Spanduk Tidak Akan Pernah Merubah Keadaan

Sumber Foto: https://beritajatim.com/sorotan/duka-tapol-sembilan-tiga/

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Bagaimana Anda menilai demonstrasi di DPR yang mengakibatkan penangkapan 21 aktivis?

Saya lebih mengatakan mereka terlalu sporadis, bukan anarkis. Sporadis artinya mereka melakukan segala sesuatunya tanpa terencana, lebih banyak bersifat spontan dan improvisatoris. Kalau anarkis kan sepertinya mereka sengaja untuk melakukan kerusuhan. Sedang mereka kan tidak?

Memang ada kecenderungan bahwa mereka tidak memiliki dasar-dasar yang strategis. Yang jelas mereka sepertinya tidak punya pegangan yang pasti. Memang kalau caranya memperjuangkan perubahan dengan cara yang kita sendiri tidak tahu, itu bisa merugikan kita semua.

Apa penilaian Anda terhadap mereka yang gelar spanduk menghina kepala negara?

Untuk apa sih membuat spanduk seperti itu? Spanduk tidak pernah merubah keadaan. Coba lihat, mana ada gara-gara spanduk terjadi perubahan. Kan tidak to? Dan jangan dibandingkan dengan aktivis tahun 1966. Ketika mereka menggelar spanduk untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Soekarno, sebenarnya MPRS waktu itu memang sudah merencanakan. Jadi mahasiswa hanya menjadi salah satu unsur dari sekian banyak unsur yang mengupayakan terjadinya perubahan.

Bagaimana Anda menilai isi spanduk?

Ya terserah pada masing-masing. Saya kira ini bukan soal kontekstual atau bukan. Tetapi untuk apa membuat spanduk yang seperti itu. Maunya apa. Kalau mereka mengaku kecolongan soal spanduk itu. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak disiplin, kan tidak mudah orang akan menunggangi, atau katakanlah menitipkan spanduk poster yang sudah jadi pada para demontran itu.

Menurut banyak orang banyak perbedaan antara aksi demo sekarang dengan 1960-an?

Ada perbedaan dalam banyak hal. baik konsep dan organisasi. Dulu, berawal dari kesamaan konsepsi, maka dibangunlah organisasi. Sehingga di tahun 66 ada strategi yang jelas, ada pemimpin yang memegang komando. Kalau sekarang siapa? Kemarin mereka demontrasi kan hanya dengan plot mau ke DPR itu saja, tidak ada pola dan strategi yang jelas. Daripada mereka nganggur karena terlambat pulang, lebih baik pergi bersama-sama protes ke DPR, begitu kan ceritanya. Masak menyuarakan demontrasi gara-gara terlambat pulang.

Apakah demontrasi tanpa strategi itu merugikan demokrasi?

Bagi saya, dinamika demokrasi itu ya tidak rapi. Jika tanpa engineering, ya seperti itulah yang terjadi. Demokrasi itu wajar jika berlangsung tidak rapi. Namanya saja demokrasi, tentu wajar jika tidak teratur dan rapi.

Apakah bisa dikatakan yang terjadi dalam demo di DPR itu wajar?

Ya, wajar juga tidak. Tapi ya alami, lah…!

Bagaimana Anda menilai pernyataan presiden di pesawat yang bernada keras?

Pernyataan itu seolah-olah menunjukkan bahwa memang di dalam kekuasaan sedang terjadi krisis, Krisis ini terjadi karena ada konsep yang satu sama lain saling berhadapan. Ada kekuatan yang menginginkan dipersonifikasikannya kepemimpinan, dalam hal ini kepada figur Pak Harto. Sementara itu ada pihak lain ingin melakukan institusionalisasi terhadap kekuasaan. Sementara ini belum ada pemihakan yang jelas terhadap dua arus itu, yang mengakibatkan terjadinya celah atau gap. Nah, pernyataan presiden mengisi celah itu.

Apa indikasi dari terjadinya krisis itu?

Salah satunya terlihat dari adanya kegagapan para pejabat untuk mengaplikasikan kebijakan-kebijakan. Terlihat misalnya pada peristiwa-peristiwa politik seperti Munas Golkar dan Kongres PDI, KLB PDI, juga pada Munas PDI yang akan berlangsung.

Pada sidang Tanwir Muhammadiyah kemarin, dari adanya usaha untuk membuat pernyataan tentang suksesi yang ujungnya untuk menonjolkan figur tertentu, gejala itu juga terlihat — walau akhirnya gagal. Dalam peristiwa-peristiwa itu terlihat ada krisis. Tapi memang sebenarnya keadaannya sangat kompleks dan tidak sederhana.