai golongan penengah
  • Berpikir dan beriman
  • Orientasi Prestasi, bukan Prestise
  • Sektarianisme sebagai suatu bentuk kemusyrikan
  • Islam, agama manusia sepanjang masa

 

II. ΜΑΚΝA HARI RAYA KURBAN

  • Ibrahim yang “Hanif”

 

III. FILSAFAT DAN KETUHANAN

  • Tak ada jalan lari dari Tuhan
  • Ketuhanan dan perikemanusiaan
  • Istiqamah di zaman modern
  • Makna hijrah
  • Filsafat Insya Allah
  • Berfikir positif tentang Tuhan
  • Filsafat musyawarah

 

Dr. ABDUL GAFUR

 

I. SOSOK DAN TOKOH

  • Bung Karno
  • Sri Sultan
  • Profesor Subroto
  • Bas
  • Sri Edi Swasono
  • Logika Izaac
  • Nico jangan menangis
  • Abdul Gaffar
  • Yusuf
  • Rusdhi

 

II. NILAI BUDAYA DAN SOSIAL

  • Mikul Dhuwur
  • Diam
  • Perbuatan
  • Mantan
  • Nama
  • Profesi Ibu
  • Fanatik
  • Mengekang nafsu
  • Mandiri
  • Prestasi
  • Pemulung (I)
  • Pemulung (II)
  • Cinta Bahasa
  • Ngak Ngik Ngok
  • Bingung
  • Penyakit
  • Bulan bahasa

 

III. SOSIAL POLITIK DAN KEMASYARAKATAN

  • Indonesiaku
  • Amerika
  • Jepang
  • Pemimpin
  • Manager
  • Diktator
  • 10 Januari
  • Angkatan
  • Golkar
  • PPP dan PDI
  • Karbitan
  • Loyalitas
  • Sinisme
  • Peringatan
  • Pers Bebas
  • Kedungombo
  • HIMPI
  • SPS

 

ABDURRAHMAN WAHID

 

I. REAKTUALISASI

 

II. JALAN PIKIRAN ORANG-ORANG TASAWUF

 

III. AGAMA DAN KEPERCAYAAN

 

IV. AGAMA DAN KEMASYARAKATAN

Sinopsis

Buku ini adalah kumpulan tulisan dari tiga tokoh: Gus Dur, Nurcholish Madjid, dan Abdul Gafur, yang sebelumnya pernah tayang di Harian Umum Pelita. Ketiganya secara tekun mengisi rubrik Pelita Hati setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at sejak tanggal 23 Mei 1988 sampai dengan tanggal 17 Maret 1989. Atas saran dari pembacanya, rubrik Pelita Hati yang berupa gagasan menyejukkan ini supaya dibukukan.

 

Ketiganya memiliki latar belakang yang berbeda, Nurcholish Madjid (Cak Nur) dikenal sebagai tokoh di bidang filsafat Islam dan menulis banyak hal tentang pembaharuan. Tulisan-tulisan Cak Nur dibagi ke dalam tiga tema: Akhlak dan Iman, Makna Hari Raya Kurban, Filsafat dan Ketuhanan.

 

Abdul Gafur, dokter lulusan Universitas Indonesia ini menulis catatan-catatan singkat yang diamatinya dari beragam fenomena yang terjadi di tanah air. Judul yang dibuatnya pun pendek-pendek, satu kata: Diam, Perbuatan, Nama, Fanatik, Pemimpin, dan seterusnya. Tulisan-tulisannya dibagi ke dalam tiga tema: Sosok dan Tokoh, Nilai Budaya dan Sosial, Sosial Politik dan Kemasyarakatan.

 

Sementara tulisan Gus Dur dalam buku ini dibagi ke dalam empat tema: Reaktualisasi, Jalan Pikiran Orang-Orang Tasawuf, Agama dan Kepercayaan, Agama dan Kemasyarakatan. Tulisannya relatif pendek, berisi renungan reflektif dari perspektif unik Gus Dur yang menyangkut masalah sosial. Seperti biasa, pembaca diajak kembali merenungkan beberapa peristiwa dengan pertanyaan-pertanyaan provokatifnya, sesuai gaya tutur khas Gus Dur. Mengalir dan renyah dibaca.

 

Ada 31 artikel yang ditulis oleh Gus Dur. Semua tulisan tersebut, di tahun 2024 diterbitkan ulang oleh Penerbit Gading, dengan judul Santri Tanpa Shalat. Terbit kembali setelah 35 tahun dari buku pertama ini memberi pesan bahwa esai-esai Gus Dur masih relevan dan menarik untuk dibaca ulang walaupun beberapa konteks tulisannya sudah usang.

 

Jika diperas, beberapa artikelnya itu, Gus Dur memberikan pesan antara lain untuk selalu berpijak pada nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Yakni, bila dalam hubungan sosial, kita harus bisa bersikap dinamis, lentur dalam cara, seperti yang tertuang dalam tulisan Konsep, di mana kita harus mampu mementingkan dialog atau musyawarah tanpa menghakimi orang lain.

 

Sementara untuk sikap pada diri sendiri, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip. Terutama dalam hal memahami akan hakikat keberadaan dan tujuan kita hidup di dunia ini. Gus Dur mengingatkan, dalam sejarah, ketika manusia gagal mengenal hakikat dirinya, maka yang dilakukannya adalah peperangan dan pengrusakan. Sebab itu, tidak mudah menjadi seorang yang beragama yang benar-benar memahami hakikat dari ajaran agama.

 

Teguh pada prinsip dan lentur dalam cara adalah laku hidup Gus Dur ketika hidup bermasyarakat. Baik saat Gus Dur punya jabatan atau sebagai rakyat biasa.