Tak Ada Tempat Bagi Pengacau (Wawancara)
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
Ketua Bapepam Marzuki Usman berceramah di tempat yang tak biasa. Senin pekan ini, meski ia bercerita tentang naik turunnya harga saham, pendengarnya para ulama dan kiai NU. Memang, Marzuki sedang berpromosi Pasar Modal di Muktamar Krapyak.
Bagi muktamirin, naik-turunnya harga saham di Bursa Efek Jakarta tak penting benar. Yang lebih penting dibicarakan: bagaimana harga saham Abdurrahman Wahid di bursa kandidat pimpinan NU? Makin menguat atau turun dari “harga perdana” — harga sesudah Presiden berpidato.
Pengamatan EDITOR di arena Muktamar Krapyak tampaknya makin menunjukkan Gus Dur sebagai komoditi terlaku. Diperkirakan ia telah mengantungi 200 cabang dari 291 cabang yang ada. Selama mengikuti Muktamar, Gus Dur tinggal di rumah Jalan Raya Bantul 126 bersama Prof Dr. Nakamura, Dr Martin Van Bruinessen, Drs. M.M. Billah dan beberapa pengamat lainnya.
Mbah Muslim seorang tokoh spiritual yang sangat dekat dengan Gus Dur sudah meramalkan bahwa Gus Dur akan jadi. “Yang jadi harus seorang yang ikhlas,” kata Mbah Muslim. Saingan Gus Dur, menurut Mbah Muslim, dianggap gurem.
Berikut wawancara Musthafa Helmy dan Choirul Anam dari EDITOR dengan Abdurrahman Wahid.
Diperkirakan Anda akan jadi ketua umum PBNU lagi, Gus?
“Itu terlalu prematur Meskipun apa mungkin, tapi, masih ada kemungkinan nama yang lain yang bakal muncul. Prediksi itu mungkin akan muncul sehari atau setengah hari sebelum pemilihan berlangsung. Terus terang, saya tidak melakukan apa-apa untuk bisa dipilih kembali. Saya menyerahkan sepenuhnya pada Muktamar.”
Bagaimana Anda menghitung kekuatan Anda?
“Ya, sekali lagi masih berbentuk perkiraan. Jatim dengan 40 cabangnya, Jateng dengan 30 cabangnya, Jabar dengan 24 cabangnya. Ini kekuatan inti. Ditambah NTB dan seluruh Sulawesi dan lain-lain sudah 200 cabang Jakarta dengan 10 dari 30 cabang yang ada, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, beberapa daerah Kalimantan masih bisa bergabung. Kalau dihitung bisa sekitar 200 cabang. Dari situ memang terlihat akan jadi, memang. Tapi, kemungkinan tidak jadi juga ada.
Bagaimana mungkin?
“Jika sistem pemilihan langsung ini nanti gagal. Dalam konsep Kiai As’ad, jika pemilihan langsung ini gagal, otomatis Κiai As’ad yang akan jadi formatur tunggal. Kelihatannya, ini sudah diplot bahwa akan muncul pengacauan yang membuat pemilihan langsung gagal. Tapi, saya tak peduli. Jika itu terjadi, saya serahkan pihak keamanan. Sementara, Muktamar akan tetap berlangsung.”
Siapakah lawan Anda?
“Untuk sementara memang hanya kubu Kiai As’ad. Sementara, Pak Idham sudah tak ada masalah lagi. Pak Idham saya kira masih akan memilih berpihak kepada saya daripada kepada Kiai As’ad. Pak Idham masih ada dendam dengan Kiai As’ad. Juga, ada indikasi bahwa kekuatan Idham akan berpihak pada saya. Pertama, Kalimantan Selatan yang masih menghendaki ketua umum PBNU haruslah seorang ulama. Mungkin, tujuannya Idham sendiri. Tapi, ‘kan sudah tidak mungkin. Karena itu, tak ada lain, sayalah yang dimaksud pernyataan itu. Kedua, dukungan Rapat Pleno Wilayah Jabar yang tetap memilih Kiai Ahmad Siddiq dan saya. Jabar itu ‘kan terkenal sebagai kubu fanatik Pak Idham. Ketiga, Sumatera Barat yang kelihatannya juga akan bisa kita rangkul. Sebab, beberapa persoalan Sumatera Barat sudah kami kantungi rahasianya. Memang, banyak orang yang masih mengatasnamakan pengikut Idham, antara lain Pak Nuddin Lubis dan Abduh Paddare cs.”
Yogya dan Sumut bagaimana, serta Indonesia Timur?
“Yogya memang tidak saya hitung. Pak Saiful Mujab tidak pada saya. Meskipun, sebenarnya Yogya sendiri masih ada Pak Wardiyono yang mendukung saya. Sumut sendiri berpecah tiga. Yang satu jelas berpihak pada saya, yaitu kelompok Drs. Hasan Basri Batubara. Dua kelompok lain, Marah Halim dan Nuddin Lubis tidak. Indonesia Timur, selain Bali dan NTB yang jelas pada saya, memang akan tergantung Sulsel. Kalau Sulsel pada saya, seluruh Sulawesi sudah di kantong saya. Nah, pada Maluku dan Irja memang NU di situ tumbuh unik. NU di daerah itu benar-benar baru dan murni. Tokoh-tokoh tua telah meninggal. NU baru bangkit dan sangat murni. Kelihatannya, kemurnian itu membuat mereka berpihak pada Pak Idham. Tapi, tak ada masalah.”
