Kembali ke 1A Kumpulan Tulisan

Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman

1A Kumpulan Tulisan
Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman
Judul
Tuhan Akrab dengan Mereka – Kumpulan Tulisan Gus Dur Tentang Toleransi & Keberagaman
Penulis
Abdurrahman Wahid
Editor (Penyunting)
Heru Prasetia, dkk
Penerbit
Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid, Jakarta, April 2024 (cetakan ke-1)
Kategori
, ,
Arsip Tahun

Judul Tulisan

Pengantar:
Berdemokrasi dengan Saling Mengerti dan Memiliki

 

Daftar Isi:

Beragama Toleran

 

Dialog Lintas Iman

 

Kebudayaan Inklusif

 

Malawan Terorisme

 

Tentang Penulis

Sinopsis

Ada 68 tulisan Gus Dur yang bertemakan toleransi dan keberagaman dalam buku ini. Jumlah itu lebih banyak dibanding tema politik dan demokrasi (dalam buku Demokrasi Seolah-olah), yang sama-sama diterbitkan oleh Yayasan Bani Abdurrahman Wahid. Dalam isu demokrasi, penyusun hanya berhasil mengumpulan separuhnya saja. Hal ini menandakan bahwa Gus Dur mempunyai perhatian ‘lebih’ pada isu toleransi.

 

Judul buku Tuhan Akrab dengan Mereka diambil dari tulisan Gus Dur yang dimuat di Majalah Tempo pada tahun 1983. Dalam tulisannya itu, Gus Dur membincang sajak doa, yang ditulis oleh anak-anak dan tayang di Majalah Zaman. Anak di bawah usia 15 tahun ternyata memiliki pendekatan unik dalam menyampaikan kegundahannya akan Tuhan mereka melalui sajak-sajak doa.

 

Kepolosan mereka dalam berbahasa justru menjadikannya akrab menyapa Tuhan yang ia hayati. Gus Dur memberikan apresiasi atas sajak-sajak itu. Para penyair cilik yang mampu berdialog, berbisik merayu Tuhannya, dengan aneka ragam pendekatan bahasa dan sudut pandang permintaan.

 

Keakraban Tuhan dengan makhluk-Nya menjadikan sosok-Nya yang Penyayang dan Pengasih bagi semua. Tanpa melihat latar belakang suku, agama, kelompok, dan keyakinan.

 

Puluhan tulisan Gus Dur pada buku ini dibagi ke dalam empat bab. Pertama, Beragama Toleran. Kedua, Dialog Lintas Iman. Ketiga, Kebudayaan Inklusif. Keempat, Melawan Terorisme. Jika dibahasakan ulang, keempat bab itu menyatakan bahwa menjadi toleran tidak cukup sekadar saling hormat dan tenggang rasa. Namun juga ikut serta mengerti dan memiliki.

 

Gus Dur menyatakan bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Dan yang diperlukannya adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain.

 

Hal itu terurai pada tulisan di bab Dialog Lintas Iman: Islam dan Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia.

 

Dengan mengerti bahwa perbedaan adalah niscaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka dengan begitu kekayaan akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan kearifan tradisi, harus dirawat bersama.

 

Dengan memiliki, kita akan menjadi pelindung buat semua warga yang ada di sekitar kita. Terutama umat Islam sebagai mayoritas yang harus bisa mengayomi dan memberi rasa aman buat semua. Jika demikian, kita akan menjadi bangsa yang kokoh dan maju, tanpa memberi ancaman dan teror kepada siapa pun.

 

Sebagai wujud keakraban dengan Tuhan adalah mengakrabi ciptaannya. Memahami harkat kemanusiaan. Sebagai warga Indonesia, saling mengerti, memiliki, dan mengakrabi itulah yang akan menjadikan kita sebagai bangsa toleran. Mampu mengembangkan budaya dialog dan menjauhi paham ekstrem atau eksklusivisme.

 

Buku ini menjadi semacam tools bagi pegiat atau aktivis di bidang isu toleransi dan keberagaman. Pertama, untuk memberikan pemahaman apa itu toleran dan kenapa kita harus bertoleransi, yakni bisa mengambil inspirasi dari tulisan-tulisan Gus Dur. Kedua, Gerakan-gerakan apa saja yang dilakukan oleh Gus Dur dalam isu perdamaian, terutama dalam hal dialog lintas iman.

 

Walaupun tidak seperti halnya buku panduan, dalam setiap tulisan-tulisannya bisa kita pungut satu persatu, nilai-nilai apa saja yang bisa kita tanamkan dalam kehidupan kita.