Kata Pengantar Buku: Islam dalam Cita dan Fakta
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
Judul buku yang berada di tangan ini dalam bahasa aslinya adalah Ideals and Realities of Islam. Terdapat kesulitan untuk mencari judul yang tidak menimbulkan salah kesan dalam bahasa kita. Alih bahasa secara harfiah ke dalam judul Cita dan Kenyataan Islam memberikan kesan adanya kesenjangan antara apa yang menjadi cita Islam dan kenyataannya dalam kehidupan. Padahal bukan itu yang dikehendaki penulisnya. Yang diingini adalah apa yang semula menjadi gambaran ideal Islam dan bagaimana ia kemudian berkembang dalam kenyataan sejarah yang panjang. Bukannya kesenjangan, melainkan persambungan (continuity) antara wahyu yang sudah berhenti dikeluarkan dan aplikasinya sepanjang dirumuskan oleh kaum muslimin. Yang diingini adalah gambaran saling melengkapi antara ajaran yang semula diterima Rasulullah dan perkembangan sejarah Islam yang semakin kompleks setelah itu.
Melalui berbagai pilihan, akhirnya kedua penterjemah buku ini menentukan pilihan dengan judul Islam Dalam Cita Dan Fakta. Walaupun kata fakta cenderung untuk dimengerti sebagai penggambaran kuantitatif dan sedikit sekali dipergunakan untuk memaparkan proses kesejarahan, apalagi menggambarkan situasi keagamaan, tetapi kesalahan penggunaannya di sini tidak membawa akibat fatal bagi pengertian yang dikehendaki pengarangnya. Paling jauh hanyalah salah anggapan buku ini akan memuat data-data kuantitatif, seperti buku informasi pariwisata saja! Hal itu dengan sendirinya akan terkoreksi setelah membaca beberapa halaman pertama.
Buku ini merupakan karya pengenalan (introductory work) yang menarik tentang Islam, bagi mereka yang belum pernah mendalaminya. Ia menyajikan masalah-masalah pokok yang menjadi perhatian Islam dan kaum muslimin sepanjang sejarahnya yang sudah berjalan empat belas abad. Ia menggambarkan pula jalan perkembangan sejarah Islam dalam garis besarnya. Tetapi lebih dari itu, ia menggambarkan dimensi-dimensi pemikiran (thought dimensions) kaum muslimin, dari masalah batas-batas pengaturan hidup bermasyarakat melalui lembaga hukum agama hingga kepada upacara pencarian ketenangan jiwa yang tidak kunjung selesai di antara para sufi muslimin. Perbedaan ajaran antara golongan yang berlainan di antara kaum muslimin diterangkan tidak dari sudut kesenjangan pandangannya, melainkan yang dikemukakan adalah fungsi komplementernya pula Walaupun diuraikan secara serba ringkas, namun gambaran yang bulat tentang Islam berhasil disajikan oleh penulisnya.
Bagi mereka yang sudah mendalami Islam, buku yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari lima bahasa ini merangsang pemikiran lebih jauh lagi tentang perkembangan agama terakhir yang diturunkan Allah Sang Pencipta Menghadapkan kehidupan kaum muslimin, terutama kehidupan kejiwaan mereka, kepada perkembangan dunia di luarnya dengan segala macam kemelut yang dihadapinya, merupakan hal yang menarik, karena dinamika yang muncul dari pertemuan pemikiran Islam dan kenyataan non-Islam itu akan membuka mata kita kepada kemungkinan-kemungkinan pengembangan cita Islam yang baru bagi masa depan.
Tidak berarti dengan semua hal yang diuraikan di atas buku ini telah terhindar dari kekurangan kekurangan mendasar Mungkin karya ini terlalu menekankan pada aspek-aspek kontemplatif dan terlalu mengidealisir tradisionalisme dalam Islam Mungkin pula ia terlalu menjauhi kebutuhan menghadapkan berbagai aspek perkembangan Islam satu kepada yang lain dalam bentuk konfrontatif, seperti antara fiqih dan tasawwuf, sehingga banyak pelajaran yang mungkin dapat diambil dari sebuah dinamika yang intens, luput dari pengamatan kita. Mungkin pula dapat ditunjuk kekurangan utama dari buku ini, yaitu sedikitnya disajikan informasi tangan pertama dan sumber-sumber ajaran yang bersifat langsung, sehingga sebagai akibat terasa banyaknya penyajian yang sifatnya merupakan penafsiran penulis sendiri. Tetapi kekurangan-kekurangan yang disebutkan di atas tidak mengurangi nilai tinggi dari buku ini sebagai sebuah karya pengantar bagi mereka yang ingin mengenal Islam secara bersungguh-sungguh.
Penulis buku ini adalah sedikit di antara ilmuwan muslim yang memiliki keahlian dalam kajian Islam, yang mampu menembus hambatan-hambatan ilmiah dan non-ilmiah untuk menggali Islam obyek pengkajian dengan cara yang obyektif dan jujur. Reputasinya sebagai guru besar tetap dan tamu di tiga benua selama dua dasawarsa, enam dan tujuhpuluhan ternyata sesuai dengan kedalaman pemikiran, ketajaman penglihatan dan kejujuran sikap ilmiah yang terkandung dalam buku ini. Sebagai ilmuwan yang sekarang hidup dalam status “setengah pengasingan” karena dahulu bersedia bekerja sama dengan bekas Shah Reza Pahlevi di Teheran dalam mendirikan dan kemudian memimpin sebuah institut pengkajian filsafat dan juga dengan menerima gelar kebangsawanan dari Sang Raja Diraja itu, ternyata Nasr tidak menurun reputasinya hanya karena kini ia harus meninggalkan Iran dan menetap di salah sebuah universitas Amerika Serikat. Selama sang ilmuwan tidak menjual pengetahuan yang dimilikinya untuk melenyapkan, mengaburkan atau menutupi kebenaran, selama itu pula integritas ilmiahnya tidak terganggu sama sekali. Selama ia berpegang pada obyektivitas metodologi yang diyakininya, selama itu pula ia tetap relevan bagi dunia pengetahuan yang dicintainya.
Sebagai buku pertama dari sekian banyak buku Nasr yang sepatutnya diterjemahkan ke dalam bahasa kita, buku ini diharapkan akan mendorong munculnya terjemahan karya-karya Nasr yang lainnya. Hanya dengan kemampuan memahami dan mencernakan karya-karya orang lain tentang Islam, kaum muslimin kita dapat mengembangkan kedewasaan pribadi muslim yang diperlukan bagi pembangunan bangsa. Karya-karya para ilmuwan lain seperti Arkoun, Merad, Fazlur Rahman, Alatas, Mahdi dan lain-lainnya lagi, untuk menyebut sejumlah ilmuwan muslim dari berbagai penjuru dunia, patut digiatkan penterjemahannya ke dalam bahasa kita. Mereka yang tidak mampu membaca dalam bahasa asing, sebagaimana kaum tidak mampu lainnya, justru adalah orang yang paling memerlukan pertolongan dan rangsangan melalui penterjemahan karya-karya berbahasa asing ke dalam bahasa nasional kita.