Judul |
---|
Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser |
Penulis |
Abdurrahman Wahid |
Editor (Penyunting) |
M. Imam Aziz |
Penerbit |
LKiS Yogyakarta, September 2002 (cetakan ke-1) |
Kategori |
1A Kumpulan Tulisan, Judul Buku, Karya Tulis Gus Dur |
Arsip Tahun |
2002 |
Judul Tulisan
Bagian I. Membaca Sejarah Lama
- Membaca Sejarah Lama (1)
- Membaca Sejarah Lama (2)
- Membaca Sejarah Lama (3)
- Membaca Sejarah Lama (4)
- Membaca Sejarah Lama (5)
- Membaca Sejarah Lama (6)
- Membaca Sejarah Lama (7)
- Membaca Sejarah Lama (8)
- Membaca Sejarah Lama (9)
- Membaca Sejarah Lama (10)
- Membaca Sejarah Lama (11)
- Membaca Sejarah Lama (12)
- Membaca Sejarah Lama (13)
- Membaca Sejarah Lama (14)
- Membaca Sejarah Lama (15)
- Membaca Sejarah Lama (16)
- Membaca Sejarah Lama (17)
- Membaca Sejarah Lama (18)
- Membaca Sejarah Lama (19)
- Membaca Sejarah Lama (20)
- Membaca Sejarah Lama (21)
- Membaca Sejarah Lama (22)
- Membaca Sejarah Lama (23)
- Membaca Sejarah Lama (24)
- Membaca Sejarah Lama (25)
Bagian II. NU dan PKB
- Gila NU, NU Gila
- Dominasi Kiai dalam NU
- NU dan PKB
- NU: Modernisasi Tumbuh dari Tradisionalisme
- NU: Jam’iyah dan Jama’ah
- Ulama dan Demokratisasi di Indonesia
- NU: Pergulatan Kultur Melawan Institusi
- PKB = NU Plus
- Muhammadiyah-NU: Perbedaankah atau Perpecahan?
Bagian III. Lain-lain
- Culture of Peace: Sebuah Pendekatan Islam
- Romo, Kiai, dan Serdadu
- Mencintai yang Kecil, Bukan Membenci yang Besar
- Tegas, Tapi Tidak Keras
- Sistem Budaya Daerah Kita dan Modernisasi
- Dasarnya Ambruk, Memerlukan Penataan Kembali
- Penghentian Perang Berada di Ambang Pintu
- Solidaritas Kita Sebagai Bangsa
- Cerita Sebuah Konperensi
- 2002: Tahun Harapan
- Nasionalisme, Tasawwuf, dan Demokratisasi
- Elitisme, Populisme, dan Profesionalisme Kerakyatan
- Ekonomi, Kejujuran, dan Keterbukaan
- Pertemuan Tak Terduga di Bali
- Dasar-Dasar Ekonomi Rakyat
- Demokratisasi dan Terorisme Internasional
- TNI-POLRI, Intelektual, dan Politisi Harus Bersikap
- Paham Konghuchu dan Agama
- Anatomi Sebuah Ajakan
- Akhirnya Toh Mendukung Pansus
- Pelajaran Berharga dari Argentina
- Demokratisasi dalam Pengertian Kita
- Islam: Perjuangan Etis ataukah Ideologis?
- Islam: Antara Birokrasi dan Pasar Bebas
Sinopsis
Gus Dur dikenal sebagai penulis produktif. Sejak keputusan politis parlemen melalui Sidang Istimewa MPR (23 Juli 2001)—yang melengserkannya dari kursi kepresidenan, Gus Dur kembali kepada kebiasaan lamanya, menulis.
Total ada 58 tulisan yang terkumpul dalam buku ini, dari tahun 2001 hingga 2002. Tercatat, tulisannya itu tersebar di berbagai media; seperti Harian Kompas, Suara Pembaruan, New York Times, Kedaulatan Rakyat, hingga media yang tak terlacak.
Buku ini terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama, berisi tulisan Gus Dur tentang sejarah masa lalu. 25 kolom sejarah lama itu dibukukan tersendiri oleh penerbit LKiS dalam buku Membaca Sejarah Nusantara. Kedua, tentang NU dan PKB. Ketiga, tema-tema umum, seperti ekonomi kerakyatan, demokrasi, agama dan budaya.
Dari semua tema yang diulas, Gus Dur selalu menunjukkan keteguhannya terhadap prinsip-prinsip yang diyakininya, tentang penegakan hukum, keberpihakan pada rakyat, menghargai perbedaan, kejujuran dan keterbukaan, menjaga solidaritas bangsa, dan sebagainya. Lengsernya Gus Dur dari kursi RI1 justru makin leluasa ia mengkritik kesewenang-wenangan penguasa.
Termasuk tulisan pertamanya, pasca lengser, pada 16 September 2001. Gus Dur menyoroti aksi teroris yang menabrakkan pesawat di Gedung WTC New York dan Pentagon yang kemudian dikenal dengan 9/11. Dalam tulisan yang diberi judul Demokratisasi dan Terorisme Internasional, Gus Dur mengungkap bahwa perilaku teroris sebagai bentuk kebiadaban, tak berperikemanusiaan, karena menghilangkan ribuan nyawa.
Namun Gus Dur juga mengingatkan standar ganda yang dilakukan oleh Amerika. Amerika di satu sisi mengampanyekan anti terorisme internasional, namun di sisi lain, Amerika menjadi negara pelanggar Undang-Undang Dasar, atau membiarkan pelanggaran HAM yang terjadi di negara lain. Seperti sikap diamnya terhadap genosida di Rwanda-Burundi, dan negara Afrika lainnya.
Gus Dur menyebut gejala ini sebagai hiprokrisi global. Tidak hanya terjadi di Amerika, namun juga orang-orang di sekitar kita, terutama politisi-politisi kita yang melanggar konstitusi, melengserkannya.
Tulisan-tulisan di buku ini relatif pendek, namun penuh pesan yang mendalam, karena berisi pengalaman-pengalaman yang dialami oleh Gus Dur secara langsung. Perjumpaannya dengan berbagai kelompok, dari sebelum dan ketika menjabat sebagai presiden, telah ditumpahkan ke dalam buku ini.
Contoh tulisan Gila NU, NU Gila. Berisi perjumpaan Gus Dur dengan orang-orang NU yang rasional, seperti dokter Fahmi Dja’far Syaifuddin, dan orang NU yang spiritual, seperti Habib Hamid Sukareja Purwokerto. Gus Dur menceritakan obituari keduanya, bahwa beliau berdua mempunyai caranya masing-masing dalam mencintai NU.
Delapan tulisan pada bagian kedua, tentang NU dan PKB, lebih sentimental. Secara Gus Dur menahkodai NU selama 15 tahun, banyak tantangan yang dihadapi, terutama tindakan represif Orde Baru. Sementara PKB, sayap politik warga NU itu menjadi pintu politik formal Gus Dur, yang mengantarkannya menjadi presiden. Banyak hal yang dibicarakan Gus Dur pada bab ini, diantaranya modernisasi dan tradisionalisme, jam’iyyah dan jama’ah, kiai NU, dan demokratisasi di Indonesia.
Dari dua organisasi itu, Gus Dur telah mewariskan nilai-nilai atau pandangan hidup yang harus diambil oleh para pimpinan organisasi. Ketika lengser, akan terasa jejak peninggalannya (legacy).