Judul |
---|
Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman (Edisi Revisi) |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
Heru Prasetia, dkk |
Penerbit |
Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid, Jakarta, Desember 2024 (cetakan ke-2) |
Kategori |
1A Kumpulan Tulisan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2024 |
Judul Tulisan
Pengantar
- Berdemokrasi dengan Saling Mengerti dan Memiliki
Daftar Isi
Beragama Toleran
- Toleransi dan Batasnya
- Lain Jaman, Lain Pendekatan
- Lebaran tanpa Takbiran
- “Islam Kaset” dan Kebisingannya
- Tuhan Tidak Perlu Dibela
- Salahkah Jika Dipribumikan?
- Damai dalam Pertentangan
- Perjalanan Romo yang Bijak
- Pelacur dan Anjing, Kiai dan Burung
- Yang Sama dan yang Benar
- Kiai Khasbullah dan Musuhnya
- Bersumber dari Pendangkalan
- Mengerti Beda dari Mengetahui
- Kita dan Hak-hak Konstitusional
- Tidak Perlu Diatur Pemerintah
- Islam, Pluralisme, dan Demokratisasi
Dialog Lintas Iman
- Dialog Agama dan Masalah Pendangkalan Agama
- Hubungan Antar-agama: Dimensi Internal dan Eksternalnya Indonesia
- Fatwa Natal, Ujung dan Pangkal
- Islam dan Hubungan Antar-umat Beragama di Indonesia
- Dialog Iman dan Kebudayaan dalam Pandangan Islam
- Kita dan Perdamaian
- Berbeda Cara, Berlainan Biaya
- Gereja Awam, Gerejanya Rakyat
- Memahami Pengertian Orang Lain
- Dialog Model Berjualan Kecap
- Pembentukan Sebuah Forum di Bangkok
- Peranan Para Pendahulu
Kebudayaan Inklusif
- Titik Tolak Demokrasi dan Sikap Menolak Kekerasan
- Agama, Nasionalisme, dan Demokrasi
- Sekali Lagi Ahmad Wahib
- Kerudung dan Kesadaran Beragama
- Tuhan Akrab dengan Mereka
- Sederhana, Syahdu
- Kwitang! Kwitang!
- Mencari Perspektif Baru dalam Penegakan Hak-Hak Asasi Manusia
- Intelektual di Tengah Eksklusivisme
- Agama dan Tantangan Kebudayaan
- Mereka Lalu Membuat Surau
- Baik Belum Tentu Bermanfaat
- Ketat, tetapi Longgar
- Kiai Iskandar dan Pak Damin
- Islam, Seni, dan Kehidupan Beragama
- Berbeda Tetapi Tidak Bertentangan
- Keadilan dan Rekonsiliasi
- Gandhi, Islam, dan Kekerasan
- Pertentangan Bukanlah Permusuhan
- Lain Dahulu Lain Sekarang
- Mencari Arti Rekonsiliasi
Tentang Penulis
Sinopsis
Tidak hanya sekadar covernya saja yang direvisi, namun ada 19 tulisan yang dipangkas dari edisi sebelumnya. Hal ini atas masukan atau kritik dari pembaca, baik teknis maupun substansi. Edisi revisi ini tujuannya supaya fokus pada pembahasan tema toleransi yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Sehingga dalam buku ini pembahasannya mengerucut pada tiga bab: Beragama Toleran, Dialog Lintas Iman, dan Kebudayaan Inklusif.
Tulisan-tulisan yang dipangkas itu antara lain: satu bab Melawan Terorisme (9 tulisan), dan 10 tulisan dengan judul: Semata-Mata dari Sudut Hukum Agama, Gerakan Islam dan Wawasan Kebangsaan, Perihal Gerakan Sempalan Islam, Bila Kiai Berdebat, Tokoh Kiai Syukri, Naipaul dan Islam yang Tidak Marah, Kehidupan Beragama: Kasus Kaum Muslimin Indonesia, Penafsiran Kembali Ajaran Agama: Dua Kasus dari Jombang, Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, Ulil dengan Liberalismenya.
Harapannya buku ini bisa menjadi pengantar dialog—karena menjadi bahan diskusi oleh komunitas GUSDURian—dan refleksi bagi pembaca dalam merawat kehidupan yang inklusif, damai.
Judul buku Tuhan Akrab dengan Mereka diambil dari tulisan Gus Dur yang dimuat di Majalah Tempo pada tahun 1983. Dalam tulisannya itu, Gus Dur membincang sajak doa, yang ditulis oleh anak-anak dan tayang di Majalah Zaman. Anak di bawah usia 15 tahun ternyata memiliki pendekatan unik dalam menyampaikan kegundahannya kepada Tuhan mereka melalui sajak-sajak doa.
Kepolosan mereka dalam berbahasa justru menjadikannya akrab menyapa Tuhan yang ia hayati. Gus Dur memberikan apresiasi atas sajak-sajak itu. Para penyair cilik yang mampu berdialog, berbisik merayu Tuhannya, dengan aneka ragam pendekatan bahasa dan sudut pandang permintaan.
Keakraban Tuhan dengan makhluk-Nya menjadikan sosok-Nya yang Penyayang dan Pengasih bagi semua. Tanpa melihat latar belakang suku, agama, kelompok, dan keyakinan.
Gus Dur menyatakan bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Dan yang diperlukannya adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain. Hal itu terurai pada tulisan di bab Dialog Lintas Iman: Islam dan Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia.
Dengan ‘mengerti’ bahwa perbedaan adalah niscaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka dengan begitu kekayaan akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan kearifan tradisi, mesti dirawat bersama.
Dengan ‘memiliki’, kita akan menjadi pelindung buat semua warga yang ada di sekitar kita. Terutama umat Islam sebagai mayoritas yang harus bisa mengayomi dan memberi rasa aman buat semua. Jika demikian, kita akan menjadi bangsa yang kokoh dan maju, tanpa memberi ancaman dan teror kepada siapa pun.
Sebagai wujud keakraban dengan Tuhan adalah mengakrabi ciptaannya. Memahami harkat kemanusiaan. Sebagai warga Indonesia, saling mengerti, memiliki, dan mengakrabi itulah yang akan menjadikan kita sebagai bangsa toleran. Mampu mengembangkan budaya dialog dan menjauhi paham ekstrem atau eksklusivisme.
Buku ini menjadi semacam tools bagi pegiat atau aktivis di bidang isu toleransi dan keberagaman. Pertama, untuk memberikan pemahaman apa itu toleran dan kenapa kita harus bertoleransi, yakni bisa mengambil inspirasi dari tulisan-tulisan Gus Dur. Kedua, Gerakan-gerakan apa saja yang dilakukan oleh Gus Dur dalam isu perdamaian, terutama dalam hal dialog lintas iman.