Judul |
---|
Membangun Demokrasi |
Editor (Penyunting) |
Zaini Shofari, Al-Raef, Andri Taufik H |
Penerbit |
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, April 2000 (cetakan ke-2) |
Kategori |
Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur, Kumpulan Tulisan GD |
Arsip Tahun |
2000 |
Judul Tulisan
PERSINGGUNGAN ANTARA AGAMA DAN NEGARA
- A. Wahid Hasyim, NU dan Islam
- Terserah Suara Rakyat
- Menghindari Negara Berasumsi Agama
- Agama: Antara Keyakinan dan Kelembagaan
- Islam Menang dalam Keadaan Apapun
- Agama dan Demokratisasi
- Karya
- Antara Asas Islam dan Asas Pancasila
- Strategi Perjuangan Umat Islam
- Fundamentalisme
- Pertempuran Tiga Kecenderungan di Mesir
- Islam di Asia Tenggara
KEBEBASAN DAN TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA
- Toleransi dan Batasnya
- Hanya Mengambil Hikmah
- Dari Merinding Sampai Kata “Awas!”
- Kekejian
- Tidak Perlu Diatur Pemerintah
- Demokrasi
- Demokrasi, Keadilan dan Keterwakilan
- Kasus Theo Syafe’i
DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA
- Upaya Membentuk Solidaritas Sosial
- Pilih Tegang atau Santai-Santai Saja
- Kasus Ambon
- Mereka Ingin Bebas
PEMILU DAN PROSES DEMOKRATISASI
MENUJU INDONESIA BARU
- Kecendekiawanan dan Kekuasaan
- Rekonsiliasi
- Pertemuan
- Mengapa Saya Ketemu Pak Harto
- Soal Rakyat Bukan Hanya Soal Negara
- Menuju Indonesia Baru
Sinopsis
Langkah-langkah Gus Dur kerap tak konsisten dan sulit dipahami; membingungkan! Gagasannya untuk menjalin hubungan dengan Israel, merupakan contoh paling gres. Juga masih segar dalam ingatan kita ketika ia melontarkan beberapa inisial yang diduganya terlibat dalam beberapa kerusuhan. Ada yang menduga, itulah sifat dasar Gus Dur. Yang menarik walau sudah bikin repot, Gus Dur aman-aman saja, aparat seolah tak bernyali. Seorang pejabat bahkan menyebutnya sebagai manusia tak pernah salah. Sampai ada ungkapan sinis: “kalau nggak nyleneh ya bukan Gus Dur namanya”. Keberaniannya menentang arus tidak menyebabkan dia ditinggalkan pengikutnya. Bahkan kini dia presiden kita: Apakah dengan demikian kita menyukai sikap nyleneh, tidak konsisten, dan sulit dipahami?
“Sikap Gus Dur tak sulit dipahami. Dia semata-mata ingin menjaga keselamatan bangsa dan negara. la sangar concern terhadap soal itu. Besarnya perhatian Gus Dur pada bangsa terlihat ketika ia mendukung Pancasila sebagai asas tunggal. Dia melihat bangsa ini beragam. Karena itu, Pancasila sangat diharapkan sebagai alat pemersatu. Meski Gus Dur tokoh agama, ia sama sekali tak mau membuat negara ini berdasarkan agama tertentu.”
(Dr. Said Aqil Siradj, Khatib Syuriah PBNU)
“… sebagai sebuah terobosan pemikiran alternatif, saya menyam- paikan salut kepada Gus Dur. Bagi saya, kontribusi Gus Dur yang terpenting terletak pada kekuatan dan keberanian Gus Dur untuk menggugat wacana dominan yang berkembang di kalangan publik saat ini”
(Pratikno, Ph.D. Pengamat Politik)