Kembali ke 1A Kumpulan Tulisan

Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman (Edisi Revisi)

1A Kumpulan Tulisan
Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman (Edisi Revisi)
Judul
Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman (Edisi Revisi)
Penulis
Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Heru Prasetia, dkk
Penerbit
Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid, Jakarta, Desember 2024 (cetakan ke-2)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar

  • Berdemokrasi dengan Saling Mengerti dan Memiliki

Daftar Isi

 

Beragama Toleran

 

Dialog Lintas Iman

 

Kebudayaan Inklusif

 

Tentang Penulis

Sinopsis

Tidak hanya sekadar covernya saja yang direvisi, namun ada 19 tulisan yang dipangkas dari edisi sebelumnya. Hal ini atas masukan atau kritik dari pembaca, baik teknis maupun substansi. Edisi revisi ini tujuannya supaya fokus pada pembahasan tema toleransi yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Sehingga dalam buku ini pembahasannya mengerucut pada tiga bab: Beragama Toleran, Dialog Lintas Iman, dan Kebudayaan Inklusif.

 

Tulisan-tulisan yang dipangkas itu antara lain: satu bab Melawan Terorisme (9 tulisan), dan 10 tulisan dengan judul: Semata-Mata dari Sudut Hukum Agama, Gerakan Islam dan Wawasan Kebangsaan, Perihal Gerakan Sempalan Islam, Bila Kiai Berdebat, Tokoh Kiai Syukri, Naipaul dan Islam yang Tidak Marah, Kehidupan Beragama: Kasus Kaum Muslimin Indonesia, Penafsiran Kembali Ajaran Agama: Dua Kasus dari Jombang, Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, Ulil dengan Liberalismenya.

 

Harapannya buku ini bisa menjadi pengantar dialog—karena menjadi bahan diskusi oleh komunitas GUSDURian—dan refleksi bagi pembaca dalam merawat kehidupan yang inklusif, damai.

 

Judul buku Tuhan Akrab dengan Mereka diambil dari tulisan Gus Dur yang dimuat di Majalah Tempo pada tahun 1983. Dalam tulisannya itu, Gus Dur membincang sajak doa, yang ditulis oleh anak-anak dan tayang di Majalah Zaman. Anak di bawah usia 15 tahun ternyata memiliki pendekatan unik dalam menyampaikan kegundahannya kepada Tuhan mereka melalui sajak-sajak doa.

 

Kepolosan mereka dalam berbahasa justru menjadikannya akrab menyapa Tuhan yang ia hayati. Gus Dur memberikan apresiasi atas sajak-sajak itu. Para penyair cilik yang mampu berdialog, berbisik merayu Tuhannya, dengan aneka ragam pendekatan bahasa dan sudut pandang permintaan.

 

Keakraban Tuhan dengan makhluk-Nya menjadikan sosok-Nya yang Penyayang dan Pengasih bagi semua. Tanpa melihat latar belakang suku, agama, kelompok, dan keyakinan.

 

Gus Dur menyatakan bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Dan yang diperlukannya adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain. Hal itu terurai pada tulisan di bab Dialog Lintas Iman: Islam dan Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia.

 

Dengan ‘mengerti’ bahwa perbedaan adalah niscaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka dengan begitu kekayaan akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan kearifan tradisi, mesti dirawat bersama.

 

Dengan ‘memiliki’, kita akan menjadi pelindung buat semua warga yang ada di sekitar kita. Terutama umat Islam sebagai mayoritas yang harus bisa mengayomi dan memberi rasa aman buat semua. Jika demikian, kita akan menjadi bangsa yang kokoh dan maju, tanpa memberi ancaman dan teror kepada siapa pun.

 

Sebagai wujud keakraban dengan Tuhan adalah mengakrabi ciptaannya. Memahami harkat kemanusiaan. Sebagai warga Indonesia, saling mengerti, memiliki, dan mengakrabi itulah yang akan menjadikan kita sebagai bangsa toleran. Mampu mengembangkan budaya dialog dan menjauhi paham ekstrem atau eksklusivisme.

 

Buku ini menjadi semacam tools bagi pegiat atau aktivis di bidang isu toleransi dan keberagaman. Pertama, untuk memberikan pemahaman apa itu toleran dan kenapa kita harus bertoleransi, yakni bisa mengambil inspirasi dari tulisan-tulisan Gus Dur. Kedua, Gerakan-gerakan apa saja yang dilakukan oleh Gus Dur dalam isu perdamaian, terutama dalam hal dialog lintas iman.