Kalau Salah, Saya Minta Maaf (Wawancara)

Sumber Foto: https://jabar.nu.or.id/sejarah/foto-bersejarah-gus-dur-dan-kh-ali-yafie-di-pondok-pesantren-sukamiskin-5yJAV

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Kericuhan NU usai sudah. Apa pendapat ketua PBNU, Abdurrahman Wahid mengenai konflik Intern NU selama ini. Inilah percakapannya dengan wartawan EDITOR, Masduki Baidlawi:

Penilaian Anda terhadap kualitas Rais Aam baru…

Itu tak perlu diragukan lagi. Ukuran kualitas Syuriyah itu, kalau saya, gampang saja Ulama yang memiliki pengetahuan agama yang dalam. Memiliki orientasi ke masa depan, dalam pengambilan hukum fiqh Kemudian akhlaknya itu tidak cacat. Artinya, bersih dan pandai meladeni semua pihak. Kiai Sahal dengan kiai Ruchiyat itu sangat cocok sekali.

Anda kan sering nyleneh. Bisakah Anda bekerja sama dengan mereka?

Persoalannya bukan bisa atau tidak bisa. Tapi, punya husnuzdzon (perasangka baik) atau tidak. Di situ letak soalnya. Taruhlah saya bikin gerakan terobosan, lalu nanti gerakan saya itu dikoreksi, buat saya tak ada masalah kok. Contoh, soal assalamu’alaikum itu. Karena membikin keresahan masyarakat, Kiai Ali Maksum panggil saya. Saya dikoreksi, saya terima kok. Tak ada masalah. Kalau salah, saya minta maaf.

Yang terjadi selama ini?

Kalau saja terjadi dialog seperti ini, sebetulnya tak ada masalah. Apakah itu kasus SDSB atau yang lain Prinsipnya, saya bisa dikoreksı Asal ada dialog. Kalau perlu, dialognya itu dengan intensitas yang sangat tinggi. Nah, kalau memang setelah sampai di situ saya harus mengubah, ya saya ubah.

Jadi, kalau begitu apa soal Anda dengan DIALOG: Abdurrahman Kiai Ali Yafie?

Lho, kalau dari pihak saya sih, nggak ada masalah. Beliau itu yang mempunyai persoalan dengan saya. Beliau itu sepertinya melihat saya begini . . . melihat saya begitu . . . lalu merasa tak bisa ngatasi dan semacamnya. Lalu berkesimpulan Syuriyah itu wujuduhu ka adamihi dan sebagainya. Itu semua kan cuma omong kosong. Misalnya, coba kita lihat keluhan terakhir beliau mengenai Forum Demokrasi dan rencana apel akbar. Padahal, FD itu urusan pribadi saya. Tak ada kaitannya dengan NU dan sama sekali tak merugikan NU. Saya sendiri sudah bilang, pada analisa terakhir kalau saya harus memilih antara NU dan Forum Demokrasi, akan saya lihat dulu. Kalau kerugian saya dari NU tidak akan mematikan NU, saya akan pilih di Forum Demokrasi. Artinya, tidak akan NU itu tercemar atau dirugikan karena FD Kecuali, di mata mereka yang pada dasarnya benci.

Siapa?

Ya, banyaklah Ada yang di dalam NU juga di luar NU. Ya, termasuk Pak Yusuf Hasyim yang tak setuju FD. Kenapa Kiai Ali Yafie kok hanya memakai pendapat mereka. Kenapa tak memakai pendapat yang lebih luas. Dalam NU, ada Pak Munasir dan lain-lain.

Soal apel akbar?

Beliau juga tak setuju. Saya itu lapor pada PBNU. Warga NU itu ingin mengadakan apel akbar. Saya sendiri yang akan mimpin. Tidak atas nama PBNU.

Kalau begitu Anda kan ambil enaknya sendiri. Punya target sendiri?

Saya tak mau melibatkan PBNU itu, bukan karena apa apa. Karena, kalau itu ditolak oleh pihak pemerintah, jangan sampai NU ditolak permohonannya. Seandainya nanti, mendekati pelaksanaan, PBNU minta dijadikan proyeknya, saya akan serahkan.

Banyak yang curiga, Gus Dur ini mau apa? Targetnya ke mana?

Nggak pakai target targetan Wong ini terus terang saja (kalau untuk saya lho ya) ini kita hanya antisipasi terhadap, katakanlah, meruncingnya situası menjelang Pemilu. Dalam artian perbedaan orsospol itu sangat besar. Sebab, pemilu kali ini kan pemilu istimewa. Pemilu mempersiapkan untuk kepemimpinan 1993 dan 1998 Di samping itu, saya memang ingin mengadakan suatu kegiatan di mana warga NU merasa memiliki terhadap proses politik negeri ini Kalau demikian, mereka akan lebih terdorong untuk memberikan suara Lebih kecil untuk dipengaruhi kelompok golput-golput itu. Begitu maksudnya.

Jadi, apa yang sebenarnya yang terjadi antara Anda dan Kiai Ali?

Dari pihak beliau sendiri. Yang nggak kuat itu pihak beliau. Memang, saya kan orangnya begini. Ambil terobosan-terobosan. Cara kerjanya, ya, begini abrak-abrakan. Tapi saya tak meninggalkan masalah pokok. Artinya, semua masalah pokok sayas serahkan keputusannya pada Syuriyah.

Kalau soal FD, itu kan bukan soal agama Juga tak ada kaitannya dengan NU. Lha, kalau umat NU disuruh bikin Isra Mi’raj boleh kenapa saya bikin FD tak boleh.

Bukan karena K.H. Ali Yafie banyak terlibat di MUI dan ICMI hingga Anda tak suka?

Ah, tak ada masalah. Saya tak peduli dengan itu. Pak Yusuf Hasyim juga ICMI, hampir semua Rois-Rois Syuriyah juga ada di ICMI. Saya nggak cocok dengan ICMI hanya karena sebagian oknum oknumnya. Bukan ICMI secara keseluruhan. Saya tak setuju dengan mereka yang menggunakan ICMI sebagai tempat untuk menyusun kekuatan. Nanti mereka kibarkan benderanya. Mereka yang dapat keuntungan, lalu yang tak mau ikut dimarahi. Nah, yang seperti ini yang saya tolak. Kalau lainnya, kayak Pak Azwar Anaz, Pak Emil Salim, Cak Nur segala macam itu tak ada problem.

Juga bukan karena isu luar Jawa?

Anda ini gimana Anda lihat sendiri. Orang Sunda yang jadi Pis Rois Aam Anda tahu nggak, saya dalam Muktamar Yogya, banyak sekali memasukkan calon pengurus terpilih seperti Kiai Makki orang Palembang, Kiai Ilyas orang Sunda Kiai Mukri orang Kalimantan, dan Kiai Ali Yafie sendiri. Siapa yang nyalonkan terlebih dahulu? Mustafa Zuhad dan saya yang nyuruh mendekati cabang cabang. Justru saya sangat memperhatikan perimbangan Jawa luar Jawa. Kita sudah lewat masa seperti itu.