Bagaimana dengan Kiai As’ad jika Anda menang?
“Kiai As’ad akan tetap sebagai musytasyar. Itu jelas tidak akan kami utik-utik. Itu memang tempatnya. Tapi, orang-orangnya akan di perbaharui, mana orang yang tidak mengacau. Orang kayak Anwar Nuris jelas tidak akan dipakai lagi. Begitu juga KH. Masykur, dengan segala hormat mungkin tidak terpakai lagi. K.H. Idham Chalid juga akan tetap sebagai musytasyar. K.H. Anwar Musaddad juga akan dipertahankan, K.H. Imron Rosyadi tidak lagi. Mahbub masih akan tetap sebagai ketua. Dia sakit dan jasa-jasanya perlu dihargai. Sedangkan, dr. Fahmi Dja’far Saifuddin akan tetap. Menurut perkiraan kami, ia masih setia. Dia kami butuhkan. Dia seorang konseptor yang baik.”
Orang-orang baru yang masuk?
“Untuk musytasyar dari Sumatera akan muncul Tanku Ali Hasan. Ali dan Tuan Guru Abdullah Musthafa, pengasuh pesantren Musthafawiya Purba Baru, Tapanuli Selatan. K.H. Makki Rafi’i Le, dosen IAIN Raden Patah Palembang akan masuk dalam jajaran Syuriah. H. Abdul Wahab Nasution dari Jambi untuk Tanfidziyah Drs. Mukri Gawit, anggota DPR-RI dan anggota MPP-PPP juga akan duduk dalam posisi itu. Kursi katibiam Syuriah NU akan dipegang K.H. Ma’ruf Amin dari Tanjung Priok, Untuk orang ini, akan saya sebutkan kehebatannya. Dia alim dan berpikiran maju. Bahasa Inggrisnya bagus. Dia rektor Universitas Islam Shalahuddin. Beliau juga cucu K.H. Nawawi Banten, pengarang besar Indonesia Drs. Ghazali Masruri akan drop. Kursi sekjen akan ditempati HA. Ghaffar Rahman SH. Wakilnya akan ditempati Ir Musthafa Zuhhad dan Drs. Ichwan Syam. Ini dalam rangka regenerasi. Sementara, Ahmad Bagja masih tanda tanya: apakah masih setia atau tidak. Juga akan masuk Drs. Thallah Hasan, rektor Universitas Islam Malang dan salah seorang ketua PBNU Jatim”
Bagaimana mengakomodir kelompok mereka?
“Saya memiliki kriteria. Pertama bukan pengacau. Meskipun, mungkin dari kubu mereka. Tapi, syaratnya bukan pengacau dan perusak. Seperti Syah Manaf itu bukan tipe pengacau. Begitu juga Saiful Mujab. Juga, posisi itu bukan untuk posisi penting. Mahbub, misalnya, dia tetap akan kami pakai. Mahbub itu bukan bandit. Dia seorang kesatria. Kedua: cakap. Dan yang ketiga: tidak menumpuk pada satu model saja. Misalnya, kami tidak akan mengambil yang semacam Fahmi saja. Ada juga yang semacam Saiful Mujab yang macan panggung itu. K.H. Syafi’ Hadzami juga akan kami masukkan. Beliau adalah ketua MUI Jakarta.
Apakah itu ada titipan?
“Ini memang komitmen saya ketika bertemu dengan tokoh-tokoh termasuk dengan Pak Benny. Pak Benny bilang jangan ribut dan tampung saja. Kecuali tentunya yang terlibat pengacauan.”
Bagaimana konkret pemilihan nanti?
Ini masih akan kita lihat. Untuk empat mode formatur nanti, kalau yang terpilih sebagai rais aan dan wakil rais aam K.Η. Ahmad Siddiq dan K.H. Ali Yafi, yang akan muncul sebagai mode formatur adalah Jambi, Yogya, Jabar dan satu wilayah dari Kalimantan. Tapi, kalau yang muncul Ahmad Siddiq dan Kiai Sahal, Kalimantan akan digantikan Sulawesi Selatan. Kalimantan dan Sulsel bisa ditukar-tukar.
Memang, semula ada konsep. Dari kami, konsep pemilihan langsung Dari Kiat As’ad, masih pakai ahlul halli wal aqdi Dan dari Pak Ud, Yusuf Hasjim, konsep formatur 9 orang. Konsep Pak Ud ini diterima Kiai As’ad. Sebab, kalau gagal akan kembali pada konsep formatur tunggal yang akan diserahkan kepada Kiai As’ad. Seperti ini juga surat Kiai As’ad kepada K.H. Masjkur yang juga telah merencanakan susunan nama-nama untuk jabatan jabatan PBNU Mereka memang pakai Pak Ud, karena Pak Ud itu tokoh yang ikhlas namun naif.”
Anda yakin betul?
“Saya sudah bilang: semua ini masih ancang-ancang. Belum tentu siapa nanti yang jadi. Terserah Muktamar.”